Perjalanan Dakwah Tanmia di Hutan Gunung Kulonprogo Yogyakarta

Jam tiga dini hari 5 February 2018 kami bersiap dan melaju kendaraan menuju Kulonprogo, Wates, Yagyakarta, setelah menginap di salah satu basecamp kami di tambun, jalanan cukup sepi meski hujan rintik – rintik setia menemani kami hingga keluar toll cipali.

Berbekal informasi dari yayasan Baitul Maqdis jakarta, kami dihubungkan dengan seorang tokoh dakwah yang bertugas di Kulonprogo yogyakarta, dia adalah Ust Hariyono, tokoh sepuh yang sudah berusia 60 tahun lebih ini aktif berdakwah di kalangan masyarakat pegunungan yang mayoritas mereka adalah muallaf dari agama budha.

Jam 4 sore kami sampai di rumah beliau, setelah menikmati jamuan, mandi dan istirahat sejenak, habis shalat magrib kami jalan menuju lokasi, Meski usia beliau tidak lagi muda namun semangat dakwah dan perjuangannya layak membuat malu anak muda, jalan munuju lokasi Dusun Sonyo terbilang benar – benar tidak mudah.

Dari kota ke lokasi, jarak perjalanan kira-kira 20 KM dengan jalanan terjal, berbatuan dan lumpur, di samping kiri jalan adalah jurang dalam dan hutan lebat, ust Haryono mendapat jadwal 2 kali satu bulan ke tempat ini, beliau tergolong dai yang pantang menyerah, meski hujan lebat dan angin kencang tidak surut semangatnya berdakwah, dari pengakuan beliau beberapa kali terjatuh dari motornya di tengah hutan pada malam gelap gulita itu, namun hal itu tidak membuat dirinya jera.

Mudah – mudahan Allah menjaga beliau agar tetap istiqamah dalam dakwah, semoga Allah memberi keberkahan pada beliau dan keluarga beliau.

Dalam perjalanan ini yayasan islam Attanmia mendistribusikan Al Quran wakaf dari para jamaah sebanyak 400 exemplar, semoga Allah menerima amal tersebut dan menjadikannya sebagai amal jariyah bagi para pewakaf dan seluruh yang terlibat dalam pendistribusiannya. Aamiin yaa rabbal alamin.

Semangat Menulis Yang Telah Pudar

Menulis adalah salah satu tradisi para Ulama zaman dahulu dan juga para intelektual,
Menulis memiliki pengaruh besar untuk kebangkitan peradaban Islam dan dunia,
Menulis adalah cara untuk mendokumentasikan ilmu dan kelak menjadi amal jariyah meskipun tubuh sudah terkujur tanah,

Banyak sekali Ulama dahulu yang produktif menulis kitab, seperti halnya Imam Nawawi rahimahullah yang memiliki karya tulis melebihi jumlah umurnya, dan Imam Nawawi memiliki 3 macam kategori tulisan,
Yang pertama, karya tulis beliau yang selesai ditulis, seperti Syarh Muslim, Arrhaudoh, riyadhussholihin, dll.
Yang kedua, karya tulis beliau yang belum selesai karena beliau telah wafat lebih dulu, seperti Al-Majmu’Syarh AlMuhadzab, Syarh Al-wasith, dan syarh Al-Bukhari,
Dan ketiga adalah karya tulis beliau yang dihapus kembali, karena dengan alasan tertentu. Seperti alasan beliau menghapus karyanya itu karena takut tidak ikhlas ketika menulisnya, ada beberapa tulisan yang belum matang, dan karena tidak ada waktu luang untuk mengulang karya tulisnya.

Begitu juga Imam Suyuthi rahimahullah, yang tak kurang beliau memiliki 600 kitab karya beliau. Dan masih banyak lagi ulama-ulama lain yang memiliki karya tulisnya, seperti Imam Adz-Dzahabi, Imam Bukhori, ibnu taimiyah, dll.

Tidak sama seperti yang kita kira, bahwa satu kitabnya mereka itu berbeda dengan satu kitab zaman sekarang. Dan jangan kira bahwa satu kitab karya mereka itu terdiri hanya satu jilid buku saja, namun sangat banyak dan tebal, berkisar 4 jilid hingga 30 jilid, dan setiap jilid total halaman kurang lebih 600-700 halaman.
Sungguh luar biasa bukan??

Zaman dahulu yang penuh dengan keterbatasan, baik itu keterbatasan fasilitas atau informasi dan lain sebagainya, namun mereka melebihi mampu melahirkan jutaan karya tulis yang mungkin tidak kita temui pada zaman sekarang ini.

Dahulu mereka menulis dengan manual, yaitu dengan tangan mereka sehingga yang tersisa adalah sebuah manuskrip kuno, yaitu tulisan asli dari penulisnya. Dan pena yang mereka punya tidak seperti yang kita bayangkan, mereka menggunakan tinta yang sangat jauh berbeda dengan pena sekarang.

Dan sekali lagi, mereka melebihi mampu.. Bagaimana dengan kita??

Semua fasilitas ada, informasi mudah, media merajalela, namun sangat sedikit sekali karya yang tertuai. Apa karena kemudahan itu sehingga kita meng-gampangkan dan meremehkan sebuah tradisi yang hampir terlupakan ini.?

Apa sebabnya…? Sehingga sekarang kita lemah dalam menulis?

Kita merasa sangat susah sekali untuk memulai menulis, entah memulai dari mana, apa karena memang masih belum ada ilmu dalam otak kita, sehingga kita butuh banyak referensi, kemudian baru kita bisa menulis…??

Ulama zaman dahulu memiliki cara belajar tersendiri, sebelum mereka belajar apapun, pertama kali yang mereka lakukan adalah menghafal Al-Quran, karena Al-Quran adalah sumber Informasi yang sangat autentik hingga akhir zaman kelak, kemudian mereka belajar Adab dan menghafal matan-matan ilmiyah.

Jadi, rahasia sukses belajar Ulama dahulu yang mungkin sudah dikesampingkan oleh orang-orang zaman sekarang adalah dengan cara menghafal, yaitu (Al-Hifdzu qoblal fahmi) menghafal sebelum memahami. Dan setelah menghafal mereka bisa merenungi dan memahami matan-matan yang mereka hafal dan kemudian dijabarkan menjadi ilmu yang luas. Setelah mereka menemukan luasnya ilmu dari petikan-petikan syair itu kemudian mereka tuangkan dalam tinta pena, tertulis dalam goresan penanya dan lahir menjadi jutaan karya tulis.

Marilah kita hidupkan kembali tradisi para Ulama ini,
Hidupkan kembali ilmu yang lama terpendam,
Bangkitkan peradaban Islam dan dunia dengan menulis.

Allahul Musta’an
Wallahu a’lam bisshowab

Muhammad Munib
Mahasiswa Al Azhar
Cairo – Mesir

Program wakaf buku referensi untuk kegiatan dakwah da’i di pedalaman indonesia

Bekal ilmu pengetahuan islam dinilai sangat penting bagi

seorang dai yang bertugas di tengah masyarakatnya, mau tidak mau ia akan dijakan oleh masyarakat sebagai referensi dalam masalah agama meskipun tidak jarang urusan dunia pun tetap dijadikan sebagai tempat bertanya.

Latar belakang para dai tentu berbeda – beda, tergantung dari mana mereka melangkahkan kaki mereka ke medan dakwah, ada di antara mereka yang sudah di setting sejak awal sebagai calon muballigh atau ustadz, sehingga dari awal sudah disekolahkan di pesantren atau sekolah agama islam lainnya, ada juga di antara mereka yang awalnya adalah pengusaha atau tenaga profesional yang berkerja di perkantoran lalu hatinya terpanggil untuk dakwah, ia menggali ilmu islam semampunya lalu menyajikannya kepada ummat.

Tidak jarang pula kita temukan di tengah masyarakat seorang muallaf namun semangat dakwahnya sangat tinggi, bahkan sejak ber-islam ia sudah berazam ingin membela dan mendakwahkan islam.

Fenomena seperti ini sering kita temukan di tengah masyarakat, kalau mereka tinggal di perkotaan tentunya tidak terlalu sulit bagi mereka untuk mencari salah satu sumber mata air ilmu untuk ditimba dari seseorang yang dianggap cukup mumpuni dalam bidang ilmu syar’i, disamping mereka juga dapat membaca buku – buku islam, mendengarkan radio islam, mengunjungi website islam dll.

Namun ada satu kendala yang dianggap sangat signifikan dalam perjalanan dakwah yang dilakukan oleh seorang dai yang tinggal di pedalaman, yaitu minimnya buku – buku referensi yang bisa mereka gunakan sebagai bekal dakwah, adanya buku – buku referensi itu dirasakan sangat penting, sering kali bekal ilmu pengetahuan islam yang mereka miliki adalah yang dahulu pernah mereka pejari di madrasah atau pesantren, namun setelah itu tidak ada lagi tambahan pengehuan islam bagi mereka, sedangkan mereka dituntut untuk terus mengajar, menyampaikan ilmu dan berdakwah secara luas.

Saat kami ke pedalaman NTT beberapa waktu lalu keluhan semacam ini selalu disampaikan oleh para Dai dalam berbagai pertemuan kami dengan mereka, bahkan setelah kami sampai di Jakarta pun mereka masih menanyakan apakah ada bantuan buku referensi islam buat bekal Dakwah mereka? Buku – buku islam sangat sulit mereka dapatkan di sana, apalagi radio islam, bahkan sebagian wilayah mereka belum ada aliran listrik.

Menimbang kebutuhan para Dai yang sangat penting ini maka kami dari yayasan islam Attanmia berusaha untuk membantu mereka mendapatkan buku – buku islam sebagai bekal dakwah mereka dengan membuka paket bantuan (BRDP) “Buku referensi Dai pedalaman” satu paket berisi 8 judul buku yang sangat penting dan bermanfaat untuk bahan bacaan bagi mereka, dengan nilai total per paketnya Rp 1.000.000,- [Satu Juta Rupiah].

Buku – buku ini in syaa Allah hanya akan di distribusikan khusus kepada para Dai yang telah menyiapkan dirinya untuk berdakwah di Pelosok Pedalaman negeri ini, di wilayah NTT dan wilayah lainnya di Indonesia, sudah menjadi maklumat umum bahwasanya para Dai tersebut berdakwah tanpa ada Kafalah (bantuan materil) penyokong yang mereka terima, semoga sedikit bantuan buku referensi ini dapat membantu mereka dalam memperkaya khazanah ilmu mereka guna mencerdaskan ummat menujul izzul islam wal muslimin (kejayaan islam dan kaum muslimin).

Berikut ini judul – judul buku yang in syaa Allah akan kita berikan kepada para dai, antara lain adalah sebagai berikut:

No

Judul Buku

Penulis

Katagori

1

1100 Hadits Pilihan

DR Muhammad Faiz Al-Math

Hadits pilihan

2

Materi Pengajian Setahun

DR Rasyid Abdul Karim

Silabus Kajian

3

Mukhtashar Minhajul Qashidin

Ibnu Qudamah Al Maqdisi

Tazkiyatu Nafs

4

Syarah Umdatul Ahkam

Abdurahman bin Nashir Assa’dy

Hadits Hukum

5

Allu’lu’ wal Marjan

Muhammad Fuad Abdul Baqy

Hadits Pilihan

6

Sirah Nabawiyah

Shafiyurrahman Al Mubarakfury

Sirah Nabawiyah

7

Mihajul Muslim

Abu Bakar Jabir Al Jazairy

Fikih, Ahklaq dan Muamalat

8

Kitab Tauhid

DR Shalih Fauzan

Pelajaran Tauhid

Untuk tahap pertama ini kami berencana menyiapkan 100 paket bantuan buku referensi untuk para Dai yang bertugas di pedalaman, semoga Allah menjadikan ini sebagai salah satu jalan bagi kita untuk mendapatkan pahala Jariyah dan ampunan Allah, atas perhatian dan bantuannya kami sampaikan Barakallahu fiekum wa Jazakumullah khairan.

Informasi

www.tanmia.or.id

info@tanmia.or.id

085215100250

Bukhari Abdul Muid

Ketua Yayasan

Penasehat terbaik di Dunia

Siang ini Senin 15 Januari 2018 menjelang zhuhur kami sudah berjalan menuju masjid kebanggan kami di bilangan cibubur, langit terlihat mendung menutupi keindahan cahaya matahari, namun langit masih menahan beratnya kandungan hujan dan enggan menurunkannya, menunggu perintah Zat Yang mengendalikannya.

Di halaman masjid terlihat pemandangan yang tidak biasa, banyak mobil masuk ke halaman masjid, banyak pula orang lalu lalang dan berjalan agak terburu – buru, bapak – bapak, ibu – ibu, muda – mudi kelihatannya sibuk melangkahkan kalinya sambil berbicara dengan rekan – rekan mereka kelihatannya sangat serius, kami mengira mungkin ada orang yang ingin masuk islam, karena masjid ini terkenal sebagai tempat yang banyak dipilih orang sebagai tempat ikrar syahadat.

Habis berwudhu kami masuk ke dalam masjid seperti biasa selalu memilih tempat favorit di bagian masjid yang terkenal dengan kemegahan dan kemakmuran kajian ilmunya itu, duduk sebentar maksud hati ingin istirahat sambil mendengarkan indahnya suara adzan yang berkumandang memenuhi sanubari, namun saat kami menoleh ke sisi kanan kami melihat sebuah benda yang menghilangkan penasaran kami sejak tadi, ia adalah satu tempat yang diselimuti dengan kain hijau dengan kaligrafi kalimat tauhid berwarna kuning emas, iya, itu adalah keranda jenazah.

Sambil menunggu iqamah, pengurus masjid pun segera mengumumkan kepada jamaah bahwa ada seorang jamaah atas nama fulan bin fulan telah dipanggil Allah untuk menghadapNya, dari pengumuman itu terdengar jelas bahwa jenazah berusia 40 tahun, meninggalkan beberapa orang anak dan istri, pengurus meminta kesediaan jamaah untuk ikut menshalatkan jenazah tersebut, usia muda memang tidak menjamin seseorang akan hidup lebih panjang, semua telah ditentukan Dzat Yang menciptakan kehidupan dan kematian.

Selesai shalat zhuhur sang datok imam langsung meminta jamaah untuk memberikan jalan bagi keranda jenazah untuk diletakkan di hadapan imam, shalat jenazah segera dilaksanakan dipimpin seorang imam hafizh Al Quran yang juga menerangkan kaifiyah (tata laksana) shalat jenazah kepada makmum, Alhamdulillah dari jamaah yang hadir ratusan orang ikut meshalatkan jenazah tersebut.

Kami teringat hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebutkan

مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلاً لاَ يُشْرِكُونَ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلاَّ شَفَّعَهُمُ اللَّهُ فِيهِ

“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lantas dishalatkan (shalat jenazah) oleh 40 orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun melainkan Allah akan memperkenankan syafa’at (do’a) mereka untuknya.” (HR. Muslim).

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda,

مَا مِنْ مَيِّتٍ يُصَلِّى عَلَيْهِ أُمَّةٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ يَبْلُغُونَ مِائَةً كُلُّهُمْ يَشْفَعُونَ لَهُ إِلاَّ شُفِّعُوا فِيهِ

“Tidaklah seorang mayit dishalatkan (dengan shalat jenazah) oleh sekelompok kaum muslimin yang mencapai 100 orang, lalu semuanya memberi syafa’at (mendoakan kebaikan untuknya), maka syafa’at (do’a mereka) akan diperkenankan.” (HR. Muslim).

Dari Malik bin Hubairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيُصَلِّى عَلَيْهِ ثَلاَثَةُ صُفُوفٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ إِلاَّ أَوْجَبَ

“Tidaklah seorang muslim mati lalu dishalatkan oleh tiga shaf kaum muslimin melainkan do’a mereka akan dikabulkan.” (HR. Tirmidzi no. 1028 dan Abu Daud no. 3166. Imam Nawawi menyatakan dalam Al Majmu’ 5/212 bahwa hadits ini hasan).

Jenazah yang berbaring di hadapan seluruh jamaah bahkan termasuk imam, adalah pemberi nasehat terbaik bagi manusia yang masih hidup, lisannya paling fasih, bahasa tubuhnya paling mengena, dan pelajaran yang akan diterima benar – benar sangat membekas dalam hati, mengenai hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Cukuplah kematian yang menjadi penasehat”. (Alhadits).

Nasehat dari jenazah itu begitu kuat, kata – katanya sangat kuat dan melembutkan hati, dalam satu riwayat dari Shafiyyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan, ada seseorang yang datang kepada Aisyah radhiyallahu anha berkata: Wahai ibu sesungguhnya hatiku terasa sangat keras, sulit tersentuh dengan ayat – ayat Al Quran dan nasehat, Aisyah berkata: Hendaklah engkau mengingat mati, karena mengingat mati akan melembutkan hati.

Menghadiri jenazah, menshalatkan dan mengantar jenazah ke kuburan merupakan amal shaleh yang pahalanya sangat besar.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّىَ عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ ، وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ  . قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ  مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ

“Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya satu qiroth. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qirath.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qirath?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Dua qirath itu semisal dua gunung yang besar.” (HR. Bukhari).

Dalam riwayat Muslim disebutkan,

« مَنْ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ وَلَمْ يَتْبَعْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ فَإِنْ تَبِعَهَا فَلَهُ قِيرَاطَانِ ». قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ « أَصْغَرُهُمَا مِثْلُ أُحُدٍ ».

“Barangsiapa shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka baginya (pahala) satu qirath. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala) dua qirath.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qirath?” “Ukuran paling kecil dari dua qirath adalah semisal gunung Uhud”, jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim).

Dalam Riwayat Imam Muslim disebutkan bahwa Ibnu Umar radhiyallahu anhu saat mendengar hadits tentang pahala orang yang menghadiri shalat dan mengantarkan jenazah ke kuburan sangat besar maka ia sangat menyesal, karena seringkali kesempatan ibadah ini terlewatkan, kala itu ia memegang benerapa kerikil di tangannya, ia membanting kerikil – kerikil itu sebagai bentuk kekesalannya seraya berkata: berapa banyak Qirath yang sudah kita baikan?!

Mudah – mudahan Allah merahmati seluruh jenazah kaum muslimin dan mengampuni kesalahan – kesalahan mereka, serta menempatkan mereka di taman – taman surga.

Peristiwa di Subuh Hari

Sayup-sayup indahnya suara ayam berkokok mulai terdengar bersahut -sahutan mengusir sepinya malam menyambut datangnya fajar, fajar datang ditandai dengan azan subuh yang menggema menggulung tabir kesunyian malam, tanda – tanda kehidupan mulai nampak, satu – persatu manusia pilihan Tuhan semesta alam (Rabbul Alamin) mulai menggeser palang pintu rumahnya keluar menelusuri jalan mengusik kerikil – kerikil yang sedang asyik bertasbih menuju asal suara indah yang terdengar jelas dari corong penghantar suara masjid.

Sungguh Allah azza wajalla sangat memuliakan mereka, hayunan langkah demi langkah menuju masjid mengangkat derajat dan menggugurkan karatan kesalahan yang telah memenuhi catatan amal manusia, Tanah yang diinjak manusia saat mereka berjalan menuju masjid akan menjadi saksi yang akan membela mereka pada hari kiamat nanti.

Bani Salimah yang perkampungan mereka berada agak jauh dari Masjid Nabawi membuat mereka sering terlambat menghadiri panggilan Allah setiap kali waktu shalat, mereka mulai berencana untuk membuat lapak baru sebagai tempat hunian mereka di wilayah yang tidak begitu jauh dari Masjid Nabawi, desas – desus ingin eksodus sudah mulai tercium di tengah masyarakat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin melakukan konfirmasi kepada Bani Salimah perihal itu, saat informasi itu sudah terkonfirmasi maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasehat kepada mereka

يَا بَنِي سَلِمَةَ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ
“Wahai bani salimah, hendaklah kalian tinggal di kampung kalian, sesungguhnya perjalananmu menuju masjid dinilai pahala oleh Allah”. (HR Muslim).

Namun apa kabar mereka yang masih terlelap dalam samudera lautan mimpi dan hangatnya belaian lebut selimut, semakin menjelang waktu subuh kelihatannya tidur semakin menjadi – jadi nikmatnya, perangkap empuknya tempat tidur dan lembutnya selimut seakan menyandera mereka dari shalat subuh berjamaah, suara azan seakan tidak terdengar, barangkali inilah yang disebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang yang telinganya dikencingi setan.

Dari Ibnu Mas’ud ia pernah berkata, “Di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan tentang seorang laki-laki yang tidur semalaman sampai datang waktu pagi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,

ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِى أُذُنَيْهِ – أَوْ قَالَ – فِى أُذُنِهِ
“Laki-laki itu telah dikencingi oleh setan pada kedua telinganya -dalam riwayat lain: di telinganya-” (Muttafaqun ‘alaih).

Kejadian dikecingi setan seperti ini selalu terulang setiap pagi kala orang tidak sadarkan diri saat adzan berkumandang, ada pula kemungkinan banyak orang yang sudah berlangganan di setiap paginya.

Memang shalat subuh termasuk shalat yang harganya sangat mahal, karena harganya mahal banget maka sedikit orang yang bisa beli apa lagi berlangganan, bagaimana tidak mahal, pengantar Shalat Subuh (sunnah fajar) saja harganya lebih mahal dari pada dunia dan se-isinya, ibarat seorang masuk Restoran mewah, baru makanan pembuka, snak kecil saja harganya sangat mahal, apa lagi makanan intinya.

Shalat subuh berjamaah adalah salah satu penentu kualitas iman seseorang, orang yang menghadirinya dijamin oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang yang tidak ada benih kemunafikan dalam hati mereka.

Semoga Allah menjaga kita dan keluarga, mudah – mudahan mereka menjadi orang – orang yang mendirikan shalat.

Expedisi Dakwah Pulau Rinca, Warloka dan Kukusan, NTT

Senin pagi 4 desember 2017 habis shalat subuh saat burung – burung sedang asyik berkicau saling menyapa 4 orang team tanmia ditambah awak kapal 2 orang sudah sibuk mempersiapkan diri dan perbekalan yang mereka butuhkan untuk perjalanan ke wilayah kepulauan di sekitar Labuhan Bajo, Ratusan buku Iqraa dan Al Quran sudah disiapkan untuk dibagikan di wilayah kepulauan itu,  dari Labuhan Bajo cuaca terpantau cerah dengan sedikit angin pantai  pagi yang menghembus dengan lembut membelai menyejukkan hati.

Tujuan utama perjalanan kali ini adalah pulau Komodo yang berjarak kira – kira 4 jam dari Labuhan bajo dengan menaiki kapal perahu bot, namun baru sampai Pulau Padar angin mulai terasa menghembus agak kencang, ombak sudah pun mulai bergelombang menggulung, ini adalah sebagai tanda perjalanan kita sulit dan berbahaya ujar sang kapten kapal yang sudah kami daulat sebagai juru bicara dengan orang – orang yang ada di kepulauan, karena sang kapten juga seorang warga kepulauan sehingga masalah komunikasi in syaa Allah aman.

Tidak nekat menerobos terjangan ombak yang cukup besar itu sang kapten mengambil keputusan agar menunda perjalanan menuju Pulau Komodo, kapal langsung balik kanan menuju pulau Rinca, pulau yang dinilai relatif aman untuk perjalanan pagi itu.

Pulau Rinca juga terkenal dengan satwa Komodo-nya, karena Rinca juga taman nasional yang dijaga dan dirawat oleh pemerintah daerah, Taman Nasional Loh Buaya demikian nama wilayahnya, pohon pohon Bakau berdiri kokoh sebagai pembatas laut  untuk menjaga lebih dari 1300 Komodo, Komodo di wilayah ini terkenal lebih ganas, liar dan pasokan makanan buat mereka masih kurang biasanya hewan ini biasanya langganan makan rusa atau kerbau yang berhasil mereka taklukkan, namun tentunya kita berada pada lokasi aman sesuai petunjuk sang Ranger,  tidak setiap saat satwa ini berkeliaran, saat musim kawin antara juli- agustus bersembunyi di lobangnya masing masing.

Pulau Rinca dihuni oleh muslim 100%, dari Labuhan Bajo menuju tempat ini membutuhkan waktu tempuh 3 jam, di pulau ini team Tanmia membagikan 200 iqraa, AlQuran 150, jumlah ini dinilai masih sangat kurang dibandingkan dengan permintaan masyarakat dan jumlah penduduk muslim yang cukup ramai di sana.

Fasilitas kaum muslimin terbilang sangat minim tidak ada toilet bersih dan layak terlihat timba sumur mereka dari kaleng yang sudah berkarat, listrik belum masuk di wilayah ini, guru mengaji masih sangat sulit ditemui, fasilitas sekolah mereka juga masih jauh dari kata layak, perhatian buat mereka dari pemerintah juga terbilang masih sangat terbatas.

Tidak berlama – lama di Rinca kami putar haluan ke pulau Warloka, Warloka dari Labuhan Bajo membutuhkan waktu kira-kira 1 jam 30 menit, Warloka juga dihuni oleh banyak kaum muslimin, saat kapal bot kami menyandar di bibir pantai Warloka kami disambut dengan atraksi anak-anak Warloka yang sedang memanjat kapal yang bersandar di sana, dari atas kapal mereka melompat ke laut, ini adalah acara rutin mereka untuk melatih kemampuan renang dan keahlian untuk menyelamatkan diri saat kondisi laut berbahaya, di Pulau ini team Tanmia membagikan 110 buku Iqraa, 100 Al Quran, keluhan masyarakat di sana sama dengan pulau Rinca tidak ada guru ngaji yang bisa mengajari anak-anak mereka di sana, Listrik juga belum ada di wilayah ini.

Selesai kami membagikan Al Qur’an dan Buku Iqraa di Warloka, perjalanan selanjutnya adalah Pulau Kukusan, Warloka – Kukusan membutuhkan waktu 45 menit, tentunya dengan kondisi laut normal, tidak bergelombang tinggi. Pulau Kukusan terbilang hidup di sana sangat sulit, karena sumber air tawar tidak ada di sana, air tawar mereka tampung dari hujan bila ada hujan yang mengguyur wilayah mereka, air mereka ambil di Labuhan Bajo, sekedar ingin air tawar mereka harus melakukan perjalanan 45 menit dengan perahu bot, bila dapat air tawar mereka tidak mandi dengan air tawar itu 100%, namun mereka mencampurnya dengan air asin, seringnya perbandingannya adalah satu banding satu, satu timba air tawar dicampur dengan satu timba air asin, ini adalah air mandi mereka, karena air tawar sangat langka, mereka tidak bisa mandi setiap hari, apalagi sehari 3 kali mandi, namun mereka hanya bisa mandi 2 hari satu kali saja.

Di Pulau ini juga dihuni oleh mayoritas muslim, sama dengan pulau-pulau lainnya guru ngaji sangat langka di sana, ditambah dengan air tawar yang sulit didapat maka bertambah sulit pula menghadirkan para guru di sana, di pulau ini team kami membagikan Al Quran 150 buah,
Buku Iqraa juga 150 buah, ditambah hadiah kecil berupa kain sarung dan sorban buat tokoh agama dan Imam Masjid, wilayah ini juga tida ada listrik yang menerangi mereka di malam hari, masyarakat hanya menggunakan lampu teplok dengan bahan bakar minyak tanah.

Masuh ada banyak pulau yang belum kami singgahi, padahal sangat penting, diantaranya adalah pulau Mesah perjalanan 2 jam, dari Bajo, Pulau  Papagaran yang berjarak 2 setengah jam dari Labuhan Bajo,  dan Pulau Longos dari bibir pantainya pejalanan  masih 1 jam dengan menelusuri  jalan setapak baru bisa sampai di Longos perjampungan kaum muslimin, in syaa Allah pada kesempatan berikutnya team Tanmia akan menuju pulau – pulau itu untuk bersilaturahmi dan berbagi in syaa Allah.

 

 

Daurah Tanmia di Labuhan Bajo

Ragam kegiatan dan acara di Labuhan bajo membuat team tanmia menikmati perjalanan dakwah ini, sehingga team tidak merasa jenuh karenanya, di antara kegiatan yang dilaksanakan di Labuhan Bajo adalah Daurah Syar’iyah, semacam penataran guru dan dai dengan ilmu syar’i di sana.

Para peserta cukup antusias mengikuti kegiatan tersebut yang kami laksanakan di Madrasah Islam Swasta (mis) desa Nggorang, Labuhan Bajo, kegiatan daurah ini membawa beberapa materi penting, seperti Tata Cara Shalat, Wudhu dan Thaharah, Fikih Dakwah tahap I, urgensi Tahfizh Al Quran untuk usia dini dan pemaparan metode baca Al Quran “tsaqifa” metode untuk orang tua atau dewasa.

Alhamdulillah kegiatan ini terhitung sukses dan in syaa Allah memberikan manfaat dan percerahan bagi dai – dai dan guru ngaji di berbagai wilayah.

Peserta Daurah datang dari tempat yang jauh, di antara mereka ada yang menempuh perjalanan hingga 6 jam untuk menuju lokasi daurah karena rumah mereka sangat jauh di dalam hutan yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan apapun termasuk sepeda motor, sehingga mereka harus berjalan kaki hingga 3 jam menelusuri bukit dan hutan agar dapat keluar ke jalan raya, yang kemudian dilanjutkan dengan menaiki kendaraan umum selama 3 jam menuju lokasi.

Peserta yang seperti ini ada beberapa orang, demi untuk menghadiri majlis ilmu dan menambah khazanah ilmu yang akan mereka tularkan kepada anak didik dan ummat yang mereka bina di kampung mereka masing – masing, mereka harus berkorban tenaga dan uang tentunya untuk menghadiri majlis tersebut.

Badan yang begitu lelah dan bahkan bau keringat belum lagi hilang dari badan mereka namun hal itu sirna saat mereka bisa hadir dalam majlis ilmu tersebut dan bertemu dengan dai – dai tanmia yang membimbing mereka, rasa bahagia terlihat jelas dari wajah dan sikap mereka, mereka menganggap kehadiran team tanmia adalah hiburan dan semangat baru bagi mereka, bahkan ada salah seorang peserta yang mengungkapkan isi hati mereka dengan mengatakan, “Ustadz hari ini kami dapat hiburan dan semangat baru dengan kehadiran para ustadz dari jakarta, kalau tidak kepala kami pusing menghadapi masalah di wilayah kami masing – masing” tentu dengan logat khas NTT yang masih sangat sulit untuk kami tirukan….

Harapan para dai dan guru ngaji di sana acara seperti ini tidak hanya sekali ini saja, namun hendaknya dilakukan dan di-program untuk adanya tahap lanjutan, agar mereka mendapatkan tambahan ilmu dan pengalaman serta keahlian baru sebagai bekal untuk kegiatan dakwah mereka di kampung halaman masing – masing, kami bisa memahami kebutuhan mereka kepada ilmu, namun kami hanya bisa mengatakan in syaa Allah kami akan datang lagi pada waktu yang tepat, kami berharap para guru dan dai di sana mendoakan kami agar Allah memberikan kemudahan kepada kami untuk mengadakan acara daurah jilid dua di sana dan dengan kehadiran guru dan dai yang lebih banyak serta pada tempat yang lebuh baik dan lebih luas.

Pasar Labuhan Bajo

Salah satu target distribusi Al Quran dan Iqraa kali ini adalah pasar ikan Labuhan Bajo, tempat di mana banyak orang berkumpul, menjual atau membeli ikan untuk kebutuhan harian keluarga mereka.

Hari pertama kami membagikan Al Quran dan Iqraa di sana tanggapan masyarakat cukup bagus, banyak orang yang meminta Al Quran namun sedikit diantara mereka yag mendapatkannya karena stock yang kami bawa hanya sedikit, terlihat dari wajah mereka rasa kecewa karena tidak kebagian Mushaf Al Quran.

Namun kami menjanjikan kepada mereka bahwasanya esok hari kami akan kembali ke pasar ini dan membawa Al Quran lebih banyak lagi untuk dibagikan kepada mereka.

Pagi – pagi buta, sehabis shalat subuh dan dilanjutkan dengan kuliyah subuh dari teman team Tanmia yang memang sudah digilir setiap kali subuh, sehabis itu kami langsung berangkat menuju pasar ikan Labuhan Bajo untuk membagikan Al Quran, kali ke dua ini tidak kurang dari 300 Al Quran dan seratusan buku Iqraa yang kami bawa, Al Quran sudah kami siapkan sehari sebelumnya di Labuhan agar lebih mudah untuk dibagikan esok harinya.

Masyarakat sangat antusias menunggu pembagian tersebut, bahkan karena tidak sabar menunggu mereka siap berebut mengambil Al Quran dan buku Iqraa,
suasana sangat meriyah seperti orang berebut sembako gratis, ini menunjukkan semangat masyarakat untuk belajar islam sangat tinggi, namun sarana belajar seperti Al Quran dan buku Iqraa sangat minim, sehingga pada saat ada yang membagikannya apalagi gratis mereka berduyun – duyun ikutan antre ingin mendapatkan Al Quran, semoga Allah memberikan taufiq dan istiqamah kepada kaum muslimin di NTT.

Masjid Uswatun Karimah NTT padat Kegiatan

Ust Ramli adalah tokoh yang tidak asing lagi di wilayah Warsawe tempat SMP Muhammadiyah berada, risau melihat anak – anak di kampungnya tidak ada guru yang mengajar mereka maka ia siap pasang badan untuk mengajar anak – anak itu, meskipun sebenarnya ia ingin merantau lagi untuk mengadu nasib ke kota besar, namun melihat kenyataan ini beliau mengurungkan niatnya tersebut, karena rata – rata anak kaum muslimin sekolah di sekolah katolik, padahal dahulu ia sempat merantau ke pulau jawa hingga ia berhasil mempersunting putri magelang sebagai permaisuri untuk mendampinginya di medan dakwah.

Rasau hatinya melihat kenyataan itu ia katakan pada istrinya bahwa ia akan mengajar mereka apapun resikonya, sang istri pun mendukung niat dakwah suaminya dengan mantab.

Salah satu bidang garap yayasan Ust Ramli adalah masjid Uswatun Karimah yang berarada tidak begitu jauh dari SMP Muhammadiyah Warsawe, di masjid ini belajar sekitar 50 anak – anak TPQ putra dan putri kaum muslimin.

Saat mendengar berita bahwa team Tanmia ingin datang ke tempat mereka, mereka sudah menanti nanti kesempatan itu, tidak hanya mereka bapak – bapak dan ibu – ibu pun tidak ketinggalan ingin ikut hadir, setelah kami bagikan buku Iqraa dan Al Qu’an kepada mereka, mereka menyambutnya dengan antusias dan kesyukuran.

Setelah itu pengurus yayasan berbagi cerita kepada kami tentang kegiatan mereka di sana, pengurus pula menceritakan kebutuhan mereka untuk menunjang dakwah dan ibadah, hal yang sangat mendesak ialah Lampu penerang masjid.

Karena posisi masjid di dalam hutan lebat, berbukit dan jurang, dari jalan utama kurang lebih 10 KM akibatnya tempat mereka tidak sampai listrik, masyarakat dan anak – anak mengaji tanpa penerangan, sedangkan anak TPQ hanya bisa mengaji pada malam hari, pagi mereka sekolah, siang hingga sore membantu orang tua bertani, malam hari-lah waktu mereka mengaji.

Pernah ada orang yang membatu penerangan masjid mereka dengan Genset namun biaya operasionalnya besar, yayasan tidak mampu untuk menutupi biaya genset tersebut, ditambah membawa bahan bakar ke tempat itu juga terhitung tidak mudah, pada akhirnya yayasan mengharapkan ada bantuan Listrik tenaga matahari yang dinilai cukup hemat, sudah ada beberapa masjid di pedalaman yang menggunakannya wal hasil dianggap cukup sukses memberikan penerangan untuk masjid. Kami mencoba untuk menanyakan berapa kira – kira harganya untuk yang kapasitas sedang, beliau menyebutkan angkanya sekitar Rp 9.000.000, untuk satu unitnya, sedangkan mereka membutuhkan 2 unit, yang satunya untuk sekolah, totalnya adalah Rp 18.000.000,-.

Yang kedua yang mereka membutuhkan Pagar masjid, sudah maklum di sekitar mereka tinggal banyak sekali komunitas kristen, mereka biasa memelihara atau berternak babi, babi di tempat ini banyak beredar, tidak jarang babi – babi itu bermain di masjid atau di pelataran masjid, tentu hewan najis lagi haram ini sangat mengganggu dan menyesakkan hati kaum muslimin di sana, namun apa boleh buat orang islam minoritas di sana, maka adanya pagar masjid akan sangat membantu kebersihan dan kesucian rumah Allah serta menentramkan hati kaum muslimin.

Masjid Uswatun Karimah ini tergolong unik, bagaimana tidak masjid yang berukuran 8 X 8 itu padat kegiatan, selain TPQ di sana ada pula anak – anak yatim yang dikumpulkan oleh Ust Rusli dari berbagai wilayah untuk menjaga aqidah mereka, karena bila ayah si anak telah wafat sedang keluarga besarnya adalah non muslim sangat riskan anak ini dimurtadkan.

Anak – anak yatim itu tinggal di asrama yang sangat sederhana, bagunannya semi permanen, atap dan dindingnya terbuat dari seng, sedangkan tempat tidur mereka hanya papan yang beralaskan tikar, mudah – mudahan Allah memberikan istiqamah dan kemudahan kepada mereka, bila bapk dan ibu ingin membantu mereka dapat menghubungi yayasan islam Attanmia, 085215100250, kemudian bantuan in sya Allah akan disampaikan kepada mereka.

SMP Muhammadiyah Warsawe NTT

Akad nikah dilangsungkan di samping rumah bapak Abdurrahman tempat kami menginap selama kegiatan di NTT, salah seorang team kami Ust M Aniq Lc, MPd diundang untuk mengisi ceramah khutbah Nikah, acaranya cukup meriyah, tamu datang dari berbagai penjuru, hadir tokoh – tokoh masyarakat, seperti Camat, kepala dinas pendidikan, ketua MUI dan tokoh agama, dll, mendengar penceramah datang dari Jakarta membuat para tamu undangan semakin terpukau dengan isi ceramah dan nasehat perkawinan yang disampaikan.

Sehabis acara nikahan itu kami berangkat ke kampung Warsawe, kecamatan Beliling, Kabupaten Manggarai Barat NTT, perjalanan cukup panjang, dengan medan perbukitan curam dan hutan lebat, hati bertanya apakah ada orang yang tinggal di dalam hutan sana?

Dari awal team lapangan sudah memberi isyarat lampu kuning, sebagai isyarat persiapan dan kehati-hatian bahwa kita akan jalan kaki menuju wilayah sejauh 3 KM dari jembatan rusak, karena mobil tidak bisa masuk ke lokasi, secara umum jarak dari tempat tinggal kami ke lokasi SMP Muhammadiyah Warsawe kira – kira 50 KM.

Setelah meniti jalan cukup panjang, kami tiba di jalan setapak yang kelihatannya kami harus jalan kaki, sepanjang jalan terlihat berdiri megah Gereja dan SD Katolik dan fasilitas keagamaan lainnya, sangat jauh memang perbedaan fasilitas yang dimiliki oleh orang kristen dibandingkan dengan fasilitas yang dimiliki oleh islam yang masih bertahan dalam gubuk reot yang sebagian dindingnya sudah tiada, tidak jarang menjadi tempat menginap kambing di dalamnya.

Sopir kendaraan kami bertanya pada warga dan orang yang lewat di sana perihal jembatan penghubung untuk melintasi sebuah kali yang cukup lebar menuju ke lokasi, apakah jembatan itu sudah diperbaiki? Berita gembira segera kami dapat, jembatan sudah bagus dan siap dilewati mobil, meskipun tumpukan lumpur merah masih menghiasi jembatan baru itu, tidak heran memamg karena ini musim hujan, jalan yang kami lalui pun selalu dihiasi oleh hamparan hujan rintik yang mengiringi perjalanan kami, hingga kami keluar dari wilayah itu.

SMP Muhammadiyah Warsawe tergolong sekolah islam yang sangat memprihatinkan, bagaimana tidak dinding sekolah sebagian sudah runtuh, atapnya seng, pembatas antara ruang kelas hanya beberapa potong kayu yang dipaku sebagai batas tiap ruangan, lantainya hanya tanah, tidak ada bagian gedung itu dibangun dengan semen, ditambah posisi sekolah itu di tengah pemukiman kristen, ada sekitar 50 anak kaum muslimin yang mereka bina di sana, meskipun kondisi sekolah yang sangat memperihatinkan itu sekolah tetap memberikan pendidikan gratis kepada siswanya, dengan pertimbangan agar anak – anak kaum muslimin tidak sekolah di Sekolah Dasar Katolik (SDK).

Namun kondisi yang berat seperti ini harus mereka ambil untuk menjaga kaum muslimin agar terhindar dari pemurtadan yang sangat meraja lela di sana, tentu saja ada pihak yang tidak terperhatikan dengan kadaan seperti ini, yaitu para guru, para guru betul – berkerja keras untuk mempertahankan sekolah dan pendidikan islam ini, di samping mereka juga juga harus mencari nafkah buat keluarga mereka, karena sekolah tidak mampu memberikan gaji guru.

Bapak Ramli sebagai ketua Yayasan memberitahu kami mengenai kondisi para guru, harapan beliau guru – guru yang mengajar di SMP Muhammadiyah Warsawe ini bisa mendapatkan haknya dan bisa hidup lebih layak, meskipun para guru tidak pernah mengeluh namun beliau bisa merasakan kebutuhan para mereka.

Kami dari Yayasan Islam Attanmia yang hadir langsung di lokasi mengajak kaum muslimin secara umum dan organisasi masyarakat Muhammadiyah secara khusus untuk ikut berfikir dan memperhatikan kondisi dan membantu sekolah ini, mengingat ini adalah benteng terakhir ummat islam di sana, bila tidak maka anak – anak itu akan masuk sekolah Katolik semuanya, karena fasilitas pendidikan kaum muslimin tidak mencukupi, semoga Allah menggerakkan hati kita untuk ikut peduli dengan saudara – saudara kita di sana.

Silaturahim dengan tokoh MUI Labuhan Bajo

Hari pertama setelah kedatangan kami di Labuhan Bajo, kami bertemu dengan peserta daurah yang sudah tiga hari menunggu kami, kebahagiaan terlihat jelas dari paras wajah mereka, berbagai ucapan sambutan dari pengurus sekolah tempat kami mengadakan acara tersebut di ucapkan saat itu, dan dari team tanmia pun membalas ucapan sambutan hangat tersebut dengan kebahagiaan yang yang sedikit banyak meruntuhkan dinding kelelahan yang kami rasakan akibat safar.

Pada malam harinya kami silaturahim dengan tokoh – tokoh masyarakat dan tokoh agama di Labuhan Bajo, seperti Ketua MUI, Imam – Imam masjid dll, ketua MUI Labuhan Bajo beliau adalah Ust Sakar Abdul Jangku MPdI beliau adalah putra asli Labuhan Bajo, beliau sempat merantau ke Jogyakarta 20 tahun untuk menuntut ilmu dan menggali berbagai macam pengetahuan dan pengalaman hidup, dari pertemuan itu kami melihat beliau sudah sangat fasih berbicara bahasa jawa.

Malam itu sambutan dari beliau begitu hangat, ditemani teh hangat dan gorengan khas Labuhan Bajo obrolan terus berlanjut menggali pengalaman hidup dan gerakan dakwah beliau selama di Labuhan Bajo, berbagai pengalaman berdakwah di wilayah minoritas muslim, hingga materi dakwah yang dikedepankan adalah dakwah dengan materi kerukunan ummat beragama pun beliau sampaikan.

Ust Sakar begitu panggilan akrab beliau adalah tokoh yang dituakan di Labuhan Bajo, berbagai tugas dan urusan ummat islam beliau tangan di sana, dari urusan agama hingga urusan gali sumur pun tetap referensinya adalah beliau, peran dai yang luar biasa ini beliau perankan sehari hari hingga saat ini, semoga Allah memberikan keberkahan kepada beliau dan keluarga, semoga Allah memberikan kemudahan dalam dakwah kepada dai dai yang bertugas di Labuhan Bajo.

Perjalanan Dakwah ke Labuhan Bajo

Hari senin pagi saat matahari sudah mulai menyapa masyarakat jakarta dengan cahayanya, kami dengan team yang akan berangkat ke NTT sudah standby di pos yang sudah kami rencanakan, kendaraan sewaan kami datang, barang-barang bawaan siap dimuat ke dalam mobil kemudian bertolak menuju bandara halim perdana kusuma.

Perjalanan menuju bandara terbilang cukup singkat meskipun jam menunjukkan 06.30, sudah maklum hari senin adalah hari macet warga jakarta, namun kami sudah antisipasi hal itu.

Tiba di bandara, kami siap – siap check in, barang – barang sudah siap di troley dan antre di depan counter check in, saat kami sudah siap check in, KTP sudah kami kumpulkan untuk proses check in, namun berita yang cukup mengejutkan kami dapatkan dari petugas bandara bahwa seluruh penerbangan dengan tujun Bali dibatalkan akibat letusan gunung Agung di pulau dewata itu, debu vulkanik menutupi sebagian wilayah pulau Bali termasuk Bandaranya, rencana semula perjalan kami adalah Jakarta – Bali, lalu Bali Labuhan Bajo NTT, namun dengan kondisi bandara Bali ditutup berarti kami harus alihkan rute perjalanan ke bandara lain untuk menghindari Bali, ditambah belum ada informasi yang jelas kapan bandara tersebut dapat dibuka kembali.

Keputusan cepat kami ambil, perjalanan kami alihkan dengan rute Halim – Surabaya, Surabaya – Kupang, Lalu Kupang Labuhan Bajo, sore hari menjelang magrib diringi dengan hujan rintik kami sampai di Surabaya, kami istirahat di Surabaya satu malam, pagi menjelang siang kami bertolak ke kupang NTT, namun takdir Allah menentukan pesawat ke kupang datangnya telat 45 menit dari waktu yang telah ditentukan, akibatnya kami telat tiba di kupang hampir satu jam, dampaknya pesawat yang akan membawa kami ke Labuhan Bajo telah melambaikan sayapnya mengucapkan selamat tinggal kepada kami.

Maskapai penerbangan ini bertanggungjawab atas keterlambatan dengan alasan cuaca buruk, fasilitas hotel secara gratis untuk menginap diberikan kepada kami, penumpang dijanjikan terbang kembali ke Labuhan Bajo esok hari, Jam 9.45 kami berangkat dengan pesawat kecil menuju Labuhan Bajo, kami mengira pasawat akan langsung ke Labuhan Bajo karena jaraknya yang cukup dekat namun ternyata ia singgah lagi di bandara kecil “Bajawa” sekitar 15 menit untuk menurunkan dan menaikkan penumpang, lalu bertolak ke Labuhan Bajo, singkat cerita perjalanan expedisi dakwah kali ini dari Halim menuju Labuhan Bajo membutuhkan waktu 3 hari, sungguh perjalanan pajang yang cukup melelahkan.

Muncul pertanyaan dalam hati kecil kami perjalanan yang sulit seperti ini juga dialami oleh orang – orang yang menyebarkan agama lain, mereka bersabar atas kesulitan ini, meskipun mereka berada dalam kebathilan, apalagi kita yang membawa risalah islam, tentu harus lebih kuat dan tegar menghadapi kondisi seperti ini, semoga hal ini dapat menjadi pelajaran dan pengalaman yang bermanfaat bagi Dai yang datang kemudian dan meneguhkan langkah kita dalam dakwah untuk menyebarkan risalah islam hingga ke seluruh penjuru negeri.

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!