Wakaf Qur’an di Masa Pandemi Untuk TPQ Ad-Dakwah, Inisiatif Mendukung Kegiatan Belajar Ngaji Anak-Anak Pedalaman Pemopombo, NTT

Orang tua sangat dinantikan peran pentingnya untuk untuk selalu mendidik agama bagi anak. Tingkat pendidikan orang tua pun sangat berpengaruh apalagi ditengah situasi kondisi pandemi (Covid-19) tidak semua orang tua memiliki inisiatif untuk menemani anak-anaknya belajar alih-alih membuat program kegiatan belajar mengajar sebagaimana TPQ agar tidak terhenti.

Hal itu disampaikan salah satu penggerak Da’i  di Maumere Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur, Haenul Rashid.

“Kalau pas belajar di TPQ guru para ustadz dan ustadzah bisa memantau belajar anak satu per satu. Namun sejak ada pandemi agak kesulitan. Mengingat sumber daya yang ada terbatas,” ujar Rashid, saat menyalurkan bantuan wakaf mushaf dari Tanmia Foundation di TPQ Ad-Da’wah Dusun Kampung Bugis Pemopombo, Jum’at (4/12/2020).

Menurutnya, meskipun program kegiatan belajar di Sekolah formal berhenti, beberapa lembaga TPQ di beberapa wilayah Maumere masih melakukan pembelajaran sekalipun terbatas. “Sebelum datang pandemi pun memang keadaan TPQ berjalan ala kadarnya”, jelas Kamarudin pengasuh TPQ yang berdiri sejak 1986.

“Bertahun-tahun telah dilewati dengan segala warna-warni lika-likunya dengan segala kendala yang ditemui. Keberadaan TPQ dan Masjid Ad-Dakwah sejak 1986 sangat menjadi harapan bagi orang tua yang memang mengandalkan anak-anaknya dapat pendidikan agama darisini apalagi selama pandemi sekarang ini,” terang Sudarmin salah satu pengurus Masjid Ad-Dakwah saat dihubungi pihak Tanmia.

“Kami pun sebenarnya mengajak orang tua agar rutin dan mempraktikan nilai-nilai akhlak dan pendidikan agama kepada anak. Dengan begitu, selama di rumah anak-anak akan tetap menjalankan ibadah keagamaan. Apalagi saat pandemi ini banyak aktivitas di dalam rumah bisa dilakukan. Jadi meskipun sekolah libur sementara waktu, anak-anak dapat melanjutkan belajar materi TPQ yang di dapat dengan bimbingan orang tua sekalipun semampunya, maklum dengan rendahnya latar belakang pendidikan agama orang tua masing-masing yang mereka miliki,” imbuh Rashid dalam penuh harapnya.

Kendala dan permasalahan yang sering dijumpai selain sistem pembelajaran, kata Rashid, adalah masalah kesejahteraan tenaga pengajar yang hanya bisa membesarkan hati lapangnya semata-mata dengan dalamnya samudera pengabdian keikhlasan selama ini. Tercatat ada sekitar ratusan pengajar TPQ yang tersebar di seluruh wilayah Maumere dengan berbagai latar lembaga pendidikan. Maka dari itu pihaknya melalui wadah para da’i dan pengurus masjid mencoba menghimpun bantuan semampunya agar dapat membantu meringankan beban para pengajar TPQ yang tersebar diberbagai wilayah pedalaman Kabupaten Sikka.

“Adapun bantuan yang diberikan sejumlah paket wakaf mushaf Iqra dan Qur’an. Bantuan tersebut diharapkan mendukung kegiatan TPQ yang masih terkendala sehingga kurang berkembang. Hal itu dilakukan untuk saling membantu antar TPQ dan saling menguatkan silaturahimnya. Kemudian bantuan juga diberikan di beberapa masjid yang sampai saat ini masih berlangsung. Semoga bantuan yang diberikan dapat meringankan beban selama pandemi,” terang Rashid menutup percakapannya.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Fiqih Prioritas Amalan Hati Diatas Amalan Badan

Oleh : Kholid Mirbah, Lc

Tanda kebaikan seorang manusia itu ketika diberikan semangat dalam menuntut ilmu. Nabi bersabda,

مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam persoalan agama”

Dalam melaksanakan perintah Allah ‘azza wajalla, setiap muslim dituntut untuk melaksanakan perintah-perintah tersebut secara proporsional. Artinya, ketika Allah ‘azza wajalla memerintahkan suatu amalan yang tingkat hukumnya berbeda, maka setiap muslim semestinya lebih mendahulukan amalan yang posisi hukumnya paling tinggi. Inilah gambaran praktis soal fikih prioritas. Dalam bahasa arab dikenal dengan istilah Fiqh al-Aulawiyat.

Fiqih prioritas diantara tujuannya adalah agar kita bisa melakukan prioritas-prioritas amalan yang terbaik, kita tidak hanya sekedar diperintahkan untuk melakukan amalan itu agar gugur dari tanggung jawab kita tetapi lebih dari itu agar amalan yang kita suguhkan adalah amalan terbaik dalam hidup kita, dan itulah tujuan Allah menciptakan kehidupan dan kematian untuk kita agar kita memprioritaskan amalan yang terbaik untuk Allah swt. Firman Allah swt.

(ٱلَّذِی خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَیَوٰةَ لِیَبۡلُوَكُمۡ أَیُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلࣰاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِیزُ ٱلۡغَفُورُ)

Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.
[Surat Al-Mulk 2].
Maksudnya adalah Allah Yang menciptakan kematian dan kehidupan agar Dia menguji kalian (wahai manusia) siapa di antara kalian yang lebih baik dan lebih ikhlas amalnya (Tafsir al-Muyassar)

Maka agar dapat meraih amal terbaik adalah dengan memahami fiqih prioritas, dan diantara salah satu kaidah dalam fiqih prioritas adalah kaidah memprioritaskan amalan hati diatas amal badan, atau amal batin diatas amal zahir, para ulama ketika membuat kaidah itu bukan tanpa alasan, mereka membuat dalil ini karena ada argumentasi syariah, alasannya adalah,

1. Karena amalan zahir itu tidak diterima manakala tidak didasari atas amalan hati yaitu keimanan.

Buktinya adalah diantaranya bahwa amalan orang yang tidak beriman tidak diterima Allah, meski amal zahirnya banyak. Dan iman itu tempatnya adalah hati, bukan sekedar ucapan tapi yang paling penting adalah hati, dulu orang orang badui ketika hanya mengikrarkan keimanan hanya sekedar lisan, makanya Allah tegur mereka dalam Al-Quran,

(۞ قَالَتِ ٱلۡأَعۡرَابُ ءَامَنَّاۖ قُل لَّمۡ تُؤۡمِنُوا۟ وَلَـٰكِن قُولُوۤا۟ أَسۡلَمۡنَا وَلَمَّا یَدۡخُلِ ٱلۡإِیمَـٰنُ فِی قُلُوبِكُمۡۖ وَإِن تُطِیعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَا یَلِتۡكُم مِّنۡ أَعۡمَـٰلِكُمۡ شَیۡـًٔاۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورࣱ رَّحِیمٌ)

Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amal perbuatanmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
[Surat Al-Hujurat 14]

Ini memberikan pemahaman bahwa amalan hati itu lebih baik dari amalan badan, Maka sebanyak apapun amalan kebaikan tapi tidak didasari dengan iman maka bagaikan debu yang berterbangan. Banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan amalan shalih orang Kafir yang tidak didasari dg iman maka amal mereka tidak diterima oleh Allah swt, diantaranya adalah,

(وَقَدِمۡنَاۤ إِلَىٰ مَا عَمِلُوا۟ مِنۡ عَمَلࣲ فَجَعَلۡنَـٰهُ هَبَاۤءࣰ مَّنثُورًا)

Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.
[Surat Al-Furqan 23]

وَمَن یَكۡفُرۡ بِٱلۡإِیمَـٰنِ فَقَدۡ حَبِطَ عَمَلُهُۥ وَهُوَ فِی ٱلۡـَٔاخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِینَ)

Barangsiapa kafir setelah beriman, maka sungguh, sia-sia amal mereka, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.
[Surat Al-Ma’idah 5]

Maka amalan hati dalam bentuk iman harus diprioritaskan, karena amalan zahir tidak berarti apa apa tanpa amal hati.

2. Ada amalan seorang muslim namun tidak didasari keikhlasan, dan keikhlasan adanya dihati maka amalan zahir nya tidak diterima oleh Allah, meskipun amalnya itu sangat banyak, karena terjadi kesalahan dalam niatnya;

Sebagaimana disabdakan oleh Nabi saw:

“Sesungguhnya amal perbuatan itu harus disertai dengan niat.”
Arti niat ini ialah niat yang terlepas dari cinta diri dan dunia. Niat yang murni untuk Allah SWT. Dia tidak akan menerima amalan seseorang kecuali amalan itu murni untuk-Nya; sebagaimana difirmankan-Nya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus…” (al-Bayyinah: 5)

Dan niat itu tempatnya dihati begitupula keikhlasan itu tempatnya juga dihati.

Dalam hadits Qudsi disebutkan, dimana Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam meriwayatkan dari Robb-nya, Allah ta’ala berfirman,

أنا أغني الشركاء عن الشرك, فمن عمل عملا أشرك فيه معي غيري تركته و شركه

“Aku paling tidak butuh pada sekutu. Barangsiapa mengerjakan suatu amalan dalam keadaan menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan dia bersam dengan sekutunya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadis di atas sebagai dalil bahwa amalan hati lebih besar kedudukannya daripada amalan badan. Karena amalan badan tidak akan berguna bila seorang berlaku syirik, sebanyak apapun amalannya. Baik syirik kecil apalagi syirik besar.
Seperti seorang sedekah karena riya’ (dan riya ini letaknya di hati), maka akan sia-sialah pahala. Sebesar apapun nominal sedekah yang ia keluarkan. Atau membaca Al Qur’an supaya dipuji suaranya oleh orang-orang (sum’ah). Ini juga akan sia-sia pahalanya. Meski sebagus apapun lantunan suaranya.

Maka Nabi shallahualaihiwasallam menceritakan betapa bahaya nya amalan zahir yang tidak didasari keikhlasan kepada Allah swt dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda

إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ: جَرِيءٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ، وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ، وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ، وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ: هُوَ جَوَادٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ، ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ

Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca al-Qur-an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari’ (pembaca al-Qur-an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.'”

Dikisahkan, ada anak kecil bersama Abu Hanifah, tiba tiba ketika Abu Hanifah berjalan beliau terpleset dihadapnnya, lalu anak itu menasehati Wahai Abu Hanifah itu hanya terpeleset kaki penderitaan nya hanya bersifat sementara, tapi kalau yang terpeleset itu hati maka akan penderitaan tersebut akan dirasakan sampai hari kiamat.

Karena amalan hati itulah Sahabat Abu bakar menjadi manusia terbaik, makanya sampai kemuliaan hatinya juga diakui Rasulullah SAW sendiri, keimanan Abu Bakar ra tidak diragukan lagi. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan al-Baihaqi, disebutkan bahwa beliau pernah bersabda, “Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat, maka akan lebih berat keimanan Abu Bakar.”

Ibnu Rajab berkata, Allah mengutamakan abu bakar atas yang lain bukan karena shalat, puasa, sedekahnya tapi semata mata karena amalan hatinya sehingga ia menjadi manusia terbaik.

Dalam hadits Bukhari Muslim Nabi saw bersabda,

فَوَالله الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلاذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَايَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.

Demi Allah, Dzat yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian, benar-benar beramal dengan amalan penduduk jannah (surga) sehingga jarak antara dia dengan jannah itu tinggal sehasta. Namun dia didahului oleh al kitab (catatan takdirnya) sehingga dia beramal dengan amalan penduduk neraka, maka diapun masuk ke dalamnya. Dan sunguh, salah deorang dari kalian beramal dengan amalan penduduk neraka hingga jarak antara di dengan neraka tinggal satu hasta. Namun dia didahului oleh catatan takdir, sehingga dia beramal dengan amalan penduduk jannah, maka dia masuk ke dalamnya.” (HR Al Bukhari dan Muslim)

Dari hadits tersebut kita bisa memahami bahwa penilaian baik buruknya seseorang itu tergantung akhirnya. Karena terkadang penampilan seseorang itu dapat menipu, kadang dalam penampilan dia pura pura baik, namun ternyata hatinya busuk, sehingga Allah perlihatkan kebusukan hatinya di akhir hayatnya. Maka sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam,

إنما الأعمال بالخواتيم

Amalan itu tergantung akhirnya.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik dia berkata, “Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba beliau bersabda, ‘Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni Surga. Kemudian seorang laki-laki dari Anshar lewat di hadapan mereka sementara bekas air wudhu masih membasahi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal.

Esok harinya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni Surga.’ Kemudian muncul lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya.

Besok harinya lagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga!!’ Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya; bekas air wudhu masih memenuhi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal .

Setelah itu Rasulullah bangkit dari tempat duduknya. Sementara Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata kepada lelaki tersebut, ‘Aku sedang punya masalah dengan orang tuaku, aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau mengijinkan, maka aku akan menginap di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu.’

Dia menjawab, ‘Silahkan!’

Anas berkata bahwa Abdullah bin Amr bin Ash setelah menginap tiga hari tiga malam di rumah lelaki tersebut tidak pernah mendapatinya sedang qiyamul lail, hanya saja tiap kali terjaga dari tidurnya ia membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh. Kemudian mengambil air wudhu.

Abdullah juga mengatakan, ‘Saya tidak mendengar ia berbicara, kecuali yang baik.’

Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja Abdullah menganggap remeh amalnya, ia berkata, ‘Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku tidak sedang bermasalah dengan orang tuaku, hanya saja aku mendengar Rasulullah selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga.’ Selesai beliau bersabda, ternyata yang muncul tiga kali berturut-turut adalah engkau.

Terang saja saya ingin menginap di rumahmu ini, untuk mengetahui amalan apa yang engkau lakukan, sehingga aku dapat mengikuti amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar. Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah berkata demikian?’

Kemudian lelaki Anshar itu menjawab, ‘Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.’

Abdullah bin Amr berkata, ‘Rupanya itulah yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya’.”

Dari kisah tersebut kita simpulkan bahwa lelaki tersebut masuk surga karena amalan hati, menjauhkan hatinya dari rasa dendam, benci dan iri dari orang lain.
Maka jangan harap kita masuk surga dengan Shalat, puasa, dan ibadah ibadah zahir lainnya sementara hati kita menyimpan kedengkian, kebencian, permusuhan kepada sesama saudara seiman.

3. Baik-buruknya manusia itu tergantung baik-buruk hatinya

Berbicara tentang hati berarti membicarakan tentang bagian tubuh manusia yang paling penting dan utama, karena baik atau buruknya seluruh anggota badan manusia tergantung dari baik atau buruknya hati. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh tubuhnya, dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh tubuhnya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menegaskan:

الأعمال الظاهرة لاتكون صالحة مقبولة إلا بواسط أعمال القلب، فإن القلب ملك واﻷعضاء جنوده، فإذا خبث الملك خبثت جنوده

“Amalan badan tidak akan diterima tanpa perantara amalan hati. Karena hati adalah raja, sedangkan anggota badan ibarat prajuritnya. Bila Sang Raja buruk, maka akan buruk pula seluruh prajuritnya. ” (Majmu’ Al Fatawa, 11/208).

(Mengutip Kajian Subuh Masjid Al Bilad yang disampaikan oleh Ustadz H. Luthfi Firdaus, Lc, MA).

Paket Ekspedisi Wakaf Pakaian Diberangkatkan Ke Bumi Pasola Sumba Nusa Tenggara Timur

Menatap langit pagi ibukota secerah pagi kebahagiaan para guru yang hari itu tulus mengabdi dari pusaran kota maupun di pelosok pedalaman. Suasana hari guru pun menyeruak sejuta harapan diatas langit doa kelak cita-cita tinggi akan digapai dengan kesungguhan dan kerja keras.

Dalam waktu yang bersamaan pula pengiriman paket ekspedisi wakaf pakaian Tanmia Foundation pun diberangkatkan menuju bumi Pasola Pulau Sumba Nusa Tenggara Timur pada ( Rabu, 25 November 2020 ). Perjalanan akan melalui perjalanan panjang dari dermaga pelabuhan Tanjung Priok menuju Benoa Bali dan menuju Waingapu Sumba Timur. Adapun paket wakaf pakaian mencapai berat satu ton itu adalah hasil sumbangsih para muhsinin yang diamanatkan pada pihak Tanmia Foundation. Aneka pakaian pun cukup beragam dari hijab, mukena, sarung, pakaian anak-anak, dewasa dan sajadah perlengkapan sholat. Kendati kondisinya beranekaragam dari yang masih baru dan bekas tapi layak pakai sarat memenuhi karung-karung yang memenuhi pick up sebelum diberangkatkan ke ekspedisi pengiriman.

Ekspedisi pengiriman paket wakaf pakaian ini adalah bagian aksi sosial peduli dan berbagi Tanmia Foundation yang rutin sepanjang tahun dengan waktu yang menyesuaikan. Tujuan pengiriman adalah daratan Pedalaman Pulau Sumba bagian barat Waikabubak dan tengah Anakalang hingga Mamboro serta pesisir utara Watuasa. Sumba dimana masih kental dengan istilah tanah Marapu” dimana kepercayaan asli Suku Sumba berasal sebelum mengenal agama seperti sekarang ini.

Kegiatan wakaf pakaian yang bertajuk ekspedisi bumi pasola Sumba ini adalah kegiatan untuk kedua kalinya setelah 2 tahun silam Tanmia Foundation juga mengadakan kegiatan yang sama.

“Kini akses transportasi sudah makin membaik sehingga mendukung kemajuan berbagai hal terutama akses jalan dan komunikasi sehingga memudahkan menjangkau ummat di pedalaman atau pesisir Sumba Tengah bagian utara”, tutur Sulaiman da’i setempat.

Atas dasar berbagai hal pertimbangan Tanmia Foundation tergerak perhatianya terhadap dunia sosial untuk berbagi ke daerah penjuru pedalaman semampunya yang bisa diikhtiarkan. Berharap dapat berbagi kebahagiaan sekalipun hanya dengan paket wakaf pakaian.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Jumat Berkah, Indahnya Berbagi Sedekah di Masjid Ummu Kultsum

Masjid Ummu Kultsum Kebitan Manisrenggo Sragen tidak puas berhenti begitu saja dengan rutinitas yang ada. Kini kegiatan berbagi pun digalakkan sebagai bentuk pelayanan kepada para jamaah usai shalat Jum’at. Salah satunya melalui program Jum’at berkah dengan berbagi nasi / makanan yang selalu siap dibagikan kepada jama’ah usai shalat Jum’at berjamaah.

Alasan pihak Takmir melakukan kegiatan ini pada hari Jumat ujar Habib karena bagian dari cara pelayanan memakmurkan jama’ah masjid dan waktu sedekah yang paling utama yakni di hari Jumat. “Kami memilih hari Jumat untuk membagikan sedekah ini karena bertepatan dengan hari raya jamaah sholat Jum’at,” ujar Habib akrab dipanggilnya.

Memang setiap hari Jumat, pihak takmir menyiapkan menu lengkap dengan lauknya yang disesuaikan sesuai kemampuan yang ada sekaligus dengan minumnya secara cuma-cuma. Menu masakanya pun beragam salah satunya ialah menu soto spesial.

‘’Awalnya, hanya sekitar puluhan porsi saja namun sampai saat ini mencapai 150-an porsi dengan biaya dari pihak masjid dan sumbangan dari warga sekitar sini. Tapi setelah banyak yang tahu, semakin banyak yang menyumbang bahkan dari luar dusun Kebitan,” jelas Mardi salah satu pengurus Masjid.

Gerakan berbagi ini sangat menginspirasi dan menambah semangat para jama’ah untuk lebih memakmurkan masjid sehingga beriringan waktu membuat jumlah peserta shalat rawatib dan shalat Jumat semakin meningkat. Di masjid lainya pun ikut tergerak untuk mengikuti program masjid Ummu Kultsum sedemikan rupa.

‘’Ternyata yang berpartisipasi ingin berbagi untuk ikut bersedekah pun banyak, buktinya porsi makanan yang disediakan makin hari bertambah jumlahnya juga tak sedikit orang yang menitipkan bahan makanan kepada kami selalu ada saja tanpa disangka-sangka. Semoga saja, kegiatan ini bisa istiqomah dan dirasakan manfaatnya bagi kemaslahatan ummat khususnya para jama’ah,” harap Salim menambahkan selaku pengurus takmir masjid setempat.

“Berbagi ini sudah berjalan beberapa bulan setelah adaptasi kebiasaan baru usai pandemi, dan akan terus kami lakukan,” ujar pria yang juga tenaga pendidik di TPQ Raudhatul Jannah itu.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Ketika Allah Menegur Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam

Oleh : Kholid Mirbah, Lc

Al Qur’an Al Karim adalah Kitabut Tarbiyah (Kitab Pendidikan) yaitu mendidik umat islam agar menjadi Khaira Ummah (ummat yang terbaik) sehingga layak ditampilkan untuk seluruh umat manusia, makanya Allah ta’ala berfirman,

(كُنتُمۡ خَیۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ )

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah
[Surat Ali ‘Imran 110]

Begitupula Al-Quran mendidik umat islam agar menjadi umat yang adil, bersikap pertengahan, sehingga mampu memimpin dunia, dipercaya oleh dunia untuk menjadi saksi kebenaran, Allah berfirman ta’ala berfirman,

(وَكَذَ ٰ⁠لِكَ جَعَلۡنَـٰكُمۡ أُمَّةࣰ وَسَطࣰا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَاۤءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَیَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَیۡكُمۡ شَهِیدࣰاۗ)

Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.
[Surat Al-Baqarah 143]

Umat islam dididik oleh Al Qur’an agar umat ini menjadi pemimpin-pemimpin yang diridhai oleh Allah, yang mengayomi masyarakatnya, memproduksi kebaikan-kebaikan, pemimpin dengan seluruh kesibukannya, tapi tetap mendirikan shalat dan menunaikan zakat, pemimpin walaupun diberikan kekuasaan yang luas tapi mereka tidak memperbudak manusia, justru mengajak mereka untuk menjadi budaknya Allah ta’ala, firman Allah Ta’ala,

(وَجَعَلۡنَـٰهُمۡ أَىِٕمَّةࣰ یَهۡدُونَ بِأَمۡرِنَا وَأَوۡحَیۡنَاۤ إِلَیۡهِمۡ فِعۡلَ ٱلۡخَیۡرَ ٰ⁠تِ وَإِقَامَ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِیتَاۤءَ ٱلزَّكَوٰةِۖ وَكَانُوا۟ لَنَا عَـٰبِدِینَ)

Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah.
[Surat Al-Anbiya’ 73]

Nah, Bagaimana kita menjadi umat islam yang terbaik, bersifat adil dan menjadi pemimpin dunia, yang notabenya faktanya sekarang menjadi lemah, tertindas bahkan terjajah dalam negerinya sendiri? Bagaimana cara Al Qur’an tetap menjadikan kita menjadi umat terbaik?

Diantara caranya adalah dengan metode Al- ‘Itaab (teguran). Al-Quran menegur pemimpin umat islam terbaik yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ini cara Al Qur’an menjadikan kita pribadi-pribadi yang berkualitas, ketika berumah tangga menjadi rumah tangga yang terbaik, ketika kita bermasyarakat memiliki masyarakat terbaik. Nah seperti apa saja teguran Allah kepada Nabi kita shallahualaihiwasallam?
Mari kita lihat teguran Allah kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, hal ini penting untuk kita semua, supaya kita mudah untuk menerima nasehat, manusia yang maksum dan sempurna itu saja masih ditegur oleh Allah, apalagi kita sebagai manusia biasa. Dan teguran itu bukan berarti menurunkan derajat, bahkan mengangkat derajat beliau disisi Allah ta’ala.

a. Nabi pernah ditegur oleh Allah dalam kehidupan rumah tangganya. Rumah tangga Nabi adalah rumah tangga yang terbaik dan ideal, maka suatu saat Nabi akan mengambil sikap yang kurang ideal maka segera turun ayat Al-Quran kepada beliau, meluruskan agar Nabi tetap menjadi teladan terbaik termasuk dalam rumah tangganya. Sebagaimana kisah beliau yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Nah Kenapa nabi ditegur? Karena beliau teladan. Kalau tidak ditegur kehidupan berumah tangga kita akan mengalami permasalahan karena kita kehilangan solusi dari orang yang dijadikan sebagai teladan yaitu Rasulullah shallallahualaihi wasallam. Maka ketika Nabi berada dirumah istri beliau yang bernama Zainab binti Jahsy radhiallaahu anha, beliau disuguhi madu, dan beliau memang senang madu, begitu nabi menikmati madu tersebut ternyata berita ini sampai kepada istri yang lain, yaitu Aisyah dan Hafsah Radhiyallahu anhuma, lalu Hafsah dengan perasaan marah mengatakan wahai Rasulullah ini bau apa? Apakah ini bau maghafir (minuman yang aromanya tidak sedap dan rasanya asam) padahal yang diminum oleh beliau adalah madu. Maka Nabi shallahualaihiwasallam, beliau sedikitpun tidak ingin menyakiti istri beliau, sehingga dalam rangka menyenangkan istrinya beliau bersumpah rela meninggalkan minuman madu yang penting istrinya senang, dalam suasana tersebut, Allah menurunkan ayat yang berisi teguran, Firman Allah Ta’ala,

(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّبِیُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَاۤ أَحَلَّ ٱللَّهُ لَكَۖ تَبۡتَغِی مَرۡضَاتَ أَزۡوَ ٰ⁠جِكَۚ وَٱللَّهُ غَفُورࣱ رَّحِیمࣱ)

Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(At-Tahrim: 1)
(Tafsir Ibnu Katsir)

Nabi shallallahu alaihi wasallam saja seorang kepala rumah tangga terbaik saja masih ditegur oleh Allah, apalagi kita yang tentunya kehidupan rumah tangga kita banyak sekali kekurangan, Nah, ini cara Allah mendidik nabi dan umatnya agar menjadi manusia terbaik dalam segala hal. Oleh karena itu ketika rumah tangga kita dirundung masalah, agar menjadi sakinah mawaddah warrahmah maka solusi nya adalah siap menerima teguran Allah, walaupun suami maupun istri adalah pribadi terbaik.

b. Begitu pula istri-istri nabi juga mendapatkan teguran dari Allah bahkan tegurannya lebih keras dari pada Nabi shallahualaihiwasallam, kita bisa lihat dalam surat At-Tahrim ayat 5, Allah berfirman,

(عَسَىٰ رَبُّهُۥۤ إِن طَلَّقَكُنَّ أَن یُبۡدِلَهُۥۤ أَزۡوَ ٰ⁠جًا خَیۡرࣰا مِّنكُنَّ مُسۡلِمَـٰتࣲ مُّؤۡمِنَـٰتࣲ قَـٰنِتَـٰتࣲ تَـٰۤىِٕبَـٰتٍ عَـٰبِدَ ٰ⁠تࣲ سَـٰۤىِٕحَـٰتࣲ ثَیِّبَـٰتࣲ وَأَبۡكَارࣰا)

Jika dia (Nabi) menceraikan kamu, boleh jadi Tuhan akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu, perempuan-perempuan yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang beribadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.
[Surat At-Tahrim 5]

Ayat ini menyebutkan bahwa teguran Allah kepada istri-istri Nabi sampai tingkat perceraian? Ulama tafsir mengatakan karena kemelut internal rumah tangga yang ada dalam keluarga pemimpin, dalam hal ini nabi itu lebih berbahaya dari pada tantangan ancaman dari luar. Dalilnya adalah rumah tangga Nabi goncang gara-gara madu, maka Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu bertanya kepada Umar, karena Umar adalah Ayahnya Hafsah,

فقال قد حدث اليوم أمر عظيم قلت ما هو أجاء غسان قال لا بل أعظم من ذلك وأهول طلق النبي صلى الله عليه وسلم نساءه

“Umar berkata “Telah terjadi masalah besar, Aku bertanya “Wahai Umar! Apa itu? apa datang serangan dari Ghassan? Ghassan adalah Kabilah Arab yang ada di Syam tetapi berafiliasi dengan Romawi. Umar menjawab, tidak bahkan lebih bahaya dari pada serangan Ghassan dan lebih mengerikan, yaitu Rasulullah shallallahualaihi wasallam telah menceraikan istrinya”
(Fathul Bari, Kitab Nikah, Bab Nasehat Ayah kepada Putrinya di saat menikah, hadits no. 4895)

Sehingga kemelut masalah intern seorang pemimpin, Dai, tokoh masyarakat itu lebih bahaya dari pada serangan dari luar, makanya Belanda yang hanya merupakan kekuatan yang kecil mampu menjajah Indonesia selama 3,5 abad karena banyak pribumi (masyarakat intern) yang menjadi pengkhianat dan antek penjajah Belanda, mereka memata-matai para Kiai, Tokoh Perjuangan dan para pahlawan sehingga banyak dari mereka yang gugur akibat perbuatan para pangkhianat bangsa ini, sejatinya musuh dalam selimut inilah yang lebih berbahaya dari pada musuh dari luar.
Nah, apa hikmah kenapa nabi dan istrinya masih ditegur oleh Allah ta’ala.

Tidak ada manusia di dunia ini yang lebih militan dan bersabar dalam jalan dakwah ini melebihi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tapi kenapa juga masih ditegur oleh Allah? Supaya beliau tidak Ghurur, merasa paling hebat dalam dakwah, supaya dakwah beliau tetap konsisten dan tajarrud (totalitas) untuk Allah, pertimbangan sikapnya adalah berdasarkan wahyu samawi, bukan hawa nafsu, selera maupun kecocokan.

c. Begitupula, suatu saat Nabi berdakwah di Makkah mendakwahi para elite Quraisy dan suatu saat ditengah kesibukan beliau mendakwahi mereka datanglah sahabat beliau Abdullah bin Ummi Maktum yang buta dan berkata Ya Rasulullah! Ajarilah aku dari sebagian yang Allah telah ajarkan kepadamu! Nabipun diam dan tidak memperhatikan permintaannya, lalu permintaannya pun diulang lagi namun juga tidak ditanggapi oleh beliau sehingga hal tersebut membuat nabi tidak senang sehingga sampai beliau bermuka masam dan berpaling, sehingga atas perbuatannya itu beliau ditegur oleh Allah dalam surat Abasa,

(عَبَسَ وَتَوَلَّىٰۤ ۝ أَن جَاۤءَهُ ٱلۡأَعۡمَىٰ ۝ وَمَا یُدۡرِیكَ لَعَلَّهُۥ یَزَّكَّىٰۤ ۝ أَوۡ یَذَّكَّرُ فَتَنفَعَهُ ٱلذِّكۡرَىٰۤ)

Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling,karena seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum).Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa),atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya?
[Surat ‘Abasa 1 – 4]
(Tafsir Ibnu Katsir)

Sehingga para ulama mengatakan bagaimanapun cerdasnya manusia dan tingginya kedudukan ia dimata mereka, tetap mereka harus tunduk terhadap timbangan wahyu, maka logika manusia manapun akan membenarkan tindakan nabi berdakwah terhadap elite Quraisy, dengan mengesampingkan Ibnu Ummi Maktum karena memang beliau butuh dukungan dakwah dari para Pembesar dan logikanya kalau Pembesar nya masuk islam diharapkan anak buahnya juga masuk islam. Secara logika memang sangat menguntungkan, tapi ingat wahyu Allah diatas logika manusia. Makanya dalam perkembangannya muncullah sebuah kaidah,

لا اجتهاد في مورد النص

“Tidak boleh ada Ijtihad sementara ada Nash dalam Al-Qur’an maupun Sunnah”
Secerdas apapun manusia dalam berijtihad dan menganalisa masalah tidak boleh sampai hasilnya bertentangan dengan Wahyu.

d. Begitupula suatu saat ketika perang orang-orang munafik meminta izin kepada nabi untuk tidak turut serta berperang bersama beliau, maka Nabi pun memberikan izin kepada mereka dengan beberapa alasan yang dibuat-buat, diantaranya adalah faktor berat meninggalkan keluarga. Nah ketika beliau mengabulkan izin mereka itu, akhirnya beliau ditegur oleh Allah ta’ala dalam Al-Quran,

(عَفَا ٱللَّهُ عَنكَ لِمَ أَذِنتَ لَهُمۡ حَتَّىٰ یَتَبَیَّنَ لَكَ ٱلَّذِینَ صَدَقُوا۟ وَتَعۡلَمَ ٱلۡكَـٰذِبِینَ ۝ لَا یَسۡتَـٔۡذِنُكَ ٱلَّذِینَ یُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِ أَن یُجَـٰهِدُوا۟ بِأَمۡوَ ٰ⁠لِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡۗ وَٱللَّهُ عَلِیمُۢ بِٱلۡمُتَّقِینَ ۝ إِنَّمَا یَسۡتَـٔۡذِنُكَ ٱلَّذِینَ لَا یُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِ وَٱرۡتَابَتۡ قُلُوبُهُمۡ فَهُمۡ فِی رَیۡبِهِمۡ یَتَرَدَّدُونَ)

Semoga Allah memaafkanmu (Muhammad). Mengapa engkau memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar-benar (berhalangan) dan sebelum engkau mengetahui orang-orang yang berdusta?. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin (tidak ikut) kepadamu untuk berjihad dengan harta dan jiwa mereka. Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu (Muhammad), hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguan.
[Surat At-Taubah 43 – 45]
(Tafsir Ibnu Katsir)

Nah diantara Fiqih dalam memberikan teguran, kalau kita menjadi orang tua, suami guru, direktur ketika kita menegur orang yang menjadi tanggungjawab kita, maka diantara adab menegurnya adalah harus dengan cara yang halus diantaranya dengan mendahului teguran dengan ucapan “semoga Allah memaafkanmu!”

Oleh karena itu siapapun itu ketika ia berstatus manusia pasti pernah melakukan kesalahan, karena adanya sisi kemanusiaannya itulah terkadang dia tidak luput dari kesalahan dan berhak mendapatkan teguran dan nasehat. Secerdas-cerdasnya Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafii dengan kehebatan logika dan kedalaman ilmunya, beliau tetap tawadhu’ sampai pernah mengatakan,

قولي صواب يحتمل الخطأ وقول غيري خطأ يحتمل الصواب

“Pendapatku benar tapi mungkin ada salahnya, pendapat orang lain salah tapi mungkin ada benarnya”.

e. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditegur oleh Allah karena ia lebih memilih tebusan dari 70 pembesar orang-orang musyrik yang ditangkap di perang Badar seperti yang diusulkan sebagian besar sahabat, termasuk Abu Bakar as-Shiddiq dan tidak mengeksekusi mereka seperti yang diusulkan Umar radhiyallahu anhu. Maka seketika itu turun ayat yang menegur beliau,

(مَا كَانَ لِنَبِیٍّ أَن یَكُونَ لَهُۥۤ أَسۡرَىٰ حَتَّىٰ یُثۡخِنَ فِی ٱلۡأَرۡضِۚ تُرِیدُونَ عَرَضَ ٱلدُّنۡیَا وَٱللَّهُ یُرِیدُ ٱلۡـَٔاخِرَةَۗ وَٱللَّهُ عَزِیزٌ حَكِیمࣱ)

Tidaklah pantas, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
[Surat Al-Anfal 67]
(Tafsir Ibnu Katsir)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memutuskan hal tersebut dengan beberapa pertimbangan, diantaranya,
1. Masyarakat Islam di Madinah kala itu butuh kekuatan ekonomi untuk menguatkan stabilitas keamanan dan dan kekuatan negara mereka dari ancaman musuh, sehingga beliau lebih memilih tebusan dari pada mengeksekusi mereka.
2. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam masih senantiasa berharap keislaman mereka dan keislaman keturunan mereka. Oleh karena itu beliau lebih memilih tidak mengeksekusi mereka.

Sementara itu, Allah ta’ala menghendaki Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memilih untuk mengeksekusi mati mereka. Yang demikian itu karena dengan terbunuhnya pembesar-pembesar musyrikin, kekuatan Islam akan ditakuti, kalimat Allah ta’ala tinggi berkibar tidak terkalahkan, dan mencegah musuh Islam berpikir yang kedua kalinya untuk melakukan invasi militer. Olehnya itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ditegur Al-Qur’an karena ijtihad beliau menyalahi apa yang sepatutnya di ambil dalam kasus tersebut.

f. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditegur oleh Allah ta’ala karena menyembunyikan berita Allah ta’ala yang memberitakan bahwa beliau akan menikahi Zainab setelah ditalak suaminya, Zaid bin Haritsah yaitu anak angkatnya sendiri. Yang demikian itu takut dicela musuhnya yang mengharamkan orang tua angkat menikahi istri anak angkat yang telah ditalaknya sesuai dengan adat jahiliah yang berlaku pada saat itu. Namun, ijtihad Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ini langsung ditegur oleh Allah dalam Al-Qur’an, Firman Allah ta’ala,

(وَإِذۡ تَقُولُ لِلَّذِیۤ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَیۡهِ وَأَنۡعَمۡتَ عَلَیۡهِ أَمۡسِكۡ عَلَیۡكَ زَوۡجَكَ وَٱتَّقِ ٱللَّهَ وَتُخۡفِی فِی نَفۡسِكَ مَا ٱللَّهُ مُبۡدِیهِ وَتَخۡشَى ٱلنَّاسَ وَٱللَّهُ أَحَقُّ أَن تَخۡشَىٰهُۖ فَلَمَّا قَضَىٰ زَیۡدࣱ مِّنۡهَا وَطَرࣰا زَوَّجۡنَـٰكَهَا لِكَیۡ لَا یَكُونَ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِینَ حَرَجࣱ فِیۤ أَزۡوَ ٰ⁠جِ أَدۡعِیَاۤىِٕهِمۡ إِذَا قَضَوۡا۟ مِنۡهُنَّ وَطَرࣰاۚ وَكَانَ أَمۡرُ ٱللَّهِ مَفۡعُولࣰا ۝ مَّا كَانَ عَلَى ٱلنَّبِیِّ مِنۡ حَرَجࣲ فِیمَا فَرَضَ ٱللَّهُ لَهُۥۖ سُنَّةَ ٱللَّهِ فِی ٱلَّذِینَ خَلَوۡا۟ مِن قَبۡلُۚ وَكَانَ أَمۡرُ ٱللَّهِ قَدَرࣰا مَّقۡدُورًا)

Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya, “Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah,” sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi.
Tidak ada keberatan apa pun pada Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah Allah pada nabi-nabi yang telah terdahulu. Dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.
[Surat Al-Ahzab 37 – 38]
(Tafsir Ibnu Katsir)

Dalam hal ini Rasululllah shallahualaihiwasallam seharusnya memberitahu Zaid apa yang telah diwahyukan Allah kepada beliau, tanpa menunda pemberitaan tersebut hanya karena didasari pertimbangan di atas.
kisah teguran ini menanamkan pelajaran-pelajaran besar terhadap umat islam di antaranya:

1. Ayat teguran ini membatalkan adat jahiliah yang memberikan anak angkat hak-hak nasab, seperti: hak waris, hukum nasab, dan yang diakui hanyalah nasab sah yang jelas.

2. Keistimewaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di sini, Zainab radhiyallahu anha dinikahinya tanpa akad dan mahar karena yang menikahkannya dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah Allh ta’ala secara langsung dari langit.

g. Allah menegur Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang tidak mengucapkan in syaa Allah saat menjanjikan sesuatu.
Sebelumnya, penduduk Makkah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan maksud mencoba menguji kebenaran risalah beliau, tentang masalah ruh, kisah Ashabul Kahfi dan kisah Zulqarnain, untuk menjawab pertanyaan mereka, Nabi Muhammad shallahualaihiwasallam pun berkata, Saya akan menceritakannya kepada kalian besok, tanpa memakai kata-kata In sya Allah”. Maka Alla tegur beliau dengan firman-Nya,

(وَلَا تَقُولَنَّ لِشَا۟یۡءٍ إِنِّی فَاعِلࣱ ذَ ٰ⁠لِكَ غَدًا ۝ إِلَّاۤ أَن یَشَاۤءَ ٱللَّهُۚ وَٱذۡكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِیتَ وَقُلۡ عَسَىٰۤ أَن یَهۡدِیَنِ رَبِّی لِأَقۡرَبَ مِنۡ هَـٰذَا رَشَدࣰا)

Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi,
kecuali (dengan mengatakan), “In sya Allah.” Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini.”
[Surat Al-Kahfi 23 – 24]
(Tafsir Al Baghawi)

Tentu saja, firman Allah ta’ala tersebut sekaligus menjadi pengingat bagi segenap kaum Muslimin tentang pentingnya bersandar pada kehendak-Nya, dengan mengucapkan kalimat `In sya Allah’, ketika menjanjikan sesuatu.

Sumur Harapan Untuk Kemakmuran Masjid Ummu Kultsum Manisrenggo, Klaten

Pihak Takmir Masjid Ummu Kultsum Dusun Kebitan Brajan Manisrenggo Klaten mulanya terus melakukan berbagai upaya untuk menambah debit sumber air bersih dengan penambahan pembangunan instalasi sumur bor. Penambahan ini karena seiring dengan kegiatan masjid yang mulai padat dan debit air yang ada tidak mencukupi sehingga salah satu solusinya menambah titik sumur bor baru dan menambah bak penampungan.

Pada saat yang bersamaan atas derma wakaf para muhsinin yang terhimpun melalui inisiasi Tanmia Foundation dapat menyelesaikan paket pembangunan wakaf sumur bor untuk masjid Ummu Kultsum yang sehari-hari digunakan untuk sekitar 40-an jama’ah. Kegiatan masjid pun cukup beragam sejak dibangun total sejak 2014. Semula masjid Ummu Kultsum bernama Al-Muttaqin namun karena syarat dan ketentuan harus dirubah namanya sesuai dengan kesepakatan muwakif pembangunya sebelum direhab. Selain kegiatan shalat berjamaah kegiatan lain seperti pengajian anak-anak TPQ, majelis taklim ibu-ibu dan bapak-bapak juga disemarakkan dengan kegiatan remaja masjid. Biasanya kegiatan makan bersama usai shalat Jum’at menjadi hal yang sangat menguatkan ukhuwah antar sesama jama’ah lainya.

“Dusun Kebitan memiliki warga sejumlah 45 KK yang termasuk dalam wilayah Desa Nangsri Kecamatan Manisrenggo”, jelas Nur Salim selaku Ketua RT warga setempat.

Proses pembangunan wakaf sumur bor Tanmia Foundation tergolong termasuk dalam kategori pembuatan sumur bor dangkal dibawah kedalaman 20 meter.

“Untuk pengeboran sumur di titik Kebitan Nangsri mencapai kedalaman 18 meter dengan menggunakan pipa ukuran 18 inchi kemudian air disedot dengan pompa semijet untuk ditampung dalam tandon penampungan yang dipasang diatas menara air setinggi 3 meter kemudian siap untuk dialirkan untuk digunakan”, jelas Kandar pemilik mesin bor usai melakukan pengeboran.

Dia menjelaskan, untuk sumur bor yang berada di wilayah Manisrenggo berbeda-beda semua kedalamannya namun biasanya berada diatas kedalaman 15 meter dengan tingkat kesulitan yang berbeda.

“Pengeboran biasanya akan terkendala dengan adanya batu keras yang sulit ditembus dengan pisau mata bor dan biasanya harus dimasukan bentonite agar bisa meluluhkan batu yang menghalanginya sehingga bor bisa mulus berjalan tanpa ada halangan. Itu yang biasa kita gunakan selama ini”, tambah Kandar.

Bentonit adalah bahan galian yang banyak mengandung mineral yang merupakan salah satu kelompok mineral ( mirip tanah lempung ) yang kaya akan kandungan Na.Kegunaan bentonit juga cukup banyak, antara lain sebagai bahan campuran kosmetik, campuran semen, campuran pembuatan pupuk, sebagai lumpur untuk pengeboran dan masih cukup banyak lain lagi kegunaannya.

Pembangunan wakaf sumur Tanmia Foundation kali ini tergolong lancar meskipun sempat terhenti beberapa saat karena dijumpai batu. Proses pengeboran memakan waktu 6 jam dan ditambah lagi 2 jam untuk proses pembilasan penjernihan usai finishing proses pemasangan pipanisasinya kedalam lubang sumur.

“Kami mengucapkan syukur Alhamdulillah dan bahagia yang luar biasa dengan adanya pembangunan wakaf sumur bor ini sehingga akan lebih membantu kegiatan masjid yang selama ini sudah berjalan”, ungkap Nur Salim dan Sumardi selaku Imam dan Pengurus Takmir Masjid Ummu Kultsum pada pihak Tanmia Foundation dilokasi.

“Harapan jama’ah pun akhirnya terpenuhi dengan dinantikanya sumur bor baru sebagai penambah debit air tambahan. Biasanya air dalam jumlah besar akan sangat dibutuhkan juga ketika pelaksanaan shalat Jum’at yang sekaligus diadakan makan nasi berkah Jum’at kemudian bersih-bersih perabot usai makan bersama. Juga untuk keperluan kegiatan hajatan seperti pernikahan dan acara pengajian akbar yang kerap rutin diadakan. Namun karena pandemi urung dilaksanakan kembali,” pungkas Salim usai serah terima wakaf sumur bor.

Tanmia Foundation sampai saat ini juga melalui program wakaf sumurnya tentu atas dukungan para muhsinin dari berbagai kalangan terus melakukan pembangunan wakaf sumur seperti belum lama ini di Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur juga wilayah lainya yang termasuk dalam kategori daerah-daerah rawan dan masih kesulitan air bersih.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Tanmia Bagikan Pakaian Layak Pakai ke Warga Parumaan Pulau Dambila

Penggerak Dakwah sekaligus pemerhati da’i dan masyarakat pedalaman wilayah daratan Flores Timur yang tergabung dalam Komunitas persaudaraan antar Masjid yakni Haenul Rashid mendistribusikan Wakaf pakaian layak pakai dari Tanmia Foundation kepada masyarakat pulau Dambila Sikka Maumere Nusa Tenggara Timur. Selasa (17/11/2020 ).

“Kegiatan dakwah dan sosial ini merupakan bentuk peduli atas keprihatinan para da’i terhadap kondisi masyarakat pulau Dambila yang masih dalam taraf jauh dari layak, sehingga wakaf pakaian ini bagian dari peduli urusan sandang yang dibutuhkan oleh warga Dambila yang berada di kampung pesisir pulau-pulau sekitar Sikka Maumere,” Rashid pada Tanmia pada Rabu (18/11/2020).

Pulau Dambila merupakan bagian pulau yang bisa ditempuh selama 1- 2 jam dari pelabuhan kota Maumere yang didalamnya terdiri dari beberapa dusun perkampungan salah satunya ialah Dusun Parumaan. Jika dibandingkan dengan wilayah desa lain, dusun Parumaan C Desa Dambila masuk dalam wilayah Kecamatan Alok Timur Kabupaten Sikka yang berada di Pulau Dambila yang tergolong masih kurang mendapatkan perhatian dan penghidupan yang layak. Untuk sekedar sandang saja mereka masih serba kekurangan.

“Sebagian besar masyarakat Kampung Parumaan merupakan warga pribumi yang terdiri dari Suku Maumere, Suku Bajo dan Bugis yang mayoritas notabenenya ialah nelayan tradisional dan bertani ala kadarnya seperti jagung dan kacang serta umbi-umbian. Adapun untuk persawahan padi memang tidak ada sama sekali sehingga laut menjadi ladang mereka sebagai mata pencahariannya biarpun pasang surut hasilnya,” tutur Rashid panjang lebar menggambarkan kondisinya.

Sementara untuk hasil laut biasanya hanya cukup untuk memenuhi makan sehari-hari sehingga untuk kebutuhan sandang mereka terkadang masih membutuhkan uluran tangan pihak lain bahkan sangat memprihatikan bila harus menjelaskan sebagaimana mestinya.

Sementara itu, Alwi selaku tokoh kampung setempat bersama warga lainya yang menyaksikan warganya menerima bantuan pakaian layak pakai dari Tanmia Foundation di Masjid Al-Fatah Dambila ( berdiri tahun 1998 ) seraya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas perhatiannya dan kepedulianya masih mau memberikan perhatian atas sebagian masalah kesulitan yang dialami warga.

“Ada sekitar 45 KK warga dusun Parumaan C Pulau Dambila yang masih hidup dalam lingkungan keluarga sangat sederhana ala nelayan pesisir”, ungkap Rashid yang menyerahkan serah terima wakaf Tanmia Foundation di lokasi.

“Bapak-bapak Ustadz dan imam masjid begitu peduli dengan kondisi lingkungan sekitar kami, terlebih bantuan pakaian yang diberikan sangat membantu meringankan beban dan membuat kebahagiaan yang tak terkira rasanya bagi warga desanya,” katanya.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Jauh Dari Sumber Mata Air, Masjid Ammar Yaafi Mrombok Terima Wakaf Sumur Bor

Saat musim hujan tiba tahun ini hampir tiap rumah warga di Kampung Mrombok Desa Golo Bilas Kecamatan Komodo memasang penampungan air hujan yang turun dari talang untuk digunakan keperluan rumah tangga masing-masing dirumahnya.

Begitu juga dengan datangnya hujan juga sangat membantu keberadaan debit penampungan air Masjid Ammar Yaafi untuk digunakan keperluan beribadah. Seperti beberapa tahun sebelumnya Alhasil, terpaksa pihak Takmir mengambil air bersih dari sumber mata air untuk keperluan masjid dengan menyambung mengalirkan pipa mata air sekitar 500 meter dari perbukitan.

“Saluran pipa dari mata air seringnya tersendat-sendat bahkan putus baik tersumbat karena lumpur maupun terinjak ternak sapi”, pungkas Umar Said selaku Imam Masjid.

Pihak Takmir Masjid Ammar Yaafi beroleh wakaf Sumur atas dukungan para muhsinin dari Tanmia Foundation untuk melakukan kegiatan pengeboran sumur guna mengatasi kendala kesulitan air selama ini. Muhammad Ramli selaku da’i setempat menyebut, program wakaf sumur akan sangat membantu usaha memakmurkan kegiatan jama’ah yang melakukan sholat tiap adzan berkumandang tiba. Ada sekitar satu sampai dua shaf shalat yang dipenuhi oleh 10 sampai 18 jama’ah tiap tiba waktunya sholat.

“Setidaknya wakaf sumur ini dapat dimanfaatkan untuk warga dusun kami sejumlah 40 KK dengan kisaran 90-an jiwa lebih berada di dusun Mrombok sebagai penerima manfaat wakaf sumur yang ditujukan untuk kemakmuran jama’ah masjid ini,” kata Abdul Rahmat salah satu tokoh setempat yang mengungkapkan pesan do’a rasa terimakasihnya pada pihak Tanmia di lokasi ( Senin, 16/11/2020 ).

Sementara itu, berdirinya Masjid Ammar Yaafi bagi 40 KK warga setempat sangat membantu kegiatan masyarakat di kampung tersebut baik dalam menjalankan ibadah setiap waktu maupun juga tiap kegiatan shalat Jum’at yang dimanfaatkan oleh para siswa Tsanawiyah yang jaraknya berdekatan saja hanya 100 meter dari Masjid. Bak masjid pun menjadi sarana penampungan air ketika datangnya musim kering tiba yang menyebabkan warga kesulitan mendapatkan air bersih. Ia menambahkan, masjid bukan tidak berusaha menampung air dari mata air dan bisa digunakan untuk keperluan masing-masing warga yang membutuhkan. Tapi karena jarak saluran mata air yang lumayan jauh dan seringkali terkendala berbagai hal menjadikan kesulitan selama ini.

“Lokasi mata air jauh dengan masjid pemukiman warga, membutuhkan biaya yang cukup besar untuk pengadaan pipa dan alat lainnya. Warga hanya menggunakan selang seadanya dengan iuran swadaya. Pernah juga melakukan upaya pengajuan pipanisasi dan pengadaan sumur bor ke pihak pemerintah setempat, namun sampai saat ini belum juga ada realisasi,” pungkasnya.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

zuhud

Zuhud Terhadap Dunia

Oleh : Kholid Mirbah, Lc

Dalam beberapa ayat dan hadits disebutkan bahwa Allah ta’ala dan Rasulnya memerintahkan orang-orang beriman untuk bersifat zuhud, yaitu dengan cara memprioritaskan kepentingan Akhirat diatas kepentingan Dunia, firman Allah Ta’ala tentang orang mukmin di kalangan keluarga Fir’aun yang mengatakan,

وَقَالَ الَّذِي آَمَنَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ (38) يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ (39)

“Orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS. Ghafir: 38-39) More…

Tanmia Foundation Salurkan Wakaf Pakaian di Beberapa Pulau Pedalaman Sikka Maumere NTT

Tanmia Foundation bersama elemen pegiat dakwah di daratan Flores Timur terus berupaya menghadirkan kebahagiaan untuk masyarakat di daratan pedalaman Flores Timur. Kali ini wilayah yang dituju ialah Pulau Koja Besar, Pulau koja Kecil, Pulau Dambila, Kampung Paga (daratan-Maumere ) yang sebelumnya masuk dalam daftar assessment daerah yang diprioritaskan untuk pendistribusian paket wakaf pakaian Tanmia Foundation.

“Alhamdulillah, Rabu  (11/11) Paket Wakaf Pakaian dan Mushaf Qur’an kembali ke pedalaman, tepatnya di beberapa titik di Sikka Maumere, mulai dari Kampung Paga menuju Pulau Koja Besar dan Pulau Koja Kecil. Selanjutnya disusul ke Pulau Dambila,” terang Ketua Penggerak Komunitas Dakwah Kompak, Hainul Rashid dalam rilis yang diterima pihak Tanmia.

Ia menambahkan, karena jarak yang membentang cukup jauh, penyaluran wakaf pakaian dan Iqra’ -mushaf Qur’an ini akan berlangsung selama satu – dua pekan di awal bulan November 2020.

Paket wakaf pakaian yang terdiri dari pakaian anak-anak, dewasa dan wanita dikemas rapi dalam kemasan karton dari Tanmia Foundation ini menjadi kebahagiaan dan kesyukuran bagi tokoh setempat atas kepedulian dan perhatianya terhadap para masyarakatnya yang hidup jauh dari kata layak masih berjuang di pedalaman.

“Alhamdulillah, kami atas nama warga dusun Sagandona Paga Barat bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Tanmia Foundation atas wakaf dan bantuanya yang sangat membantu kondisi kami. Kami do’akan semoga Allah memberikan amanah ini terus mendapat kepercayaan oleh umat khususnya para muhsinin dan dermawan atas kegiatan dan program pelayanan peduli umat yang dijalankan oleh Tanmia Foundation. Maju dan sukses terus Tanmia Foundation, semoga terus memberikan manfaat dan mashlahat. Aamiin,” ungkap Tokoh Da’i sekaligus Takmir Masjid Baiturrahman Paga, Muhammad Marjan.

Perlu diketahui bahwa Dusun Sagandona Paga Barat memiliki Masjid Baiturrahman yang sudah berdiri sejak tahun 1980 yang dapat memfasilitasi untuk sekitar 70 KK warga setempat. Umat muslim pada umumnya di wilayah Kecamatan Paga terdiri dari pribumi pendatang Jawa, Madura, Bugis, Buton, dll yang sudah berinteraksi bertahun-tahun secara alamiah dengan menjaga toleransi yang tinggi dengan keyakinan masing-masing dengan warga pribumi non muslim. Kendati demikian mereka tetap bergandengan tangan dalam hal muamalah apapun dan aktif dalam kegiatan gotong royong maupun bidang kemasyarakatan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Kisah Perjuangan Da’i Dan Santri Pedalaman Suku Dani Papua di Hari Pahlawan

Da’i sering kali disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dan penghargaan. Jasa mereka untuk mengemban misi dakwah demi membawa dan mencerdaskan ummat untuk segenap elemen bangsa layak diacungi jempol. Berkat wasilah para da’i banyak ilmu dan cahaya hidayah tersebar hingga pelosok-pelosok negeri. Misi ilahi untuk membangun ummat rabbani yang bertaqwa pada Rabbnya adalah tugas suci abadi. Itu semua demi mencari keridhaan Allah semata sebagai tugas mulia yang jariyahnya tak akan pernah ada putus-putusnya. Namun apakah perjuangan para da’i tidak luput dari badai ujian yang lantas mengernyitkan nyali untuk tetap bertahan diatas kebenaran ? bahkan keberadaan mereka pun sering terpaut jarak yang sangat berjauhan dan hanya ruh keikhlasan dari sanubari hatilah yang masih menyala sehingga mendarah daging untuk setia berkhidmat berdakwah di segala sikon pedalaman.

Salah satu kisah da’i yakni Ustadz Abim Habibi dan Ustadz Zubaidi keduanya alumnus Pesantren Banyuanyar Pamekasan yang sudah bertahun-tahun mengajar di pesantren Istiqomah di pedalaman distrik Welesi Wamena Papua.

Berikut sekelumit kisah ketika perjumpaan kami dengan Ustadz Abim Habibi di Jogjakarta beberapa waktu lalu. Pondok Pesantren Al-Istiqomah Walesi Wamena Papua salah satu-satunya pesantren tua yang didirikan pada tahun 1983 oleh YAPIS ( Yayasan Pendidikan Islam ) yang berpusat di Jayapura.

Lokasi pesantren berada di Distrik Welesi yang berjarak 8 KM dari pusat kota Wamena dan 15 KM dari pusat bandara Wamena satu-satunya akses yang mudah bisa ditempuh untuk menuju ke Pesantren hingga saat ini. Adapun perjalanan darat dari ibukota Jayapura ke Wamena bisa memakan waktu seminggu bahkan puluhan hari tergantung kondisi medan jalanan rimba. Karena medan rimba liar belantara yang terjal seringkali labil untuk ditembus dan meleset dari prediksi waktu perjalanan yang direncanakan.

Kini pesantren Istiqomah yang sudah berjalan dengan jenjang pendidikan yang sudah ada dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah masih menginduk ke wilayah Jayawijaya dengan jumlah sekitar 70-an santri dengan pengasuh 5 orang asatidz.

Uniknya asal santri-santri cukup beragam sekalipun masih asli Papua. Yakni Suku Assolipelema, Welesi ,Okilik , Tulima, Apenas , Yagara , Hitigima.

Menjadi da’i di pedalaman Papua setidaknya menjadi refleksi perjuangan yang tidak mudah apalagi dengan segala kompleks kesulitan maupun keamanannya di pedalaman. Inilah refleksi perjuangan yang luar biasa yang mungkin tidak dijumpai di sebagian wilayah khalayak umum perkotaan.

Sejak 2012 lalu menjadi pembuktiannya Abim Habibi sebagai da’i muda sekaligus bak pahlawan muda yang turun gunung menuju pedalaman Wamena untuk mencerdaskan anak-anak Suku Dani yang sebagian besar adalah santri di Distrik Walesi.

Walesi adalah sebuah wilayah yang terletak di Wamena yang terletak di Lembah Baliem. Lembah Baliem lebih terkenal di dunia luar sehingga banyak orang menyebutnya Lembah Baliem karena identik khasnya dengan Jayawijaya atau Wamena.

“Berangkat dari keprihatinan mengenai kondisi pendidikan dan dakwah di Indonesia timur terutama Papua pada khususnya, kami yang masih seumur jagung dan belum masih terpikirkan pada waktu itu saya ditempatkan untuk menjadi guru, di daerah pedalaman. Kami mengabdi sebagai khidmat alumni pesantren untuk mengajar di pedalaman Wamena sejak 2012,” ujar Abim bersemangat menceritakan kisahnya sejenak pada kesempatan pertemuan malam itu di dekat kampusnya di Jogjakarta.

Bersama juga rekannya yakni Ust Zubaidi yang sampai saat ini masih mengabdi di Walesi juga banyak pengalaman lika-likunya menemukan hal-hal inspiratif maupun yang memilukan hati.

“Saya bisa melihat semangat yang besar dari anak-anak untuk belajar dan bermimpi tentang cita-cita mereka kelak. Anak-anak disana jauh dari orang tuanya, kondisi fisiknya kuat, perjalanan jauh pun tanpa alas kaki menyusuri jalanan rimba dan hebatnya berani berpendapat bahkan kerap kali berebut bacaan ketika datang buku bacaan baru bahkan untuk maju ke depan kelas,” ceritanya Zubaidi dengan senang hati.

“Tanggapan masyarakat terhadap pesantren al hamdulillah sangat positif dan masyarakat sangat setuju dan mendukung adanya pendidikan di pelosok”, jelas Zubaidi dalam tutur lengkap harapanya sebagai pengasuh pesantren.

Sehingga jangan salah, letupan api semangat justru datang dari anak-anak pedalaman yang sudah rela datang jauh-jauh melewati rimba liar pegunungan Papua meski dalam kondisi yang amat terbatas, nyatanya semangat anak-anak ini bisa melampaui batas perkiraan.

Ia pun mengisahkan sebuah kisah inspiratif dalam perjuangan santri-santrinya baik ketika sebelum dan setelah masuk pesantren. Tentang perjuanganya anak kecil dari suku Dani asal Kabupaten Nduga yang mulanya masih non muslim berbeda keyakinan namun akhirnya dengan ijin kehendak Allah Alhamdulillah hatinya terbuka saat melihat anak-anak santri memakai pakaian rapi dan busana muslim, akhirnya pun anak tersebut yang masih berusia 7 tahun itu memberanikan diri pergi ke tempat kami ke Distrik Walesi dengan menempuh jalan kaki dengan jarak 130 KM selama 4 hari 4 malam. Allahu Akbar Hasbunallah wanikmalwakiil.

“Ini merefleksikan betapa pentingnya sebuah komitmen hingga mampu mengantarkan ketakutan menjadi sebuah kekuatan besar. Anak yang ingusan masih kecil itu akhirnya masuk Islam dan saat ini sudah menjadi Muadzin di tempat kami, dialah si kisah Muhammad Musthofa Asal Nduga”, pungkas cerita Ust Zubaidi.

Begitu juga kisah santri bernama Alfandra yang berasal dari Suku Yelipele dari pedalaman Apenas Wamena yang merupakan keturunan Suku Dani pribumi dan pendatang sejak tahun 2000 harus sudah menjadi anak yatim dengan sepeninggal orang tuanya pasca konflik etnis terjadi.

Hidup pun terus berputar dan kisahnya terus berjalan dengan kesemangatan keluarganya ia mampu dibesarkan dengan rasa cinta dan akhlaq yang luar biasa. Anak satu ini mampu menghafal Al Qur’an dengan cepat dan mempunyai suara yang khas ketika melantunkan Al Qur’an.

Kisah da’i maupun santri di ujung pedalaman dan perbatasan memang sangat bermakna dan jiwa pengorbananya. Ada kebahagiaan bercampur keprihatinan yang mengharukan itu muncul mengetuk pintu empati keimanan dan jiwa naluri kemanusiaan. Dengan kondisi seadanya mereka tetap berjuang untuk mencerdaskan generasi santri anak bangsa demi masa depan ummat pedalaman yang lebih baik. Selamat berjuang para da’i, sang pendidik santri harapan ummat untuk kemajuan bangsa.

Banyak orang hebat sederhana di sekitar kita. Kisah mereka layak dibagikan agar jadi inspirasi bagi semua. Hiduplah pesantren agar menjadi pendidikan pilihan Utama. [ Barakallahufiekum ]

 

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Al Quran Lebih Kuat Dari Perancis

Senasib dengan Indonesia negeri Al Jazair di daratan Afrika Utara itu juga merasakan pahitnya penjajahan bangsa eropa atas mereka yang lebih dari 100 tahun lamanya, dalam hal ini Perancis yang punya ambisi menjajah mereka dari 1830-1962 tepat 132 tahun, menjarah, merampas harta, kehormatan dan nyawa, kala itu Al Jazair masih di bawah Kesultanan Turki Utsmani, saat itu kesultanan Turki Utsmani dalam keadaan yang sangat lemah, sebenarnya eropa sudah niat ingin menjajah Al Jazair sejak zaman Napoleon Bonaparte.

Upaya untuk menundukkan orang – orang islam di Al Jazair tidak ada henti – hentinya, namun usaha mereka selalu gagal karena perjuangan rakyat dan para ulama untuk mengusir para penjajah selalu dilakukan yang pada akhirnya More…

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!