Tahun Baru Hijriah, Pesantren Melahirkan Para Kader Da’i

779 Views

Dalam bahagia datangnya tahun baru hijriah 1444 H sebait harapan setiap walisantri memiliki doa untuk anak-anak tercintanya kelak mereka menjadi pribadi yang shalih untuk dirinya, berbakti pada orang tuanya dan bermanfaat bagi ummat. Berbahagia hati juga para orang tua yang memiliki anak-anak bercita-cita menjadi da’i yang mewariskan tugas dakwah menyiapkan generasi penerus ummat dimana pun ia berpijak.

Di tahun kelulusan angkatan ke-3 tahun 2022 ini pesantren Al Itqan Jatisampurna Bekasi meluluskan sebanyak 7 santri dari berbagai asal daerah tanah air. Dari ujung timur Flores Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur, Alas Pulau Sumbawa dan Mataram Lombok Nusa Tenggara Barat, dan Aceh Tamiang Nangroe Aceh Darussalam.

Masa dimana setelah lulus pendidikan pesantren setelah itu ada kewajiban santri untuk menjalani masa pengabdian selama 1 tahun. Ikrar wisuda santri pengabdian pun telah diucapkan dihadapan mudir pesantren dan khalayak hadirin sebagai panggilan mulia dan latihan memikul pundak tanggung jawab. Pengabdian juga panggilan keyakinan untuk setia mengabdi tanpa ragu meski harus dikirim ke kampung – kampung pedalaman orang nan jauh bahkan sebagian juga harus pulang mengabdi di kampung halaman sendiri.

Warsawe Manggarai Barat, Lembah Santri Pengabdian
Warsawe adalah salah satu diantara tempat tugas dan kampung halaman santri pengabdian yang berada di Manggarai Barat NTT. Warsawe tentu berbeda dengan Warsawa yang menjadi ibukota negara Polandia di Eropa. Warsawe merupakan cikal bakal ibukota kecamatan Mbeliling yang merupakan daerah pemekaran pedalaman Manggarai Barat, Flores NTT. Daerah yang berada di kawasan lembah perbukitan yang berada di tengah hutan Flores dengan segala alami hijau alamnya. Warsawe hari ini tidak seperti dibandingkan 5 tahun lalu untuk menuju Warsawe ketika itu bisa membutuhkan waktu 2 jam dengan kondisi jalanan tanah berbatu. Namun saat ini seiring berjalannya waktu pembangunan untuk ke lokasi membutuhkan waktu 1 jam perjalanan darat dari dermaga Labuan Bajo Komodo.

Masjid Uswatun Karima, Tempat Santri Mengabdi
Masjid Uswatun Karima Warsawe menjadi saksi bersejarah dimana hidup suasana belajar dan mengajar dengan tumbuhnya generasi anak-anak dari berbagai pedalaman Flores khususnya Manggarai Barat. Masjid yang dibangun swadaya masyarakat setempat menjadi tempat tinggal yang nyaman untuk sejumlah belasan santri yang bersekolah dan sekaligus mengikuti program diniyah Masjid Uswatun Karima sejak tahun 2016 lalu. Tahun ini bersama pasang surutnya waktu tahun ini ada 25 murid baru yang mukim di asrama masjid yang datang dari berbagai pedalaman Flores.

Datangnya santri pengabdian Ma’had Al Itqan menjadi energi dan animo semangat baru yang diharapkan membantu tugas mengajar juga menjadi partner yang baik bermanfaat untuk membersamai ummat dan tangguh dalam melewati medan dunia pengabdian, in sya Allah.

Selain Masjid Uswatun Karima juga adanya kiprah SMP Muhammadiyah Warsawe menjadi pionir dalam babat alas menyemai bibit generasi anak-anak pedalaman untuk mengeyam pendidikan di bangku sekolah di tengah sepi sunyinya Warsawe masa itu. Semak-semak hutan yang lebat nan sunyi tak menyurutkan nyala semangat untuk membangun generasi harapan dengan sejuta impian yang boleh dibilang terjal mendaki perjalananya. Namun dengan segala izin-Nya tak ada kata mustahil bila segala ikhtiar dan doa kesungguhan telah ditempuhnya.

Dari Masjid Kembali Mengabdi Di Masjid
Lewat gerak para da’i dan syi’ar dakwah Masjid Uswatun Karima dengan segala dinamika programnya di tahun 2018 lalu telah mengantarkan anak-anak dari pedalaman untuk melanjutkan jenjang pendidikan di berbagai pesantren salah satunya di pesantren Al-Itqan. Dari memori yang teringat tertulis sejak 3 Agustus 2018, sebut saja Rizal dan Jihad adalah keduanya putra Manggarai Barat NTT yang berhasil lulus selama di pesantren dan kembali bertugas kembali mengabdi di kampung halaman tepatnya di Warsawe.

 

 

Berputarnya waktu 4 tahun terasa sangat singkat melumat semua kenangan dan menjadi salah satu catatan bersejarah bahwa keduanya menggenggam tekad untuk masuk pesantren dengan segala lika-likunya pengorbanan demi menuntut ilmu. Keduanya masuk pesantren ditahun 2018 hingga usai ditahun 2022. Alhamdulillah, dengan segala ikhtiar untuk betah dan sabar dilalui meski baru pertama kali merantau kala itu untuk menuntut ilmu bukanlah hal yang mudah dilewati prosesnya.

Mulai dari dorongan semangat orang tua dan usaha mengikhlaskan niat memperbaiki diri melanjutkan perjalanan menuntut ilmu di pesantren adalah hal yang luar biasa tanpa terbayang akan seperti apa gambaran diujung masa depannya. Akan tetapi juang tekad telah bulat diputuskan bahwa inilah alasan untuk sebuah perubahan generasi penerus masa depan yang harus abaikan halangan yang menghadang. Menatap kembali mengabdi untuk misi dakwah di kampung halaman impian memang terlihat sederhana tapi dibaliknya banyak keutamaan dan manfaat tentang sebuah perubahan yang lebih baik untuk diwariskan nilai-nilai syi’ar islam dengan segala kemuliaan akhlaknya dalam membangun sebuah lingkungan hidup bermasyarakat.

Pesantren Al-Itqan, Pendidikan Kaderisasi Da’i
Unit pesantren Al-Itqan sebagai wadah lembaga pendidikan kaderisasi da’i setingkat aliyah dengan masa program pendidikan selama 4 tahun diharapkan mampu melahirkan para alumni calon da’i yang telah mendapatkan bekal kurikulum Tahfidz, kurikulum Ilmu Syar’i dan kurikulum kepesantrenan nantinya dapat mengirimkan alumni kadernya untuk mengabdi menjadi da’i dan pengajar di berbagai daerah.

Dari rangkaian kisah dari berbagai tempat pengabdian semua memiliki latar belakang dan motivasi perhatian tersendiri. Sama halnya dengan Warsawe di pedalaman Nusa Tenggara Timur, saat ini juga di Lawang Awu Kalitengah Perbatasan Banjarnegara – Kebumen juga sebagai daerah tugas santri pengabdian pernah mengatakan bahwa daerahnya tersebut masih cukup banyak yang masih tergolong kering dengan adanya syi’ar dakwah islam kepada masyarakat. Kendalanya, satu diantara yang paling jumlah da’inya masih sangat jarang.

Pendidikan pesantren saat ini masih menjadi pilihan dan tumpuan solusi sebagai salah satu pencetak lahirnya kader-kader da’i ilallah untuk menempa keikhlasan dan kesungguhan dalam memperoleh kemampuan dan keterampilan berdakwah membina masyarakat.

“Berawal dari banyak motivasi para orang tua hingga akhirnya berbagai santri datang dari berbagai daerah menimba ilmu di sini ( Pesantren Al-Itqan —Red). Insya Allah kalau besok mereka kembali ke rumah kampung halaman masing-masing, mereka bisa mengaplikasikan ilmu yang di dapat selama ini di pesantren,” ujar Ust Burhan salah satu da’i penggerak dari Pedalaman Sulawesi ketika datang mengantarkan para santri didiknya.

Pesantren Al-Itqan dengan berkembangnya waktu terus menyiapkan peserta didiknya agar mampu berdakwah di masyarakat nantinya. “Karena itu juga ada program pengabdian (untuk berdakwah di daerah) selama satu tahun. Melalui program baik ini saya berharap bisa mengirimkan peserta didik dari anak-anak daerah pedalaman untuk bisa ikut belajar dan memaksimalkan ilmu yang nantinya dapat bermanfaat ketika mereka selepas lulus nantinya selama empat tahun,” tutur Ust Ramli da’i yang merintis dakwah di Warsawe.

“Kegiatan santri pengabdian cukup beragam mulai dari mengajar TPA, mengisi kajian di majelis taklim ibu-ibu, dan melakukan silaturahim ke berbagai lapisan masyarakat dan berbaur dengan masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan”, tambah Ust Ramli.

Proses pengabdian dan dakwah juga memerlukan kesiapan mental agar terkikis rasa khawatir bila nantinya harus mengemban amanah untuk berdakwah di daerah terpelosok dan berpisah sejenak dengan sanak keluarganya. Akan ada juga saatnya waktu akan berpisah dengan orang tua atau keluarga terdekat dalam menunaikan tugas dakwah yang tak ada batas akhirnya.

Untuk itu tujuan pesantren dengan beragam program tujuanya bisa dikatakan ini dibangun untuk melahirkan para da’i. Sehingga program pengabdian ini memang dibentuk sendiri oleh pesantren agar bisa tetap mengirimkan dai-dai ke berbagai daerah.

Selain itu juga untuk memberikan wadah kepada para alumni santri pengabdian untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah mereka pelajari di pesantren. Sehingga diharapkan dengan program pengabdian ini mereka bisa semakin tergerak menjiwai dan menghayati teori dan praktik yang telah mereka dapatkan di masa bangku pesantren. Memang ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan calon da’i sebelum mengemban tugas dakwah ke daerah pedalaman. Tentunya persiapan paling pokok adalah meluruskan niat dengan membersihkan hati diiringi pemahaman dan penguasaan ilmu agama.

Sehingga ketika terjun nanti, para calon dai tidak lagi gagap menghadapi berbagai pertanyaan tentang agama, mulai dari pertanyaan sederhana hingga pertanyaan yang cukup rumit untuk dijawab. Itulah mengapa perlunya kedalaman dan pemahaman ilmu agama ini sangat penting dengan disertai metode yang paling ringan memudahkan.

Metode pun turut serta menjadi faktor kesuksesan karena ia akan mengarakan kepada siapa (berdakwah), dimana, bagaimana cara mengajarkannya, juga bekal fikih dakwah ini juga penting untuk dikuasai seorang da’i sehingga seiring berjalannya waktu bisa membaca situasi dan kondisi serta kultur masyarakat agar lebih mudah diterima. Semoga jariyah kebaikan mengalir kepada siapapun yang ikut dalam setiap proses lahirnya calon kader-kader da’i ilallah. Barakallahufiekum.

Ali Azmi
Relawan tanmia

No comments

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!