Tagisan Abdullah bin Rawahah Sebelum Berangkat Jihad

Salah satu bentuk variasi dahwah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah dengan berkirim surat dengan para tokoh masyarakat, pejabat hingga penguasa, baik di Jazirah atau pun di luar jazirah, bahkan hingga ke ethiopia di Afrika, Alexandria di Mesir, Kisra di Persia, surat biasanya berisi ajakan untuk masuk islam, keindahan ajaran islam, keagungan Al Quran dan bahkan ancaman atas perilaku zhalim para pemimpin kepada rakyatnya.

Surat selalu dihantarkan melalui jinjingan para utusan yang bertugas mengantarkan surat hingga ke tempat tujuan, pekerjaan mengantarkan surat adalah pekerjaan mulia, ia berarti utusan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, namun tugas ini sering kali cukup berbahaya, karena ia masuk ke wilayah musuh dan seringkali masuk ke istana raja dengan pengawalan super ketat.

Kali ini surat dikirim kepada Raja Romawi untuk mengajak mereka masuk islam, kala itu orang – orang Romawi menguasai dan mengendalikan wilayah Syam, namun sang utusan membawa surat dari Rasulullah dijegat di tengah jalan oleh Syurahbil yang merupakan salah seorang antek raja romawi, tanpa perhintungan panjang Syurahbil membunuh utusan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Berita syahidnya sang utusan begitu cepat sampai ke Madinah pusat kekuatan kaum muslimin, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam merasa sangat terpukul dengan berita ini, membunuh utusan adalah perbuatan yang sangat keji di kala itu, bahkan ini merupakan anacaman sekaligus tantangan untuk berperang.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mempersiapkan pasukan yang cukup besar jumlahnya, dengan kekuatan 3000 pasukan siap tempur untuk menjemput kesyahidan, namun ternyata pasukan musuh jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah pasukan kaum muslimin, pasukan Romawi kala itu berjumlah 200.000 orang.

Sebelum berpisah dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam para tentara diberikan nasehat – nasehat penting terkait adab dalam berjihad fie sabilillah, seperti jangan kamu berbuat zhalim, curang dalam pembagian harta rampasan perang, tidak boleh membunuh wanita dan anak – anak, orang yang sudah tua renta, para rahib yang beribadah di kuil dll.

Saat menentukan panglima perang pun tiba, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menetapkan Zaid bin Haritsah untuk memimpin perang, namun Rasulullah berkata lagi, bila Zaid wafat maka gantinya adalah Ja’far, bila Ja’far wafat maka Abdullah bin Rawahah yang memimpin perang.

Wasiat seperti ini seakan memberikan isyarat bahwa mereka bertiga akan syahid dalam perang ini, Abdullah bin Rawahah yang mendengar wasiat Rasulullah tersebut menagis, para sahabat bertanya mengapa engkau menangis wahai Abdullah?! Abdullah menjawab aku menangis bukan karena takut mati dan cinta dunia, namun aku teringat ayat yang pernah dibacakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepadaku:

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا ۝ ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا [مريم:71-72]

Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang zhalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut. [QS Maryam: 71-72].

Syaikh ‘Abdul Muhsin (ulama besar Madinah) menyatakan bahwa penafsiran paling populer mengenai ayat di atas ada dua pendapat. Pertama, semua memasuki neraka, akan tetapi mereka (kaum Mukminin) tidak mengalami bahaya. Kedua, mereka semua melewati shirâth (jembatan) sesuai dengan kadar amal shalehnya. Jembatan ini terbentang di atas permukaan neraka Jahannam. Jadi, orang yang melewatinya dikatakan telah mendatangi neraka. Penafsiran ini dinukil Ibnu Katsîr rahimahullah dari Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu ‘anhu.

Ayat ini yang membuat sahabat Abdullah bin Rawahah menangis, mengingat betapa seram dan menakutkan pemandangan pada hari kiamat tersebut.

Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan: “Orang-orang menyeberanginya sesuai dengan kadar amaliahnya (di dunia). Sebagian melewatinya secepat kedipan mata, atau secepat angin, secepat jalannya kuda terlatih maupun seperti kecepatan larinya hewan ternak. Sebagian (menyeberanginya) dengan berlarilari, berjalan dan merangkak. Sebagian yang lain tersambar dan terjerumus jatuh di dalam neraka. Masing-masing sesuai dengan ketakwaannya.

Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya “Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa (kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya) dan membiarkan orang-orang zhalim (yang menzhalimi diri mereka sendiri dengan kekufuran dan maksiat) di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.”

Semoga Allah ta’ala dengan rahmat dan kasih-Nya berkenan menyelamatkan kita sekalian dari neraka.

Para sahabat yang hadir dalam pelepasan tentara menuju Mu’tah ini memberikan motivasi kepada Abdullah “Abdullah in syaa Allah kamu akan selamat, membawa kemenangan dan Ghanimah (harta rampasan perang), lalu Abdullah berkata “adapun aku hanya berharap ampunan dari Allah, dan aku berharap mati syahid dalam pertempuran ini”.

Perang berlagsung begitu sengit, pasukan kaum muslimin yang hanya berjumlah 3000 orang mampu menghadapi pasukan Romawi 200.000, korban dari pihak Romawi tidak terhitung jumlahnya, namun dari pihak kaum muslimin hanya 12 orang saja, ke tiga komandan yang disebut Rasulullah semua menemui kesyahidan di Mu’tah, semoga Allah meridhai mereka dan menerima mereka sebagai Syuhada.

Air Bersih Masih Menjadi Kendala Bagi Para Pengungsi

Relawan lokal saling sinergi bersama-sama dengan Tanmia Foundation melakukan distribusi air bersih layak konsumsi di titik-titik pengungsian terparah akibat gempa dan tsunami yang terjadi pada 28/9 lalu.

Musibah naas itu telah mengakibatkan ribuan orang tewas terenggut nyawanya dan ribuan lainya hilang belum diketahui statusnya.

Kehidupan warga di pengungsian begitu berat. Banyak mereka yang harus makan dan minum seadanya. Kebutuhan akan air bersih menjadi kendala tersendiri untuk dipenuhi selama di pengungsian.

Selama sepekan terakhir relawan fokus pendistribusian galon air isi ulang dan menempatkan tandon-tandon air bersih.

Air bersih masih menjadi kendala bagi pengungsi Petobo dan Jono Oge yang banyak tersebar di persawahan dan semak-semak di desa Loru Sigi Sulawesi Tengah.

“Kendala yang kita hadapi di kawasan Petobo ini adalah titik mata air yang rata-rata berada di bebatuan, sedangkan kebutuhan air bersih sangat banyak untuk pengungsi,” ujar iman di tenda pengungsian Loru.

Titik mata air mencapai ratusan meter bila dijangkau dengan mesin bor water drilling sebagaimana dilakukan survei pengecekan oleh aparat TNI gabungan yang sedang melakukan pemetaan lokasi sepekan terakhir ini.

Bagi jamaah kaum muslimin dan muslimat yang ingin ikut dalam wakaf sumur bor kesempatan masih terbuka, atas partisipasinya kami sampaikan Jazakumullah khairan barakallahu fiekum.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu

Ajaib, Kuasa Ilahi pada Keluarga Imam Ma’arif, Imam Masjid Al Furqan Petobo

Matahari tinggalah sesaat terbenam, jalan Biromaru sesak beriringan kendaraan berat menuju petobo atas.
Singgah sejenak di tenda pengungsi Petobo, bapak Ma’arif bersama istrinya ibu Mirna. Bercengkerama sejenak sembari mengantarkan perbekalan tenda yang masih reot seadanya meskipun sudah dua pekan mereka mengungsi sejak bencana 28/9/2018.

“Maaf jika berkenan antarkan Qur’an dan mukena untuk kami mengaji, karena semua perlengkapan shalat kami hanyut terbawa lumpur”, ucap Ibu Mirna sembari sembab berdiri disamping suaminya.

Malamnya itu juga kami terheran aneh, tersentuh hati akan ucapan keluarga itu di tengah perjalanan rombongan tim relawan pulang menuju posko Panti Asuhan Pombewe Sigi Biromaru.

Esok harinya kami , kami antarkan Qur’an dan sarung ke tendanya. Padahal Qur’an dan mukena sarung itu belum ada karena belum terbawa. Perangkat shalat adalah satu-satunya kebutuhan yang sering terlewatkan. Singkat cerita tanpa disangka,apa dikata menurut kerabatnya yang tak jauh dari tendanya disemak-semak kami terperanjat bila Bapak Ma’arif adalah imam di Masjid Al-Furqon RW 04 Petobo.

Ma’arif sekeluarga bersama istri, dan ketiga anaknya tak sedikitpun basah terkena terjangan lumpur, sehingga banyak tetangga-tetangga lainya yang merasa heran setelah mereka bersua esok paginya setelah gempa dan likuifaksi maghrib itu.

Perlahan ia bertutur cerita yang membuat kami sembab, ia terpisah dengan semua keluarganya dan qadarullah semua selamat dengan jalan perjuangan ajaib masing-masing saat guncangan dahsyat itu terjadi.

Sesaat adzan masih berkumandang, goncangan dahsyat itu menghentakan semua yang berada dalam masjid. Seketika itu juga Ma’arif terpontang-panting keluar meskipun pelan lambat karena kondisinya yang sudah mulai sakit-sakitan. Tanah mulai terbelah, tiang-tiang listrik sudah mulai berjatuhan. Ia menyaksikan rumah-rumah pun mulai ambruk bersamaan dg pepohonan yang tumbang dg kerasnya. Semua orang menyelamatkan diri masing-masing tanpa menghiraukan dg teriakan minta tolong disuasana yang mencekam itu.

Ia berfikir keluarganya sudah tidak ada yang selamat karena ia jauh dari rumah saat kejadian. Qadarullah jelang tengah malam bersaut teriakan saling memanggil akhirnya ia bertemu dg istri dan anak-anaknya dg selamat. Mereka yang selamat berkumpul dengan berbagai kondisi yang sangat kotor dan memilukan bahkan ada yang tanpa sehelai pakaian. Suasana risih sangat kotor, dibasah dg lumpur menjijikan. Dan Subhanallah terheran disaat warga yang lain bersusah payah, Ma’arif bersama keluarganya dalam kondisi biasa saja, kering dan tak tersentuh lumpur sama sekali hanya percikan langkah kaki biasa saja.

Kini Pak Ma’arif dan Ibu Mirna serta keluarganya mengungsi di Loru berbatasan Petobo bagian atas, sebuah padang luas yang hanya ditumbuhi semak. Perjuangan yang tak ternilai baginya dan siapapun yang mengambilnya untuk perbekalan keimanan sepanjang usia.

Mari bantu mereka dengan apa yang kita miliki. Menolong berbagi di dunia, Allah siapkan pahala dan balasan di akhirat.Aamiin In sya Allah

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Petobo – Palu

Allah Sang Kuasa Penjaga Rumah-Nya

Masjid Al Mujahidin Wani – Donggala Kuasa ilahi pun terlihat adanya, Masjid Mujahidin Wani – Donggala masih berdiri kokoh tegak bersama menara hijau di pesisir pelabuhan Wani Donggala.

Masjid tua yang tetap kokoh luarbiasa padahal dahsyatnya terjangan Tsunami juga menyeret kapal Pelni Sabuk Nusantara ke tengah daratan pesisir, menghantam pemukiman pesisir hingga luluh lantak. Allahu Akbar Yaa Rabb.

Sepanjang pesisir Pantai Wani menjadi pemandangan puing-puing kapal pecah yang tak bertepi, penuh sampah tak bertuan hingga pantai Mamboro Palu.

Tak jauh berbeda halnya pemukiman pesisir Pantai Mamboro, hanya menara masjid yang masih tersisa menjulang tinggi selamat dari Tsunami sesaat setelah gempa berkekuatan 7,7 SR yang berguncang pada 28/9/2018.

Sejatinya nyawa dan harta apapun yg dimiliki adalah titipan Allah yang kelak dikembalikan kepada tuan pemilikNya. Kapan dan dimana tiba saatnya akan terjadi harus yang siap diikhlaskan.

“Sesungguhnya Allah menurunkan nikmat bagi hamba-Nya sesuai kehendak-Nya. Jika ia tidak mensyukurinya, maka nikmat akan diganti dengan musibah. Karena itulah, syukur akan menjaga, karena ia bisa menjaga nikmat yang telah ada. Syukur juga yang mendatangkan nikmat, karena ia bisa mendatangkan nikmat yang belum di depan mata. Barakallahufiekum

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu

Selamat dari Sergapan Lumpur Mematikan Petobo

Jelang Maghib Idris, menengok kandang kambing di belakang rumah yg hendak diantar ke rumah kawanya. Tiba-tiba gemuruh suara tanah merekah dan tembok dinding rumahnya terbelah ambruk dengan kerasnya dan listrik mendadak padam seketika.

Tak sempat berfikir panjang memakai sandal, ia berlari menuju jalan, apa dikata aspal juga digulung layaknya karpet dan ia terjatuh terperosok dalam kubangan lumpur yang sangat becek. Tanah-tanah tempat ia berjalan diangkat setinggi atap rumahnya dan dilumat layaknya adonan kue bercampur air. Ia berlari sekuat tenaga menjerit sekerasnya, sembari bertasbih “Subhanallah Yaa Allah” minta tolong kepada siapa saja yang dapat mendengarnya.

Namun, orang-orang di sekitarnya juga menjerit minta tolong. Mereka semua ketakutan luar biasa dan menangis sekerasnya. Dari ujung kampung pun yang terdengar hanya jeritan minta tolong.

“Saya masih sempat mendengar suara azan. Namun tidak meneruskan shalat karena tiba-tiba semua berguncang hebat, tiang-tiang listrik berjatuhan. Tanah pun terbelah bergemuruh, rumah pun tenggelam seketika ambruk hanyut diterjang lumpur, suasana yang sangat gelap mencekam di seluruh wilayah Petobo,” kata Idris, Senin (15/10/2018).

Ia melihat rumahnya ambruk, juga rumah-rumah tetangganya. Tiba-tiba, tempat ia berpijak pelan-pelan meleleh, mencair, dan menjadi kubangan lumpur.
Saat matahari tenggelam dan adzan maghrib baru berkumandang pada sore itu merupakan momen kelam bagi Zailudin dan warga Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong. Gempa besar bermagnitudo 7,7 itu meneror mereka.

Di Petobo, RT 003 , tempat tinggal Leodin panggilan akrabnya, kenangan ini sangat kelam. Jam 21.00 Ia menyaksikan para tetangga, teman sejawat dan keluarganya beberapa orang di antara mereka tenggelam ditelan lumpur yang muncul dari dalam perut bumi. Lubang besar bersama pusaran lumpur seolah menarik semua yang akan berlari malam itu.

Alhamdulillah, Idris dan Leodin sudah bisa merekahkan senyumnya sembari bertukar cerita bersama para relawan yang membuka dapur umum di Panti Pelita Hati. Setengah bulan ia nampak termenung dalam pengungsian Panti Pelita Hati di Desa Pombewe Kec Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.

Idris dan Leodin masih bertaut keluarga menjadi saksi korban yang selamat dari likuifaksi bergeser tenggelamnya tanah Kampung Petobo Palu akibat gempa dahsyat 7,7 SR yang mengguncang Palu-Sigi-Donggala pada 28/9.

Puluhan anak-anak yatim masih tercecer di kamp-kamp pengungsi. Mereka harus bertahan dengan sanak keluarga yang mengasuh mereka. hamparan perbukitan desa Loru dan Pombewe Sigi menjadi pemandangan tenda yang tak bertepi.

Musim hujan pun tiba, hari -hari yang becek untuk dilewati. Semoga Allah sabarkan mereka bertahan dipengungsian dan Allah bukakan kedermawanan para donatur muhsinin terus beramal peduli terus berbagi. Aamiin Yaa Rabbana.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu

Sumur Wakaf, Allah Cukupkan Mereka Yang Berbagi Harta & Muliakan Mereka Yang Peduli

TPQ Baitul Qur’an Dusun Permatan Desa Gunung Malang adalah salah satu tempat sasaran pembangunan sumur Tanmia Foundation yg kini masih berlanjut.
Puing-puing material bangunan akibat gempa beberapa waktu lalu masih berserakan dan masih belum ditangani sepenuhnya karena minimnya tenaga maupun relawan yang menjangkau daerah ini. Namun tiap sore kegiatan belajar di TPQ sudah berjalan seperti sediakala di tenda pengungsian yang sengaja didirikan di samping bekas bangunan TPQ Baitul Quran, peserta TPQ tidak berkurang meskipun gempa bertubi – tubi mengguncang mereka, sore hari menjelang magrib masih terlihat banyak wali murid yang menjemput putra putri mereka di TPQ.

Kali ini Pengeboran sumur Tanmia Foundation masih berjalan, walhasil dengan kedalaman 10 meter dapat menembus mata air”, ujar Ust Anwar pengasuh TPQ dilokasi tempat pengeboran. Lokasi ini cukup memakan waktu dengan perjalanan darat sejauh 40 KM dari Selong ibukota Lombok Timur.

Seiring dengan bahagia akan mengalirnya air sumur, ada senyum keceriaan serta suara anak -anak belajar yang tetap mengaji di setiap sore harinya. Allah cukupkan mereka yang berbagi hartanya dan muliakan mereka yang peduli. Semoga menjadi pahala yang terus mengalir keberkahan dan pahala Jariyahnya. Atas partisipasi jamaah bapak dan ibu kami sampaikan Jazakumullah khairan.

Ali Azmi, Lombok Timur
3 Oktober 2018

Tanmia Peduli Palu dan Donggala

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, washalatu wassalamu ala Rasulillah…

Gempa dan gelombang Tsunami di Palu dan Donggala yang menghantam kedua wilayah tersebut menyisakan dampak yang begitu parah pada kehidupan masyarakat, ikut merasakan dan berempati pada kesulitan yang terjadi maka kami dari Yayasan Islam Attanmia mengajak bapak dan ibu untuk ikut berpartisipasi dalam meringankan beban saudara – saudara kita di sana, dengan menyalurkan zakat, infaq dan sedekah melalui yayasan kami.

Atas bantuan dan partisipasinya kami sampaikan Jazakumullah khairan wa barakallahu fiekum.

🗳 Informasi
🌐 www.tanmia.or.id
📮 info@tanmia.or.id
📞 085215100250
💰 Bank Syariah Mandiri
7117833447
YAYASAN ISLAM ATTANMIA

Air Sumur Yang Ditunggu-Tunggu Warga di Pengungsian Labu Pandan Sambelia

Ditengah musim kemarau yang tengah berlangsung kebutuhan air bersih sangat dibutuhkan apalagi sumur-sumur warga banyak yang tak bisa dipakai lagi akibat tertimbun material bangunan yang roboh.

Alhamdulillah, wakaf sumur pahala para muhsinin lewat Tanmia Foundation sudah mengalir dan segera dimanfaatkan warga. Sekalipun sebagian sumur lainya sedang proses pengerjaan dan finishing pemasangan tandon air.

“Kebutuhan air sudah ditunggu-tunggu digunakan warga di pengungsian yang tersebar dibeberapa titik lokasi untuk konsumsi rumah tangga dan ibadah seperti wudhu dan mengaji”, ucap Akhyar perangkat desa Labu Pandan.

Labu Pandan Sambelia adalah salah satu daerah pusat gempa dg korban material rumah terparah. Hampir 80 % pemukiman dan fasilitas umum rusak parah akibat gempa dahsyat yg mengguncang Lombok sejak 29 Juli lalu.
Bersama membangun Lombok, adalah tugas siapapun mereka yang tergerak karena kemanusiaan terlebih muslim yang ikhlas karena panggilan iman berusaha meringankan beban saudaranya yang tertimpa musibah.

Kehadiran sumur bor alirkan air pahala tak terbatas bagi para muhsinin dan bermanfaat yang seluas-luasnya untuk warga di Posko Induk Labu Pandan Sambelia.

Ali Azmi
Labu Pandan, Lombok Timur, NTB

Tanmia Foundation Distribusikan Iqra & Al Qur’an di TPQ Darurat Baitul Qur’an

Jelang Maghrib tiba dilokasi ( 29/9/2018) , ketua Yayasan Tanmia Foundation bersama tim secara langsung berjumpa silaturahim dengan santri-santri TPQ Baitul Qur’an yang sudah menunggu sebelum pulang.

Ust Anwar selaku pengasuh, bersama santri-santri TPQ Baitul Qur’an harus mendiami kelas terpal tenda darurat yang serba minim adanya.

TPQ yg berada di dusun Permatan desa Gunung Malang Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur ini, ada sekitar 80 santri yang tetap rutin belajar Qur’an sekalipun kondisi masih serba darurat. “Semoga Allah sabarkan dan lapangkan semua urusan hingga tercapai semua cita-cita prestasi ,” ucap Ust Rofiq Hidayat disela membagi distribusi Iqra.

TPQ darurat tetap berjalan seadanya, akibat bangunan sebelumnya rata dengan tanah akibat gempa yang bertubi-tubi mengguncang Lombok sejak 29 Juli lalu.

Ali Azmi
Gunung Malang Pringgabaya, NTB

Pesona Rumah Al Quran Labuhan Lombok

Kemarau di pulau Lombok sudah mulai terasa saat pesawat yang membonceng kami dari Jakarta mendarat di LIA (Lombok Internasional Airport), dari katinggian sudah nampak rumput – rumput dan semak – semak yang sudah mulai menguning.

Tiba di Lombok kami dijemput oleh team lapangan yang sudah standby menjemput kami menuju lokasi, tidak sah rasanya kalau tidak singgah di Labuhan Haji tempat kami mengabdi di sebuah pesantren kecil pada tahun 2002-2003, tidak banyak berubah wajah pesantren ini meskipun usianya cukup senja untuk sebuah pesantren, namun keikhlasan dan keyakinan para pengasuh dalam berjuanglah yang membuat mereka masih bertahan dengan kondisi apa adanya, di pesantren ini pula masih terlihat pengaruh gempa, tenda – tenda darurat masih berdiri di halaman pesantren.

Hidangan masakan siang yang cukup istimewa khas Lombok pun dihidangkan kepada kami, apa lagi kalau bukan Pelecing Kangkung dan Beberuk terong komplit dengan sambal khas Lombok, suasana semakin hangat saat kami dapat berjumpa dengan para relawan – relawa di sana yang memang sudah siap terjun ke Lokasi juga.

Selepas santap siang di teras rumah Ust Badar, ditemani Ustadz Shadiqin sang tuan guru sekaligus pendiri pesantren beserta Ustadz lainnya kami susun rencana awal menuju lokasi, dari pertemuan itu kami putuskan untuk berangkat ke Labuhan Lombok, Labuhan Lombok termasuk wilayah yang terkena dampak gempa.

Jam 15.00 Alhamdulillah kami tiba di lokasi, melihat langsung kondisi di sana, namun semangat anak – anak yang mengaji tidak surut dengan gempa yang mengguncang tempat tinggal mereka dan rumah Al Quran sebagai tempat mereka mengaji, lantunan ayat – ayat suci Al Quran terdengar jelas dari mulut para santri yang sedang asik menghafal Al Quran, untuk wilayah Labuhan Lombok tentu pegiat rumah Al Quran yang sudah berjalan lebih dari 10 tahun adalah ustadz Sanusi dan adik beliau Ustadz Jalaluddin. Hasil didikan beliau berdua banyak yang sudah melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, ke pesantren baik di lombok atau bahkan ke pulau jawa. Semoga Allah memberikan kemudahan dan keberkahan pada beliau serta istiqamah di jalan dakwah.

 

Tanmia Distribusikan Bantuan Para Donatur di Lombok

Sabtu 29 September 2018 jam 3.30 pagi kami team Tanmia bertolak menuju bandara Halim Perdanakusuma Jakarta Timur untuk berangkat ke Lombok NTB, dengan membawa amanat bantuan dari para donatur (muhsinin), berupa Al Qur’an, Buku Iqra, Pakaian layak pakai dan wakaf Sumur Bor, pesawat takeoff saat matahari sudah mulai memperlihatkan rona merah yang membuatnya semakin indah, udara pagi itu sangat baik perjalanan 2 jam tidak terasa hingga kami tiba di Bandara Internasional Lombok.

Di Bandara Lombok masih terlihat relawan dari berbagai lembaga atau perorangan, yang cukup mengharukan, dalam satu perjalanan bersama kami terlihat ibu – ibu paruh baya kurang lebih 30an orang dengan seragam dan atribute lengkap juga ikut andil ambil posisi ikut membantu saudara – saudara mereka di Lombok, ibu – ibu itu adalah guru TK di Jakarta yang ingin mengadakan bakti sosial di walayah yang menjadi korban gempa di Lombok.

Meskipun sudah hampir dua bulan dari peristiwa gempa yang cukup kuat hingga menghancurkan rumah, sekolahan, perkantoran, fasilitas ibadah dll, namun belum begitu terlihat signifikan proses recovery paska gempa, kebanyakan masyarakat masih belum berani tidur malam di dalam rumah mereka, karena efek trauma gempa masih menghantui pikiran mereka, ditambah lagi memang kadang – kadang gempa susulan masih saja menggoyang tempat tinggal mereka.

Tenda – tenda darurat masih berdiri tegak di sisi rumah atau di atas puing – puing rumah mereka, sore hari waktu setempat kami sempat bersilaturahim dengan babarapa rumah masyarakat di Labuhan Lombok, masih terlihat ibu – ibu yang sedang shalat dan larut dalam khusyu’ nya doa saat mereka mengangkat kedua tangannya berdoa memohon kepada Allah ta’ala.

Semoga Allah melimpahkan keberkahan kepada para donatur, pada keluarga, anak keturunan dan harta benda mereka, Mudah – mudahan Allah ta’ala memberikan ketabahan dan kesabaran kepada mereka serta menjadikan orang yang wafat di antara mereka sebagai Syuhada dan mendapatkan pahala mati syahid. Aamiin ya rabbal alamin.

Labuhan Lombok,
30 September 2018

Pembuatan Wakaf Sumur Bor Menghapus Dahaga di pengungsian Desa Labu Pandan Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur, NTB

Terlebih lagi air sangat dibutuhkan untuk beberapa posko di pengungsian desa Labu Pandan, sehingga warga amat bersyukur atas berdirinya wakaf sumur di desa mereka ibarat oase yang menyejukkan setelah sebelumnya selama gempa berlangsung, masyarakat setempat menikmati air bersih dalam serba keterbatasan. Apalagi sekarang masih berlangsung musim kemarau, praktis persediaan air bersih jadi kering dan tidak mencukupi.

Jangankan untuk kebutuhan sehari-hari, air wudhu yang menjadi kebutuhan beribadah juga jadi terbatas karena satu-satunya masjid Darussalam juga tak layak dipakai lagi. Padahal ratusan jamaah Masjid Darussalam di desa tersebut begitu mendambakan nikmatnya beribadah tanpa ada kesulitan.

Melalui program Wakaf Tanmia Foundation pengadaan sumur bor bagi warga korban gempa bumi yang mayoritas warga pesisir tersebut berhasil diwujudkan. Pengeboran sumur cukup terkendala dg tekstur tanah bebatuan yang sulit ditembus, akhirnya mampu mendapatkan titik air jernih yang melapangkan dahaga warga.

“Kami hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih kepada Tanmia Foundation yang telah menghadirkan air bersih nan berkah untuk kami disini” Jelas salah seorang warga, Iwan.

Menurutnya, selain untuk kebutuhan posko juga berfungsi agar warga bisa berwudhu sebelum ke Masjid sebab tidak ada air yang tersedia di bak penampungan Masjid. Kadang masyakarat atau jamaah terpaksa memilih shalat jumat dan berjamaah di Masjid lain karena lebih nyaman dan tersedia air bersih yang cukup.
Semoga ikhtiar untuk selalu memberi yang terbaik kepada ummat senantiasa diberi kemudahan dan keberkahan.

By Ali Azmi
Relawan Tanmia
Labuhan Lombok

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!