Sepotong Kisah Muallaf, Antar Jemput Jama’ah Shalat Jum’at di Pelosok Lolowau

754 Views

Keberadaan Masjid di pulau Nias memegang peran penting dalam sejarah dakwah Islam di pulau yang cukup bersejarah dengan kejadian gempa Nias 8.7 SR beberapa waktu silam.

Maklum, Masjid akan sulit dijumpai bila berada di wilayah minoritas dan terpencil lagi, salah satunya Masjid Al-Ikhlas Sisarahili Ekholo Lolowau yang mampu bertahan sampai sekarang.

Perjuangannya  untuk menghidupkan masjid dan mengaji mengajarkan Alquran sungguh bukan pekerjaan yang mudah. Sebut saja Ama Ika, seorang muallaf asal Amauri Sisarahili Lolowau yang rutin setiap Jum’at, ini rela mengantar-jemput jama’ah muallaf dan beserta anak-anak santri TPQ nya dari rumah masing-masing menuju masjid Lolowau tempat mereka menunaikan shalat Jum’at.

Rutinitas itu dilakukan tanpa memungut biaya. Ya, itulah yang selalu dilakukan Ama Ika dan istrinya, sepasang suami isteri warga Desa Sisarahili Ekholo , Kecamatan Lolowau. Masjid Al-Ikhlas merupakan satu-satunya masjid di kecamatan Lolowau Nias Selatan yang terletak di jalan poros selatan Teluk Dalam – Sirombu. Pendirian masjid berawal dari keprihatinan pada para muallaf dan minimnya pembinaan sehingga rawan terkikisnya keimanan di lingkungan mereka yang notabene minim akses.

Jarak rumah muslim satu sama lainya berjauhan
mulai dari 3 km sampai 8 km jaraknya, itu pun masih terkendala dengan jalanan yang masih harus menembus semak belukar karena perkampungan berada ditengah-tengah rimba.

Hingga pada suatu ketika Ama Ika dirundung sakit beberapa waktu ia terhenti untuk antar jemput jamaah Masjid ketika shalat Jum’at.
Lama kelamaan, semakin berkurang jama’ah muallaf yang datang shalat Jum’at dan anak-anak untuk mengaji. Alhasil, Ama Ika terpaksa dengan sekuat tenaga yang ada berusaha melawan sakitnya dan menggunakan segenap cara apapun demi bisa antar-jemput jamaah agar kelak mereka makin tersadar memperdalam ajaran Islam. Beberapa tahun terakhir juga dengan mendatangi berbagai pihak dan lembaga pendidikan keislaman untuk menempatkan da’i atau ustadznya menetap di Lolowau.

Meski demikian, sempat juga kedatangan ustadz yang siap bertahan berdakwah disana namun tidak lama silih berganti. Akhirnya, pasangan yang sehari-hari menjadi tukang bengkel las dan istrinya pembuat soto kuliner itu bernisiatif meneruskan cita-cita mulianya dengan mengirim kan anak-anaknya belajar di pesantren kelak mereka bisa mengajarkan mengaji. Ama Ika mereka tidak sekadar mengantar jemput jamaah Jumat namun bercita besar mengantarkan anak-anaknya belajar hafal Qur’an.

Agar jama’ah tetap bersemangat shalat maupun mengaji, Ama Ika rela menjemput dari rumah ke rumah mulai dari yang terjauh dipelosok-pelosok perkampungan. Sekali angkut, 2-3 jamaah bisa diboncengnya. Mereka saya jemput biar bisa shalat Jum’at dan semangat mengaji.

“Suatu ketika menjemput ada juga muallaf yang lupa kalau hari itu hari Jumat dan mengurungkan pergi shalat Jum’at dan akan hadir pada Jum’at berikutnya”, jelas cerita Ama Ika pada kami meja kopi di halaman rumahnya.

Terbatasnya berbagai akses, baik jalan, listrik dan komunikasi yang tidak menjangkau tempat mereka menjadi tantangan tersendiri. Memang harus sabar dan memberikan perhatian yang lebih. Ada sekitar 25-an jamaah yang bisa dikumpulkan tapi terkadang ada juga yang rela berjalan kaki sendiri. Antar jemput tanpa memungut biaya kepada jamaah itu semata-mata panggilan nurani keikhlasannya. Terkadang juga bagaimana melihat kondisi keprihatinan jama’ah muallaf yang hidup penuh perjuangan di pelosok-pelosok semak perkampungan.

Adapun kendala yang dihadapi saat ini adalah kondisi fisiknya yang mulai sakit-sakitan menurun dan minimnya mencari tenaga pengajar. Pasalnya, guru atau ustadz mengaji harus tangguh rela mengajar tanpa pamrih dengan kafalah seadanya tanpa digaji yang memadai. Ajiiibnya… Selain itu, kultur masyarakat asli dengan bahasa Nias yang cukup rumit sehingga kesulitan dalam komunikasi yang menjadikan adaptasi lingkungan terbilang lambat. Walhasil sepotong kisah perjuangan muallaf dan terjalnya perjuangan dakwah di Lolowau mengajarkan makna pentingnya sebuah keikhlasan dan kesabaran tanpa batas. Untuk menuai kebahagiaan hakiki di akhirat maka mendaki perjuangan beramal shalih di dunia itu pasti penuh dengan badai ujian dan tantangan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

No comments

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!