Jejak Tsunami di Warung Lestari Kabonga Donggala

Donggala — Awan tebal menutup langit teluk Palu. Merah senja urung menghiasi Pantai Talise, Sabtu 24 November 2018. Namun, mendung tak menghalangi sejumlah relawan dan pengunjung untuk singgah istirahat untuk menikmati kacang rebus dan minum kopi di kawasan itu.

Salahsatunya kami singgah di Warung Lestari yang menawarkan sensasi menyeruput kopi di atas gasebo terapung tepi pantai, juga memberi gairah bagi warga pesisir Kabonga Kecil tak jauh bersebelahan dengan Kampung Muara Donggala yang hilang tenggelam.

Lestari mungkin memiliki filsafat yang unik untuk sebuah nama tempat makan, daya tarik view warung yang berada diatas laut dan terbuat dari material kayu bangunanya semakin indah menghiasi warkop tetap kokoh.

Subhanallah.. terjangan tsunami memang masuk ke warung hingga peralatan dapur berserakan, namun ajaibnya mushola tidak basah, sajadahnya pun masih tetap rapi, beras di karung pun tetap kering seperti biasanya di dapur menurut Ani pegawai pramusaji. “Beberapa ikat kangkung sempat mengelantung diatas langit-langit seng, itu yang membuat kami heran tersenyum dan tak kuat menahan haru atas kuasa Allah-lah menyelamatkan kami sekeluarga”,ungkap Haryani pemilik warung yang sudah 20 tahun berjualan. Baru kali ini ia mengalami gempa dan tsunami yang hebat yang telah meluluh-lantakkan kawasan pesisir Donggala pada Jum’at 28 September 2018.

Kini warga yang masih selamat masih gotong royong membersihkan puing-puing yang berhamburan ke daratan. Nampak beberapa perahu yang tak lagi utuh menghiasi pesisir.

Duka menyelimuti Donggala belumlah usai, tapi Haryani tak ingin berlama-lama tinggal di tenda pengungsian, hanya bergantung pada bantuan. Kini saatnya bangkit bersyukur dengan apa yang ada dan bisa membantu para tetangganya pulihkan keadaan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

 

Pengungsi Bone Oge Ujung Donggala Menanti Kebahagiaan Datang

Puluhan Tenda yang dihuni ratusan jiwa masih juga ditemui di Bone Oge Tanjung Karang Donggala. Mereka adalah korban gempa dan tsunami yang semula tinggal di pesisir. Sudah hampir 2 bulan mereka mengungsi dan mendiami terpal-terpal tenda di atas gunung di daerah Tanjung Karang. “Ada 40 KK dengan jumlah sekitar 120 jiwa, jelas Umar salah satu pengungsi asal Bone Oge. Wilayah Bone Oge berada diujung wilayah bagian barat teluk Palu yang bisa ditempuh 50 KM dari pusat kota Palu dan berada di ujung Banawa Donggala.

Cara door to door adalah cara yang efektif meski memakan waktu lumayan, tapi inilah yang sedari awal kami pakai saat distribusi bantuan di wilayah prioritas yang terkena bencana di Sulteng saat transisi darurat. Sejak pagi menyisir pesisir desa Bone Oge Kabupaten Donggala dari tenda ke tenda. Semoga lebih adil, lebih merata karena terbatasnya kemampuan kami.
“Alhamdulillah mas bantuannya bisa naik sampai sini, biasanya nyangkut duluan di bawah”, ungkap Ibu Nirma sambil menerima bantuan logistik di tendanya.

Ya Alloh…seperti ini ya rasanya.. Pemandangan kelu dan rasa bercampur aduk di pengungsian yang entah sampai kapan batas waktunya. Tanmia Foundation sudah mendekati sebulan sejak masa transisi darurat 27/10. Distribusi logistik masih diprioritaskan terutama bahan pangan ke daerah-daerah prioritas untuk kantong-kantong pengungsian di wilayah Palu-Sigi-Donggala yang terkena dampak bencana.

Mari bersama-sama kita bantu para korban bencana Gempa dan Tsunami Palu, Sigi, dan Donggala. Terus peduli menabung kebaikan memanen benih-benih pahala dunia-akhirat kelak. Barakallahufiekum.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

Kampung Muara Donggala Hilang Dan Berubah Menjadi Lautan Yang Dalam

Belum usai sedih betapa ngerinya gempa di disusul likuifaksi kampung yang ditelan bumi di Petobo, Jono Oge, Sibalaya dan Balaroa dalam benak kita. Kali ini Kampung Muara di Kab Donggala Sulteng ini, ditenggelamkan ke dalam air laut. Berdasarkan pengakuan beberapa warga yang selamat masih banyak rumah-rumah masih utuh tenggelam di bawahnya.

Relawan Tanmia Foundation bersama tim relawan lokal singgah di kampung Tenggelam, Kampung Muara, RT 03/RW 04 Kelurahan Boya Kec. Banawa Kabupaten Donggala pada ( 21/11/2018 ) .
“Di sini (Kampung Muara) saat gempa terjadi, sekitar 38 rumah hilang dihantam ombak pasang atau tsunami, sementara penghuni rumah itu skitar 40-an KK,” ungkap Ade yang tiap hari buruh lepas di pelabuhan Donggala berdekatan dg Kampung Muara.

Masih banyak mayat belum di evakuasi lantaran terjebak di dalam rumah dan berada di dalam air laut. Berkesan, dengan korban yg masih diberi kehidupan, dimana sesuai data ada 32 rumah tenggelam (runtuh ke dalam laut di kedalaman 23-33m), 40(41) korban jiwa, 29 orang jasadnya ditemukan dan 11(12) korban jiwa hingga tulisan ini dicatat belum ditemukan. Mereka yang tewas terdiri anak-anak dan wanita serta lansia, karena saat kejadian banyak kepala rumah tangga yang mayoritas nelayan sedang melaut.

Alhamdulillah, sebanyak 22 jiwa yg terdata masih diberi keselamatan hidup. Meski menyisakan perih luka yang dalam bagi para keluarga yang ditinggal, para relawan kemanusiaan dari berbagai penjuru tetap merasa terpanggil untuk berempati membagi kepedulian dengan segala kemampuan yang ada. Segera pulih bangkit lagi, semangat membara untuk para nelayan. Songsong masa depan dengan wajah baru dengan optimisme keyakinan. Ujian musibah yang telah terjadi menjadi dorongan untuk menambah ketaatan pada Allah Ta’ala Rabb penguasa seluruh alam.

Masyaallah…sungguh kuasa Allah Ta’ala yg pantas menyombongkan atas semuanya, kampung yang indah di pesisir sekarang berubah menjadi lautan biru yang dalam. Semoga menjadi teguran muhasabah diri kita untuk lebih shalih lagi di masa yang akan datang.

Barakallahufiekum

Warga Nelayan Loli Donggala Masih Tertatih Butuh Bantuan

Suasana duka Sulawesi Tengah belumlah berlalu. Cobalah bertahan, datang menyapa menghampiri mereka di pengungsian betapa tersentuh hati untuk terus berbagi meringankan rasa duka untuk mereka. Apalagi ditengah ketidakpastian hanya karena janji imanlah semua bertahan.

Gempa dan tsunami yang menghantam Sulawesi tengah sudah menewaskan ribuan orang. Masih banyak yang hilang terus dicari, foto-fotonya masih ditempel disemua sudut tembok kota, gerangan masih ada keajaiban kuasa Allah terhadap nasib saudara, kerabatnya masih bisa ditemukan bertahan hidup. Sungguh masih duka belumlah berlalu, situasinya tak tergambarkan lagi dalam kata-kata. Hanya tutur doa yang mampu mengikhlaskan atas semua ujian musibah yang terjadi untuk diambil makna hikmahnya.

Tim Tanmia Foundation di masa transisi darurat sejak 27/10 lalu dengan segenap kemampuan yang ada masih bertahan merajut senyum para korban, menguatkan segenggam iman yang masih bisa bangkit untuk menyongsong hari depan yang lebih baik agar negeri barokah berikut impian dan harapan cita-cita kembali ada di Bumi Kaili Palu-Sigi-Donggala.
Pagi menjelang siang ( 17/11 ) melewati masjid terapung Arwam Bab Al Rahman yang menjadi simbol kuasa Allah akan dahsyatnya tsunami ketika itu terjadi. Ajaibnya siapapun yang melihatnya pasti akan akan teringat kejadian yang memilukan itu dan betapa kuat besarnya kuasaIlahi untuk hambanya yang masih rapuh namun dzalim menyombongkan diri. Astagfirullah…

Meneruskan perjalanan bantuan ke Donggala seolah tak pernah habis, karena begitu banyaknya korban dan titik terdampak sementara beberapa pihak lumpuh masih merangkak. Apa yang ada masih belum siap dengan situasi keadaan yang menimpa, hanya iman dan naluri kemanusiaanlah yang terus bergerak bahwa jalan kebaikan selalu terbuka.

Distribusi logistik kali ini menyisir pemandangan tenda warga di Loli dondo, Loli tasiburi, Loli Pesua, Loli Saluran yang terletak di sepanjang pesisir menuju Banawa Kota Donggala. Di gubug tenda-tenda sementara mereka harus memulai kembali hari-hari baru dan membangun asa kehidupan yang lebih baik karena semua harta telah sirna hanya menyisakan puing-puing dan harapan di dada. Bantuan Logistik berupa bahan makanan setidaknya bisa meringankan beban mereka yang rata-rata masih tertatih memulihkan kondisi yang ada.

“Alhamdulillah bersyukur sekali siapa saja yang masih hidup, bisa tersadar untuk kembali taat pada Allah Ta’ala”, ungkap Mama Fitra salah satu warga Loli yang selamat.

Kehidupan masyarakat nelayan kini tinggal di pesisir kenangan. Kapal-kapal pencari ikan banyak yang hanyut entah kemana, puing-puing rumah masih menyelimuti duka lantaran banyak sanak keluarga belum ditemukan. Siapapun yang masih peduli pasti akan diganti karena Allah sebaik-baiknya pemberi pembalasan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

Bantuan Logistik Menyambung Harapan Pengungsi Bertahan di Labuan Bajo Donggala

Hari menjelang sore rombongan mobil distribusi logistik Tanmia Foundation memasuki gerbang kota Donggala.
Kali ini distribusi bantuan logistik sebanyak 100 paket untuk tiga titik shelter pengungsi korban tsunami di Kampung Labuan Bajo Banawa Donggala (15/11). Isi paket terdiri dari beberapa bahan pokok dan kebutuhan sehari-hari. Tiga titik shelter pengungsian ini terdiri 15 – 20 tenda yang berisi 20 KK disetiap shelternya.

“Ada sekitar 200 jiwa yang masih bertahan di tenda pengungsian yang berderet di pinggiran jalan, ini bukan lain karena trauma saja melainkan hanya inilah lokasi yang masih bisa digunakan”, tutur Fahrul Islami kordinator posko labuan Bajo pada relawan.

Wilayah Donggala terbilang cukup unik, sebuah kota tua dengan akses pelabuhan laut yang sudah familiar sejak peninggalan Belanda beratus tahun. Selain pesisir Talise Palu yang menjadi pusat terparah dan menumpuknya tujuan bantuan, pelabuhan kota tua Donggala pun juga tak luput dari hantaman gempa dan tsunami pada 28/9. Bagian pusat kota Donggala dan bagian lainya dipisahkan oleh teluk Palu dan kota Palu sehingga pesisir pantai Donggala sangat panjang. Ini yg menyebabkan minimnya distribusi bantuan ke titik-titik Donggala seringnya terlewatkan.

Titik-titik lokasi terkena dampak gempa dan tsunami di wilayah Donggala memanjang sepanjang pesisir Banawa, Teluk Palu hingga laut luar Tanjung Karang Banawa dan Sirenja di utara. Perjalanan menuju Labuan Bajo Banawa bisa dijangkau dg menempuh jarak 50 KM dari Pombewe Sigi Biromaru pusat posko logistik Tanmia berada.

Bantuan logistik ini adalah bagian dari jawaban dan harapan dari setiap doa para pengungsi yang terus dipanjatkan selama ini. Karena jalan kebaikan selalu mempertemukan para dermawan dan mereka yang masih membutuhkan uluran tangan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

Hari Jum’at Anak-anak Mendadak Riuh Di Kampung Berkah Paneki

Bertahan di kamp pengungsian dalam ketidakpastian waktu berakhirnya menjadi pemandangan yang miris bagi siapapun yang melihatnya. Tetap bertahan tanpa adanya listrik dan pasokan makanan adalah pilihan hidup yang harus diperjuangkan karena inilah ujian. Bagi sebagian kita yang dewasa seperti ini bisa saja, tetapi untuk anak- anak adalah hal yang menyulitkan.

Sejak gempa dan tsunami 28/9 lalu Paneki menjadi wilayah lokasi pengungsian para korban yang selamat akibat gempa yang disusul likuifaksi di Jono Oge Sigi Biromaru.
Jum’at pagi mendadak suasana riuh untuk anak-anak dan pengungsi di kampung berkah Paneki tempat hunian tenda-tenda berdiri. Tanmia Foundation mendistribusikan sebanyak 1 pick up logistik yang 50 paket bahan pokok. Selain itu ada puluhan galon air layak konsumsi juga karena sudah sebulan pasca gempa air minum terganggu akibat banyak saluran dan penampungan air yang tertimbun tidak bisa digunakan lagi.
“Ada 30 anak-anak dan 80 jiwa usia dewasa yang tinggal sejak tanggap darurat dan bertahan sampai waktu yang belum pasti sampai sekarang ini, tutur Ibu Nurahma salah satu warga di Paneki.

Riuh teriakkan ceria anak-anak pengungsi itu seolah jadi obat mujarab bagi kami semua. Letih, lelah, dan perasaan bercampur aduk setelah semalaman mempersiapkan logistik dan mendistribusikannya di esoknya, hilang seketika saat mendengar suara-suara lucu mereka.

Sangat indah membahagiakan bagi siapapun yang teringat “tentara-tentara kecil” anak-anak di rumah yang selalu menyambut dengan riang gembira saat pulang beraktivitas kita.Inilah rasa rindu yang terbayar.

“Alhamdulillah..Terima kasih ya Allah.” sorak ramai bersaut si Arga bersama anak-anak lainya berkumpul menghadang kedatangan kami para relawan. Bantuan logistik mungkin tidak seberapa banyaknya namun dimasa transisi recovery pasca bencana sangat berarti bagi mereka.

Kepedulian kita adalah senyum bahagia untuk mereka. Senyuman anak-anak itu takjub bernilai bagi hati kami. Benar-benar sweet moment berharga tak ternilai. Amazing …Precious Moment.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

Di Masjid Tua, Sang Ibu Merajut Mimpi Anak-anaknya

Banyak kisah yang selalu kami temui dibeberapa tempat bencana di Palu, Sigi, dan Donggala. Haru rasanya untuk ditahan air mata dan lidah ini kelu untuk menceritakanya. Desiran ombak sore di Pantai Wani Tanantovea kemarin mengingatkan kisah seorang Ibu Nani bersama anak-anaknya yang kami temui sesaat sebelum maghrib matahari tenggelam.

Tepat di seberang Masjid Tua Wani “Al Amin ” Ibu Nani mendirikan gubuk terpal yang ala kadarnya. Dengan sisa-sisa puing tsunami yang masih bisa dimanfaatkan tenda reot berhasil ia dirikan untuk menghalau teriknya siang dan kucuran air karena musim hujan telah tiba.

Ketika tsunami datang Nani bersama sembilan anak-anaknya sudah mengungsi karena ia mendengar suara gemuruh dari tengah laut beberapa saat setelah gempa. Firasat tanda akan datangnya tsunami sudah dirasa karena suaminya juga seorang nelayan ikan di pelabuhan kampung tua yang juga memberi keterangan yang sama kepada kami yang membesuk sore itu. Rumah tinggalnya dan kapal suami Nani yang menjadi alat mencari nafkah kini sudah ditelan gelombang dan kini hanya bisa mengais nafkah dengan buruh nelayan bersama kawan atau kerabat lainya yang masih ada.

Kuasa Allah menyemangati Nani bersama keluarganya yang tegar menaruh harapan pada sang Kuasa karena masih diberi keselamatan. Harta boleh binasa namun iman masih menguatkan bahwa ajal belum tiba menjemputnya.

“Bismillah dengan banyak berdzikir kami kuat,” ucap Ibu Nani disamping sembilan anak-anaknya yang selamat dari terjangan tsunami saat ditemui relawan Tanmia Foundation 13/11.

Alhamdulillaah sudah sebulan pasca gempa dan tsunami, anak-anak sudah mulai sekolah. Duka tak mampu menyurutkan niat-niat mereka dalam merajut setiap asa dan mimpi-mimpi untuk tetap sekolah dan mengaji.

Masjid Al Amin dan Masjid Mujahidin yang tak jauh dari tenda rumahnya sementara waktu untuk sekolah sekaligus mengaji darurat. Di tempat inilah, impian anak-anak itu akan dikobarkan. Berharap suatu hari nanti, anak-anaknya yang akan menjadi harapan kebahagiaan dimasa depan yang amanah. Yang akan mampu membangun kembali tanah kelahirannya. Membangun mimpi dan kesuksesan dunia akhirat atas ijin Allah Ta’ala.

Walhasil Tanmia Foundation tak lelah berikhtiar dalam merajut duka dan menjembatani mimpi segenap kaum muslimin dan anak-anak Palu, Sigi, dan Donggala untuk terus bangkit kembali. Jangan lupakan mereka, dan berharap kitalah salah satu orang yang telah berjasa menerbitkan seutas senyum diwajah-wajah kebahagiaan mereka itu.

Mari tebar kebaikan dan lapangkan kedermawanan kita ringankan beban mereka.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

Salurkan Bantuan Logistik sampai Pedalaman Donggala

DONGGALA — Luasnya dampak musibah gempa bumi di Sulawesi Tengah, terutama Kabupaten Donggala menjadikan banyak masyarakat yang hingga hari ini masih membutuhkan bantuan. Para korban gempa dan tsunami tersebut bukan putus asa harapan dan terus berpangku tangan. Mereka bangkit dan terus tanpa lelah berdoa mencoba mencari bantuan.

“Senin  (12/11)  kami dapat informasi dari warga pesisir Balaesang, bahwa ada warga masyarakat yang berada di desa Walandano pedalaman Balaesang, yang kondisinya sangat jauh dari perkotaan dan menyampaikan butuh bantuan melalui kami,” terang Relawan Tanmia Foundation di Donggala, Zubeir Abdullah dalam rilis yang diterima posko pusat Tanmia di Sigi Biromaru pada Senin (12/11).

Pada hari yang sama seketika itu juga direspons dan ditindaklanjuti, barulah relawan mengerti bahwa warga yang berada di Desa Walandano, Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala, benar-benar sangat jauh karena ditempuh dengan perjalanan darat 4 Jam dari Kota Palu ke arah utara Sirenja pusat Gempa terjadi pada 28/9 lalu.

“Senian (12/11)  kami berangkat pukul 9 siang, tiba di lokasi waktu ashar melalui jalan terputus karena pasang air laut, patah-patah, dan menyeberangi jembatan rusak. Di desa ini hampir 90 persen lebih, masyarakat kehilangan huniannya,” imbuh Zubeir.
Sesampai di desa tersebut, relawan disambut sangat antusias oleh warga. Mereka sangat bahagia, setelah berhari-hari mencari bantuan namun tidak ada yang datang.

“Baru ini, dari Tanmia Foundation kami dapat bantuan, padahal kami sebelumnya belum pernah jumpa. Di sini kami keliling mencari bantuan, namun kami mengalami kesulitan. Harus ada kartu keluarga (KK) dan surat keterangan desa.  Bagaimana mungkin, sedangkan rumah kami  hancur,” ungkap Nani Ibu dengan sembilan anaknya yang selamat.

Melihat realitas tersebut, Zubeir mengaku haru terkejut dan prihatin. “Ini luar biasa, masyarakat desa pedalaman Donggala yang sangat jauh dan terdampak musibah sangat serius, namun tetap tegar. Sejak kejadian, sampai hari ini listrik baru menyala hidup sebentar, malam masih kondisi gelap gulita. Walhasil kita kirim tandon air untuk pembuatan sumur, sembako, perlengkapan mandi dan perangkat sholat dan kebutuhan lainnya,” urainya.

Penyaluran ke Desa Labuan Lelea Wani Tanantovea dan Desa Walandano, Kecamatan Balaesang,  Kabupaten Donggala dapat terlaksana dengan baik berkat kerja sama dari Tim Tanmia Foundation dan SAR Amanatul Ummah yang sudah menyisir lokasi bencana sejak sebulan terakhir.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu – Sulteng

Tanmia Prioritaskan Distribusi Bantuan Daerah Terisolir

Senja di Donggala kala itu sangat mencekam bagi semua warga pesisir pantai Wani Tanantovea. Berbeda dengan hari-hari senja sebelumnya yang tumpah ruah dengan dermaga nelayan ikan dan sayur-mayur yang mengisi kapal-kapal untuk dibawa ke pulau-pulau.

Kini Donggala menjadi kenangan tak terlupakan sepanjang masa bagi semua yang selamat dan masih bertahan hidup seadanya. Gempa dahsyat yang tiba-tiba datang menggoncang dan tsunami yang menyapu daratan mengubah suasana menjadi kepanikan dan kedukaan sekejap. Ratusan orang tewas seketika bahkan ribuan orang hilang entah kemana sampai saat ini belum ditemukan riwayatnya.

Masa transisi darurat yang tengah berjalan sepekan terakhir ini boleh dibilang masa-masa sulit untuk sebagian pengungsi yang masih terisolir di sebagian titik wilayah lokasi gempa dan tsunami. Bencana dahsyat telah memporak-porandakan wilayah kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah
Tim Relawan Tanmia Foundation bersama relawan lokal masih berupaya bertahan untuk dengan terus mendata dan mensurvei, menginventarisir titik-titik daerah prioritas guna mendistribusikan bantuan kemanusiaan.

Titik-titik prioritas lokasi bencana Pasigala – Palu Sigi Donggala diantaranya, Paneki Sigi, Pombewe Sigi Biromaru, Jono Oge, Sibalaya Selatan, Petobo Palu Barat, Labuan Bajo Banawa , Wani Tanantovea, Labuan Lelea, Walandano Balaesang Tanjung Kabupaten Donggala.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

 

Santri Tanmia di Acara Profil Anak Hafizh SALAM TV

Jum’at, 02 November 2018 dalam rangka mengisi Acara Profil Anak Hafizh di salah satu stasiun TV Islam swasta, Al hamdulillah kali ini Mahad Tahfizh Quran Usia dini Attanmia berkesempatan ikut tampil dalam acara yang diselenggarakan oleh SALAM TV di Gedung BNI Syariah, Kuningan – Jakarta selatan pada hari tersebut.

Muhammad Rafif Al Faruq, salah seorang santri Ma’had Tahfizh Attanmia berkesempatan hadir memenuhi undangan SALAM TV sebagai salah satu nara sumber pada Acara Profil Anak Hafizh ditemani oleh salah satu guru/pengampu kelas Tahfizh, Ust Zainudin.

Sebagaimana keterangan dalam wawancara sekilas tersebut bahwa di usia 9 tahun Ananda Dengan Izin Allah telah menghafal kuang lebih 14 juz Al quran. Oh ya ananda juga telah selesai menghafal bait-bait matan Tuhfatul Athfal lhoh… yang merupakan salah satu karangan imam Qari besar dalam ilmu Tajwid,Syaikh Sulaiman Al-Jamzury Semoga Allah merahmati beliau

Anada juga berkesempatan untuk menjawab beberapa pertanyaan ayat suci Al quran dari Kak Rio untuk melanjutkan ayat-ayat yang ditanyakan dan dapat dijawab dengan baik dan lancar Alhamdulillah .

Kira-kira apa rahasia ananda bisa menghafal 14 juz diusia segitu yaa ??

Dengan bekal kesungguhan, ananda mengambil program Intensif ( mondok ) dan setiap harinya menghafal Al quran dengan metode Sabaq, Sabqi, dan Manzil !

Yaitu dengan metode banyak mengulang baik bacaan ataupun hafalan mencakup hafalan baru ataupun yang sudah dihafal, sehingga memudahkan Ananda untuk terus menghafal Al Qur’an kemudian mengatur waktu serta bimbingan dari pengampu dikelasnya.

dan Dengan izin Allah acara yang berlangsung dari pukul 08.30- 15.00 wib itupun selesai dengan lancar. Alhamdulillah.

Semoga Ananda serta perjuangannya dapat menjadi inspirasi dan motivasi teman-teman dan adik-adik penghafal lainnya, Aamiin yaa rabbal Aalamiin.

 

Relawan Tetap Bertahan Untuk Melanjutkan Distribusi Logistik Bantuan Korban Gempa dan Tsunami

Palu – Distribusi bantuan untuk korban gempa dan tsunami, Palu-Sigi-Donggala Sulawesi Tengah, mulai terkendala karena masih kurangnya bantuan logistik bahan pangan, tenda dan hunian sementara usai ditutupnya masa tanggap darurat pada 26 Oktober 2018.

Hal ini diungkapkan oleh beberapa perangkat desa juga warga pengungsi yg ditemui diberbagai titik lokasi.

Alhamdulillaah, bantuan logistik dari para relawan terus didistribusikan kepada pengungsi di masa transisi ini. Tak luput juga tim relawan Tanmia Foundation ikut terjun ke titik-titik pengungsian untuk mendistribusikan bantuan logistik yang tersebar di Petobo, Sigi Biromaru, Jono Oge dan Balaroa.

Bantuan yang berupa sembako dan keperluan sehari-hari adalah bentuk upaya menguatkan para pengungsi untuk tetap bertahan dg kondisi yang serba minim dimasa recovery disaster beberapa bulan ke depan.

Distribusi bantuan dari Posko Center Pombewe di Kecamatan Sigi Biromaru dilakukan berdasarkan permintaan koordinator pengungsi dan warga yang meminta bantuan melalui call center posko.

“Wilayah pengungsian Petobo di Loru telah berkeluh kekurangan bahan pokok selama sepekan terakhir untuk itu berharap agar posko mendistribusikan bantuan kepada mereka juga fasilitas ibadah seperti mushola,” ujar Niswati salah satu pengungsi asal Petobo.

Ratusan unit tenda pengungsi dari UNHCR ditambah tenda-tenda dari pihak lain juga telah dibagikan. Namun belum semua pengungsi gempa dan tsunami Palu-Sigi-Donggala juga memperoleh tenda.

“Misi kemanusiaan dari Tanmia Foundation adalah bagian kepedulian dari kaum muslimin yang semoga bermanfaat dirasakan oleh para pengungsi untuk bertahan di pengungsian, ungkap Rofiq selaku Ketua Yayasan Tanmia Foundation yang berkesempatan membersamai distribusi logistik.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu – Sulteng

Jembatan Kuning Icon Kota Palu Hancur Diterjang Tsunami

Jembatan kuning Pantai Talise adalah icon kota palu, menjadi kebanggaan masyarakat di sana, belum ke Palu rasanya kalau belum melintas di atas jembatan kuning, para tamu dari luar kota selalu mampir di sana walau hanya sekejab mata, pantai yang bagus, air laut yang bening membuat daya pikat kuat untuk menarik pengunjung duduk di sana sambil menikmati jajanan atau hanya sekedar menanti matahari turun dari ufuk sebelum gelapnya malam tiba.

Tempat ini terbilang padat penduduk, hotel – hotel mewah berdiri mentereng menghadap ke laut untuk menikmati view laut yang indah, belum lagi caffè dan warung – warung yang memadati tempat itu, di totel – hotel ini tempat menginap para tamu dari berbagai wilayah termasuk pejabat daerah yang bertandang ke sana.

Peristiwa tsunami bulan lalu yang terjadi di pantai ini kian membuat mata terbelalak, pasalnya pantai Talise hingga kurang lebih 90 KM ke arah utara adalah teluk kecil, tidak berada di hadapan hamparan laut lepas, namun bisa terkena tsunami, bila Allah berkehendak apapun akan terjadi.

Saksi mata dari nelayan yang sedang mecari ikan di teluk tersebut saat mula terjadi tsunami terlihat api yang muncul dari dalam laut, percikan air yang terkena api tersebut pun sempat mengenai kulit mereka, dari titik tersebut air dengan gelombang tinggi terus berjalan cepat hingga sepanjang 90 KM menyapu apa saja yang ada di tepi laut, rumah, ruko, hotel, ratusan mobil, hingga gudang – gudang yang berada di dekat pantai hancur tidak berbekas.

Jumlah korban jiwa tidak terhitung, pada sore hari itu sedang direncanakan perhelatan akbar di tepi pantai itu, acara peringatan ritual nomoni yang erat dengan pumujaan setan itu ingin dihidupkan kembali dan dijadikan sebagai acara internasional, tamu – tamu dari luar negeri juga hadir di tempat itu, dari schedule rencana acara resmi dibuka jam 8 malam, sore hari tempat tersebut sudah padat pengunjung, 300 penari anak – anak, sudah siap untuk menyambut tamu, 35 dukun siap unjuk kebolehan, aparat pengamanan sudah siaga, namun ketentuan Allah semua mereka terkena tsunami.

Hingga hari ini 4 November 2018 air laut Pantai Talise masih keruh hingga 100 meter ke tengah laut, air itu keruh tidak berhenti meskipun sudah satu bulan bencana berlalu, kendaraan masih ada yang bergelimpangan di samping dan bawah rumah warga, trauma tsunami kelihatannya masih sangat berbekas pada masyarakat di sana, terlihat banyak yang datang ke tepi pantai duduk termenung sambil menangis mengenang saudara – saudara mereka yang telah tiada.

Kemusyrikan dan kemungkaran mendatangkan kemurkaan Allah ta’ala, orang – orang shaleh akan terkena dampak azab bila mereka tidak ikut mencegah perbuatan mungkar tersebut.

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!