Makhluk Kecil Itu Menyadarkan Kita

Malam ini masih sama seperti malam kemarin, sepi dan lengang. Tidak lagi terlihat dan terdengar ramainya malam Ibu Kota Mesir, Kairo. Tidak ada lagi terdengar teriakan kondektur bus atau supir tramco mencari penumpang. Tidak ada lagi terlihat iringan mahasiswa berangkat ke tempat pengajian. Bahkan, kafe-kafe pun sudah terlihat layaknya ruangan kosong tak berpenghuni. Iya. Kota ini telah berubah sejak makhluk kecil itu menyerang. Tidak. Tapi bukan kota ini saja, melainkan hampir seluruh kota di penjuru dunia.

Korban tentu saja masih terus berjatuhan. Para pemimpin dunia dan tenaga medis dibuat kwalahan. Hingga saat ini, sudah lebih dari satu juta orang yang terjangkit, dan lebih dari 80 ribuan jiwa yang meninggal. Tentu bukan angka yang kecil. Hal tersebut kemungkinan besar akan masih terus bertambah, entah sampai kapan.

Selain kematian, ada banyak hal yang ditimbulkan oleh makhluk kecil yang dikenal dengan Corona atau Covid-19 ini. Kita tidak berbicara tentang turunnya omset yang didapatkan pengusaha. Kita juga tidak berbicara tentang susahnya mahasiswa di rantau orang yang harus bersusah payah mencari pinjaman atau meminimalisir pengeluaran, hanya untuk tetap bisa makan paling tidak sekali sehari dikarenakan naiknya nilai dolar dan berhentinya kiriman dari kampung.

Masih ada kaum papa yang jauh lebih menderita dari mereka, yang di hari normal saja tidak ada rumah untuk berteduh dan makanan untuk mengganjal rasa lapar.
Ada satu hal yang diajarkan Islam untuk disadari, diperhatiakan dan diambil dari setiap kejadian dan peristiwa, yaitu hikmah dan pelajaran. Termasuk hikmah dan pelajaran dari peristiwa mewabahnya makhluk kecil ini. Iya, Virus Corona ata Covid-19 yang bahkan tenaga medis pun banyak bertumbangan karenanya. Bukan hanya rakyat biasa dan tenaga medis, akan tetapi juga para petinggi negara, politikus, pengusaha, olahragawan, hingga para pemuka agama pun tidak luput dari serangannya.

Di antara hikmah dan pelajaran yang patut untuk diperhatikan dan direnungkan dari peristiwa ini adalah, makhluk ini telah menyadarkan kita yang selama ini lalai, kalau kita adalah makhluk lemah yang tidak akan mampu melakukan apa pun kecuali atas izin Allah ta’ala.

Dulu, begitu mudahnya kita bersikap pongah, seolah-olah kita tuhan yang tidak membutuhkan siapapun. Cukup dengan makhluk kecil ini, ia telah dapat mengembalikan kesadaran kita untuk kembali percaya kekuasaan Allah ta’ala, dan membuat kita sadar akan jati diri kita yang lemah tak berdaya, bahkan untuk menghadapi makhluk kecil sekali pun yang tidak tampak kasat mata, yang memaksa kita harus berserah diri dan berdoa memohon perlindungan kepada Allah ta’ala.

Makhluk kecil ini juga telah menyadarkan kita kalau kesehatan, keselamatan dan kehangatan keluarga jauh lebih berharga dan lebih penting dari tumpukan materi yang selama ini dikejar. Makhluk kecil ini telah mampu mengumpulkan semua anggota keluarga untuk bersatu lagi di rumah mereka setelah sekian lama berpisah dan terpisah karena berbagai kesibukan.

Dia juga menyadarkan pentingnya menjaga kebersihan diri hingga peduli akan lingkungan dan sekitar, Makluk ini juga telah menyadarkan kita yang barang kali selama ini banyak lupa dan lalai, bahwa apapun yang ada pada kita saat ini merupakan titipan dari Allah ta’ala yang bisa diambil sewaktu-waktu, tanpa menunggu kita sudah siap atau belum. Salah satunya adalah kesempatan. Kesempatan memperbaiki hubungan bersama keluarga, orang sekitar, kesempatan mencari pendapatan yang halal, hingga kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah ta’ala .

Sesuatu yang paling jauh bukanlah jarak antara Kutub Utara dan Kutub Selatan. Bukan, bukan itu. Sesuatu yang jauh itu adalah masa lalu, kesempatan yang telah berlalu.  Ia akan terus melaju, tidak peduli kita berlari atau berhenti. Perihal ini, nampaknya kita belum benar-benar menyadari, bahwa ada sekian kesempatan yang telah terlewati.

“Ah, males ah, masih banyak kerjaan. Capek nih, ntar aja deh. Nanti kan masih bisa. Tahun depan kan masih bisa,” pikir kita saat Ramadan tahun lalu, tanpa menyangka kalau Ramadhan tahun ini terancam tanpa tarawih, kajian, iktikaf, hingga salat ied dan rangkulan hangat saat lebaran.

Akhir-akhir ini juga mungkin sering terjadi memasang, mendengar alarm, lalu dimatikan. Lebih memilih untuk melanjutkan tidur. Coba kita pikir sejenak, membuka mata saja masih ditunda-tunda, apa lagi dengan hal besar lainnya?

Kini, masjid-masjid sudah ditutup. Lafaz azan berubah. Tidak ada lagi himbauan shalat berjamaah di masjid, melainkan shalat di rumah sendiri-sendiri. Mekah sepi, Madinah lengang. Kedua kota suci itu kini menutup diri. Umroh disetop, haji tahun ini terancam dibatalkan. Kumpulan massa, sekalipun untuk kajian keagamaan kini telah dilarang.

Barangkali ini adalah peringatan dari Allah ta’ala bagi kita. Barangkali Allah ta’ala mengirim makhluk kecil itu untuk menyadarkan kita yang selama ini lalai, agar mulai memperbaiki kualitas hidup dan ibadah kita yang barangkali selama ini masih ‘kosong’. Dia Allah kirimkan untuk memaksa kita kembali menyerahkan diri kepada-Nya. Bukan pada dinding ka’bah, tidak di dalam masjid, bukan di dalam thawaf, tidak di majelis-majelis taklim, melainkan pada kesendirian dan keterisolasian kita, dengan memperbanyak muhasabah.

Hari ini, kita dapat menyadari bahwa kita hanyalah sekumpulan makhluk lemah tak berdaya tanpa bantuan-Nya. Kita tidak dapat lagi mengandalkan logika biasa ataupun kecanggihan teknologi manusia tanpa pertolongan dan bantuan dari Allah ta’ala, karena makhluk kecil itu telah menyadarkan kita….

Oleh: Ahmad Akbar Hakiki
Mahasiswa Al Azhar, Kairo

Peran Turast  (Al Quran dan Sunnah) Dalam Perkembangan Islam

Bagaikan mentari yang terbit setelah alam diliputi kegelapan malam , mungkin seperti  itulah gambaran ketika Nabi Muhammad ﷺ datang membawa Islam ke Arab Jahiliah, dengan Kenabian yang ada dalam diri beliau dan Al quran yang menjadi pedoman beliau bahkan menjadi mukjizat terbesar ummat ini, Akhirnya kegelapan dan kebodohan yang mengakar di lingkungan Arab jahiliah, tersingkirkan oleh cahaya keislaman yang Allahﷻ anugrahkan untuk pengikut Nabi Muhammad ﷺ.

Kurang lebih setelah 13 tahun Rasulullah ﷺ berdakwa di negri makkah dan madinah, dakwah yang diawali secara diam-diam ini atau lebih dikenal dengan sebutan dakwah sirriah, hingga kemudian turunlah perintah kepada Rasullah ﷺ untuk menyerukan dakwahnya secara terang2an (Dakwah jahriah)  kepada penduduk Makkah, dimulai dari kerabat dan keluarga beliau. Perintah ini tersirat dalam surat  Asy Syu’ara  ayat : 214, Allah ﷻ berfirman :
‎وَأَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ الأَقْرَبِيْنَ
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.

Maka mulailah Islam tersebar kependuduk Makkah yang kemudian setelah Rasullah ﷺ berhijarah ke negri Madinah, mulailah pula Rasullah ﷺ mengirim surat ke raja-raja diluar jazirah Arab. di antaranya Raja Heraclius, Penguasa Romawi Timur, kemudian Raja Negus, Penguasa Abessinia, juga ke Raja Muqauqis, Penguasa Koptik Agung Mesir, dan Rasullah ﷺ juga mengirim surat ke Raja Kisra Penguasa Persia dan penguasa-pengua di sekitar semenanjung Arab. Setelah Rasullah ﷺ berpulang ke hariban Allah ﷻ terjadilah peluasan dakwah yang dilakukan oleh Khulafaurrasyidin yang memberi dampak sangat besar dalam perkebangan agama islam juga peluasan kekuasaan islam yang sudah memiliki Tatanan Sendiri, yang tidak lain warisan dari Rasulullah ﷺ yang beliau dirikan di kota Madinah.

Tidak berhenti sampai disini, bagaikan panah yang melesat dari busurnya, islam makin melejit ke pelosok-pelosok negri ditangan para penguasa-penguasa dinasti islamiyah, diantaranya dinasti-dinasti besar seperti Umawiyah kemudian Abbasiah dan Utsmaniah. dinasti yang berdiri  setelah berakhirnya masa khilafaurrosyidin.

Semua kejayaan yang islam raih dari masa ke masa tidak lepas dari berpegang teguhnya kaum muslimin dengan 2 penyokong utama agama ini. Al qur’an dan Hadits. dari dua sumber inilah para ulama menyerap bermacam-macam  fan keilmuan, dari ilmu duniawi sampai ilmu yang berkaitan dengan akhirat, semua terangkum rapi dalam kalam suci yang Allah sematkan kedalam dada sang Baginda Rasulullah ﷺ.

Pada masa dinasti Abbasiah, masa dimana islam berada dipuncak kejayaannya, masa dimana ummat islam mengukir prestasi yang gemilang, masa dimana ummat islam melahirkan ilmuan-ilmuan yang menyumbang peradaban Dunia. lahirlah 5 ilmuan Abbasiah yang bisa dikatakan menjadi pelopor ilmu pengetahuan yang kedepannya sangat berdampak pada perkembangan pengetahuan manusia dibidang ilmu pengetahuan seperti Astronomi, kedokteran, kimia, matematika dan filsafat. Mereka adalah ; Musa Ibrahim Al-Farazi seorang ahli astronomi yang memiliki karya bernama Al-magest, sebuah naskah astronomi yang beliau terjemahkan dari india yang berjudul Brahmasoutrasidanta. Kemudian ada Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina.

Tentu namanya tidak asing lagi ditelinga kita, beliau adalah bapak pengobatan modern, seorang ilmuan muslim yang memiliki keahlian dalam bidang kedokteran. Karyanya yang termasyhur adalah al-qonun fi Thibb atau yang lebih masyhur dikalangan ilmuan barat dengan sebutan the canon of medicine. Karya ini menjadi rujukan pengobatan oleh ilmuan-ilmuan modern. Selanjutnya ada Abu Musa Jabir bin Hayyan. Salah satu tokoh dari ilmuan Abbasiah yang memiliki keahlian dalam bidang kimia. Salah satu karyanya yang berjudul al-kimya diterjemahkan kedalam bahasa inggris yang berjudul The Book of the Composition of Alchem.

Ilmuan berikutnya adalah ilmuan Matematikawan sekaligus penemu angka nol dan penemu Al jabar; dia adalah Abu Walid Muhammad bin Musa al-Khawarizmi, pastinya tidak terbayang bagaimana ribetnya menjumlah jika tidak ada angka nol. Dan yang kelima dari lima ilmuan hebat dinasti abbasiah adalah; Abu Walid Muhammad bin Muhammad Ibnu Rusyd.

Seorang tokoh filsafat dam memiliki karya besar dibidangnya, yaitu Kitab Mabadi al-Falsafah. Tentunya masih banyak lagi ilmuan-ilmuan muslim yang telah menorehkan karyanya ke langit peradaban dunia. Seperti ibnu Firnas seorang cendikiawan muslim spanyol, sekaligus pencipta dan perintis penerbangan, manusia pertama yang terbang di langit cordoba dengan sayap ciptaannya, walaupun ciptaanya ini belum sempurna tapi menjadi bahan pelajaran dan kaji bagi ilmuan-ilmuan berikutnya.

Jikalau dibidang ilmu pengetahuan islam memiliki sumbangsi peradaban, maka tentunya tak diragukan lagi dalam ilmu agama islam itu sendiri. Ada ratusan dan mungkin ribuan buku2 turats karya para ulama yang sangat berpengaruh dalam perkembangan islam, contoh yang paling dekat adalah,  4 madzhab yang dipelopori oleh 4 imam yang tak diragukan lagi tsarwah keilmuannya.

dengan ijtihad-ijtihad yang telah mereka tuangkan dalam pemikiran-pemikiran mereka, akhirnya memudahkan kaum muslimin  dalam mengetahui hukum2 islam. Bahkan imam syafi’I menaruh pondasi dalam ilmu ushul fiqhi di kitabnya yang bernama Arrisalah yang kelak sangat membantu para ulama-ulama dalam berijtihad dan mengeluarkan hukum dalam permasalahan-permasalahan ummat yang kian bermunculan dengan bertambahnya zaman.

Tak terlupakan juga jasa para ulama hadits termasuk didalamnya para ulama kutubu sittah ( Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Abu daud, Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, Imam Annasa’I), dengan hadits-hadits yang mereka kumpulkan dalam buku-buku mereka, terutama kitab shahi Bukhori dan Muslim yang sudah dijamin kesahihannnya, membuat ummat ini mudah dalam menemukan hadits-hadits Rasullahﷺ , juga menghilangkan keraguan dalam mengamalkannya.

Ini hanya segelintir contoh dari pengaruh ulama dan turats mereka dalam perkembangan islam, tentunya masih banyak lagi jasa-jasa mereka yang tak bisa tertuliskan oleh tinta-tinta emas sejarah, bahkan disebutkan bahwa ketika Mongol datang menyerang Kota Baghdad  yang saat itu menjadi icon kejayaan islam, dan membabat habis seluruh kota termasuk buku-buku karangan cendikiawan muslim. sungai yang ada dibaghdad berubah menjadi tinta hitam, yang menunjukkan bahwasanya begitu banyak karangan ulama muslim yang jika sampai ke ummat setelahnya akan memberikan perkembangan untuk agama ini bahkan untuk kemajuan dunia dengan segala perkembangannya.

Terbuktilah bagaimana hebatnya turats kita dan jeniusnya cendikiawan-cendikiawan muslim terdahulu, lantas apakah mereka hanya akan menjadi buah bibir generasi ummat ini atau hanya menjadi cerita yang tertutup rapat dibuku-buku yang kita pun jarang membukanya. Tentunya tidak, warisan yang mereka tinggalkan tidak lain dan tidak bukan untuk dikembangkan dan diteruskan oleh generasi setelahnya, terkhusus generasi pemuda islam yang menjadi tonggak kemajuan ummat.

Wallahu a’lam bishowab

Dzul Fajri
Kairo, Mesir.

Al Qur’an Tekuk Hantu Laut Maldive

Siapa yang tidak kenal dengan Maldive, sebuah negara yang sangat terkenal dengan pula – Pulau indah dan pemandangan yang menyihir para turis yang datang ke negeri yang dataran tingginya paling rendah di dunia, dataran tertinggi di negeri tersebut hanya 2,3 (mdpl) meter di atas permukaan air laut.

Maladewa adalah sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kumpulan Pulau – pulau di Samudra Hindia, Maladewa terletak di sebelah selatan-barat daya India, sekitar 700 km sebelah barat daya Sri Lanka, Keadaan ekonomi Maladewa bergantung pada dua sektor utama, yaitu pariwisata dan perikanan.

Negeri di tengah Samudra ini Alhamdulillah pendiduknya 100% muslim, padahal sebelumnya seluruh masyarakat di tempat ini menyembah berhala dan roh nenek moyang, berawal dari kunjungan Seorang Alim Hafizh Quran dari Maroko ke maladewa, negeri ini memang sudah sering dikunjungi oleh para pelaut wa bil khusus pelaut dari negeri Arab atau India, dialah Abul Barakat Yusuf Al Barbary yang datang ke Malawa dalam perjalananya yang pertama kali ke wilayah tersebut.

Abul Barakat berasal dari Suku Amazigh yang berarti manusia merdeka, populasi suku amazigh banyak menyebar di wilayah Afrika Utara seperti Maroko, Al Jazair, Tunisia, Libia, Mauritania, hingga negeri piramid Mesir, banyak tokoh – tokoh muslim hebat dari suku Amazigh seperti Tariq bin Ziyad (Sang penakluk Andalusia), Abbas bin Firnas (manusia terbang pertama dunia), Ibnu Rusyd (sang ulama dan filosof), Ibnu Battutah, Omar Mukhtar dari Libia, Yusuf bin Tasyifin dari Maroko, Abdul Karim Al Khataby dari Maroko, hingga pesebak bola tersohor dunia Zinedine Zidane (Zainuddin Zaidan). Namun orang barat lebih suka menyebut orang – orang Amazigh dengan istilah Barbar.

Kisah Abul Barakat Yusuf Al Barbary ini dilaporkan langsung oleh penjelajah Muslim yang sangat hebat yang konon katanya beliau juga telah menapakkan kakinya di Nusantara ini, siapa lagi kalau bukan Ibnu Battutah, kisah ini disebutkan oleh Ibnu Battutah dalam Kitab Tuhfatu Annazzhar fie gharaib al amshar wa ‘ajaib al asfar (Hadiah Bagi Para Pemerhati Negeri-Negeri Asing dan Pengalaman-Pengalaman Ajaib), kitab ini banyak menceritakan keajaiban dan keunikan yang memang dihadapi oleh penulis selama beliau keliling dunia dalam kurun waktu 30 tahun berpetualang.

Ibnu Battutah menceritakan bahwasanya Abul Barakat Al Barbary datang ke Pulau Maladewa berjalan mengitari Pulau tersebut yang saat itu seluruh penghuninya beragama hindu, hingga beliau melihat seorang wanita tua yang sedang menangis di gubuk reotnya seakan ada kemalangan besar terjadi di sana, Abul Barakat bertanya mencari informasi apa gerangan kesedihan menyelimuti mereka, wanita tua itu menjelaskan masalah mereka namun sayang Abu Barakat tidak faham maksud sang wanita tua itu, hingga di datangkan lah seorang penterjemah yang bisa faham bahasa arab, melalui lisan penterjemah didapat lah informasi bahwasanya di Maladewa ini terjadi ritual aneh sekaligus seram tiap bulannya, yaitu mempersembahkan seorang anak gadis cantik untuk Jin penguasa laut, masyarakat tentunya tidak ada yang bersedia mengorbankan buah hatinya untuk setan jahat itu, namun bila hajat setan itu tidak dipenuhi maka masyarakat yang melaut mencari ikan akan diganggu setan, padahal salah satu mata pencaharian utama masyarakat adalah menjual hasil laut.

Sangat sulit mencari orang tua yang ingin mengorbankan putri cantiknya maka mereka sepakat untuk melakukan undian sebagai solusi, nama yang keluar suka tak suka harus dikorbankan untuk hantu laut demi keamanan dan keselamatan masyarakat banyak, begitulah pemahaman masyarakat maladewa kala itu.

Jin itu akan datang setiap bulannya keluar dari laut, seakan jin itu berada di dalam sampan besar dan dikelilingi cahaya terang, masyarakat apabila telah melihat Jin itu seakan tidak mampu untuk monolak kehendak hasrat jahat sang Jin, bila malam datang putri cantik itu akan diletakkan di dalam gubuk dekat laut dalam kondisi sudah dihias bak penganten, lalu jin akan datang mengambil wanita itu untuk dibunuh dan dicabik – cabik tubuhnya, di pagi hari masyarakat akan datang untuk melihat kondisi tubuh yang telah harcur berantakan itu kemudian mereka bakar sesuai adat hindu yang berlaku di sana.

Wanita tua yang tak berdaya itu menangis tiada henti karena putri satu – satunya itu telah kena undian untuk diberikan kepada Jin laut, Abul Barakat merasa iba mendengar kabar tersebut, tanpa ragu ia menawarkan diri untuk menggantikan putri wanita tua itu agar ia yang dipersembahkan untuk jin laut, tangisan histeris wanita tua itu berhenti seketika, ternyata ada manusia yang berbaik hati menggantikan putri tercintanya.

Begitu matahari menyembunyikan dirinya di sebelah barat malampun tiba dengan menarik tirai gelapnya, sisa – sisa mega merah masih nampak berserakan di ufuk – ufuk, suasana hening pesisir pantai dengan tiupan angin sepoi – sepoi menghiasi malam yang sangat mendebarkan itu, namun hati sudah mantap Abul Barakat jalan perlahan menuju gubuk tempat yang biasanya dijadikan warga sana untuk mempersembahkan tumbal.

Abul Barakat sudah mengambil air wudhu, sepanjang malam itu beliau isi dengan bacaan Al Qur’an, Hantu Laut yang sudah tidak sabar ingin mengambil jatah bulanannya sudah pun lirak – lirik dari jendela gubuk ingin segera meraih sang tumbal, namun hantu laut itu kaget bukan kepalang ternyata sang tumbal sedang membaca Al Qur’an, upaya untuk mendekati sang tumbal pun terus dilakukan namun apa daya kekuatan Al Qur’an dan perlindungan Allah membentengi Abul Barakat dengan sangat kokoh, tiada kuasa meraih tumbal, Hantu Laut itu lari ketakutan dan masuk ke dalam laut kembali.

Pagi hari warga sudah sangat penasaran tak sabar ingin melihat apa kejadian di dalam gubuk itu, pemandangan seram yang rutin mereka saksikan tiap bulannya ialah tubuh manusia yang tidak lagi bernyawa tergeletak dalam kondisi tercabik – cabik hancur berantakan oleh Hantu laut, namun kali ini sang tumbal tampil beda, ia masih hidup dengan senyum lebar lagi menawan menemui warga yang sudah penasaran berat ingin tau bagaimana keadaan sang tumbal, keluar dari gubuk itu dalam keadaan sehat wal afiat tanpa kurang sedikit pun membuat warga sangat keheranan, semua orang terkesima, bingung bercampur kagum bagaimana ia bisa selamat dari keganasan Hantu laut yang selama ini tidak ada yang dapat mengalahkannya, Abul Barakat pun dengan semangat menceritakan peristiwa semalam kepada masyarakat dengan jelas.

Tanpa menunggu lama kejadian ini mendadak viral seantero Maladewa hingga memancing penasaran raja Syanuraza yang menguasai Maladewa kala itu, undangan ke istana raja pun sampai kepada Abu Barakat melalui petugas istana yang isinya sang raja ingin sekali berjumpa dengan Abul Barakat, tidak menolak Abul Barakat langsung digandeng menuju istana raja, tiba di istana rupanya sang raja tak kuasa menahan penasaran bagaimana cara menghadapi Hantu laut yang sudah sekian lama menghantui mereka tiap bulannya, Abul Barakat menjelaskan bahwa yang melindungi dirinya adalah Allah yang menciptakan seluruh makhluq, yang dia baca hanyalah firman Allah yang sangat kuat mukjizatnya yang membuat Hantu laut lari terbirit birit, memanfaatkan kondisi ini Abul Barakat tanpa malu – malu menawarkan Islam kepada sang raja, memberikan motivasi serta menceritakan keindahan – keindahan islam.

Sang raja sangat penasaran dengan kesaktian Abul Barakat, tapi ajakan beliau kepada raja untuk masuk islam belum bisa dipenuhi, namun sang raja memberikan syarat, Abul Barakat harus tinggal di Maladewa minimal satu bulan, bila dalam satu bulan itu dia tidak apa- apa dan hantu Laut itu tidak mampu menyakitinya maka sang raja siap masuk islam, tanpa seujung kuku pun keraguan Abul Barakat deal dengan syarat yang diajukan raja, menunggu hari bulan berjalan beliau isi hari-hari dengan Tilawah Al Qur’an, Alhamdulillah belum sampai sebulan sanga raja sudah pun jatuh hati pada islam, agama yang dipeluk oleh Abul Barakat, ikrar syahadat pun berlangsung disaksikan banyak orang, kemudian seluruh anggota keluarga beliau pun ikut bersyahadat, Abul Barakat memberikan nama baru buat sang raja dengan Muhammad bin Abdillah seperti nama Rasulullah shallahu alaihi wasallam, islam terus menyebar pesat di sana hingga sang raja memerintahkan untuk mengirim utusan kepada masyarakat yang tinggal di pulau – pulau terpencil agar disampaikan islam kepada mereka, wal hasil seluruh Maladewa masuk islam melalui persntaraan syekh Abul Barakat Yusuf Al Barbary.

Sang raja meminta Abul Barakat agar menetap di Maladewa untuk mengajarkan islam kepada mereka, sang raja meminta agar kisah islam sang raja diabadikan pada prasasti dalam bahasa arab, yang kemudian prasasti tersebut dinilai oleh para ilmuwan ukiran prasasti tersebut adalah paling tua di Samudra hindia dengan menggunakan aksara arab.

Sang raja memerintahkan untuk menghancurkan seluruh berhala dan tempat- tempat persembahan tumbal lalu diganti dengan masjid, kemudian didirikanlah masjid dengan nama sang raja, juga masjid Abul Barakat Al Barbary yang hingga hari ini masih ada di ibu kota Maladewa Male, menjadi salah satu destinasi kunjungan turis dari belahan Dunia.

Berterima kasih pada Abul Barakat sang raja membuat aturan bahwasanya sepertiga dari hasil bumi mereka akan diberikan kepada para musafir yang datang ke negeri mereka karena rasa syukur mereka mendapatkan islam dan kebahagiaan melaui tangan para musafir seperti Abul Barakat, mereka sangat menghormati para musafir terlebih dari Maroko tempat asal Abul Barakat, menghormati orang maroko bagi warga Maladewa berlaku hingga hari ini.

Masyarakat Maldive rutin Tilawah Al Quran sehingga hantu laut itu tidak lagi berani mengganggu masyarakat baik di daratan maupun di lautan, semoga Allah menjadikan kita sebagai ummat yang berpegang teguh pada Al Quran, membaca, mentadabburi, mempelajari tafsirnya, mengamalkan serta mendahwahkannya.

Hindari Pakaian Syuhrah

Mengenakan pakaian dan menutup aurat merupakan salah satu aturan syariat islam, yang apabila kita laksanakan akan mendapat pahala, meninggalkannya (tidak menutup aurat) akan berdosa, aturan syariat berupa menutup tubuh dengan pakaian adalah salah satu kemuliaan islam, yang telah mengatur tata cara berpakaian demi kebahagiaan ummatnya.

Pada zaman dahulu orang yang paling baik pakaiannya yang bermaksud paling menutup anggota badannya (auratnya) dikenal sebagai kaum bangsawan, paling maju cara berfikirnya, cendikia, dan paling dihormati di tengah masyarakatnya.

Sehingga kelihatan kontras dengan mereka yang tidak berpendidikan, bahkan sering kali ada dugaan mereka yang tidak sempurna dalam berpakaian adalah kaum budak, para budak yang dijual belikan di pasar, budak sering kali terlihat tidak berpakaian dengan baik, baik laki – laki maupun perempuan, para budak ini kemudian disuruh oleh tuannya untuk berkerja, membantu bahkan bernyanyi dengan pakaian seadanya.

Sedangkan yang menonton mereka bernyanyi adalah para saudagar, warga istana, raja, bagsawan, dan lain – lain, tuan putri dan istri – istri raja dan istri menteri berpakaian sangat sempurna, bahkan sering kali rok tuan putri atau ratu harus diangkat oleh para pelayan saat mereka berjalan, yang menunjukkan pakaian sempurna adalah pakain para ratu, saudagar, bangsawan dan kaum cendikia, sedangkan pada zaman itu pakaian minim adalah pakaian mereka dari masyarakat kelas bawah, terbelakang atau budak hamba sahaya. pakaian ratu, permaisuri, istri bangsawan seperti ini bukanlah dari satu negeri saja, namun seluruh negeri dari Arab, cina, india, eropa, amerika semua mereka berpakaian sempurna, karena itu adalah identitas mereka sebagai kaum terhormat.

Gaya berpakaian sempurna bak ratu dan istri bagsawan sering kali ditiru oleh mereka yang ingin menjadi ratu sehari dalam upacara pernikahan mereka, sehingga mempelai wanita dihias dan diberikan pakaian layaknya seorang ratu, roknya yang pajang hingga terseret – seret bila mereka berjalan, tak mau kalah dengan para ratu mempelai wanita juga minta tolong pada pengawal penganten untuk mengangkat ujung rok mereka agar mirip dengan pakaian para ratu, karena penganten pasti ingin dihias bak raja dan ratu walau hanya sehari saja.

Namun islam telah menganjurkan bagi penganutnya untuk berpakaian sempurna sejak awal matahari islam terbit di Makkah, pakaian yang bersih dan sempurna bukan pakain kaum terbelakang yang tidak mengerti cara berpakaian atau budak, lihat firman Allah dalam surat Al Muzammil yang dikatakan oleh para ulama adalah termasuk di antara ayat yang pertama – tama kali turun.

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
dan pakaianmu bersihkanlah (QS Al Muddatsir:4).

Ibnu Jarir Ath thabary berkata: ayat ini turun setelah proses turun wahyu pertama kali di gua hira, takut dengan peristiwa yang terjadi di gua hira itu beliau shallahu alaihi wasallam langsung pulang ke rumahnya dalam kondisi menggigil karena ketakutan, meminta sang istri untuk menyelimuti beliau, dalam kondisi seperti itu Allah turunkan ayat di atas, yang menjelaskan bahwa pentingnya menjaga pakaian dan kebersihannya.

Ayat di atas sekaligus memberikan isyarat bahwasanya pakaian di dalam islam sangatlah penting serta mendapat perhatian yang besar, setelah ayat pertama yang memerintahkan untuk membaca guna mendapatkan ilmu lalu setelah itu langsung turun ayat yang memerintahkan untuk berpakaian yang bersih, ini jelas – jelas perhatian yang sangat besar dari syariat soal pakaian, bahkan di dalam ayat yang lain Allah berfirman:

يَا بَنِي آدَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ

 “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (QS. Al-A’raf: 31) yakni setiap kali shalat.

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS Al A’raf: 26).

Pakaian adalah perhiasan hidup manusia, dengan pakaian itu manusia akan tampak indah, rapi, menawan sehingga penampilan semakin mantap, islampun menganjurkan hal tersebut, hanya saja saat membelinya harus menghindari tabdzir (boros/berlebihan), dan saat mengenakannya harus berhias dengan sifat tawadhu’ serta menghindari sifat angkuh dan sombong.

وفي حديث عن معاذ بن أنس رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «مَنْ تَرَكَ اللِّبَاسَ تَوَاضُعًا لِلَّهِ وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ دَعَاهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنْ أَيِّ حُلَلِ الْإِيمَانِ شَاءَ يَلْبَسُهَا»[[15]- (رواه الترمذي: [2405] – [9/21]، وحسّنه الألباني برقم: [6145] في صحيح الجامع).

“Dari Mua’adz bin Anas Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi shallahu alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang meninggalkan (menjauhkan diri dari) suatu pakaian (yang mewah) dalam rangka tawadhu’ (rendah hati) karena Allah, padahal dia mampu (untuk membelinya / memakainya), maka pada hari kiamat nanti Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluq, lalu dia dipersilahkan untuk memilih perhiasan / pakaian (yang diberikan kepada) orang beriman, yang mana saja yang ingin dia pakai” (HR. At Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam “Shahih Al-Shahih).

Hadits ini memberikan bimbingan kepada kita agar sederhana dalam berpakaian dan penampilan meskipun kita mampu untuk membeli pakaian yang mewah dengan harga yang tinggi, imbalannya ialah Allah akan memberikan hadiah istimewa pada mereka di hari kiamat, hadiah tersebut diberikan oleh Allah di hadapan seluruh makhluq, bukan sembarang pakaian namun pekaian Iman, sebagai bukti bahwa iman kita benar.

Hal yang harus dihindari pula dalam berpakaian ialah pakaian syuhrah, pakaian popularitas, pakaian yang dikenal orang sebagai pakaian mewah yang berbeda dengan pakaian umum yang dipakai kebanyakan orang, sehingga akan menarik perhatian orang, orang yang melihat pakaian tersebut akan terpukau, si pemakai pakaian tersebut pun akan merasa bangga diri, sombong dan takabbur.

Ibnu Al Atsir berkata: Maksud dari kata syuhrah ialah ‘tampak’ bermakna pakaian tersebut tampak populer di tangah manusia karena corak dan warnanya berbeda dengan yang umumnya dipakai orang, sehingga orang – orang kagum melihatnya, yang menggunakan pakaian akan merasa ujub (bangga diri) dan (takabbur) sombong.

Hadits – hadits Nabi shallahu alaihi wasallam tentang hal ini sangat banyak, kami akan sebutkan sebahagian di antaranya sebagai berikut:

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ شُهْرَةٍ فِي الدُّنْيَا أَلْبَسَهُ اللهُ ثَوْبَ مَذَلَّةٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barang siapa memakai baju (untuk) kemasyhuran (syuhrah) di dunia, kelak di hari kiamat Allah Subhanahu wata’ala akan memakaikan kepadanya baju kehinaan, kemudian Allah Subhanahu wata’ala mengobarkan api di dalamnya.” (HR. Ibnu Majah no. 3606—3607 dan ini adalah lafadz beliau, Abu Dawud no. 4029, dengan sanad yang tsiqah seperti yang disebutkan oleh Imam Syaukani dalam kitab Nailul Authar.

وعن أبي ذر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ” ما من عبد لبس ثوب شهرة إلا أعرض الله عنه حتى ينزعه، وإن كان عنده حبيباً “. قال الحافظ العراقي في تخريج الإحياء: رواه ابن ماجه من حديث أبي ذر بإسناد جيد .

Dari Abu Dzar radhiyallahu anhu, dari Nabi shallahu alaihi wasallam bersabda:
Tidaklah seorang hamba yang memakai pakaian syuhrah kecuali Allah akan berpaling dari manusia tersebut hingga ia melapaskannya (HR Ibnu Majah, Al Hafizh Al Iraqy dalam takhrij hadits al ihya’ berkata: sanad hadits ini Jayyid (baik).

Al-Imam asy- Syaukani rahimahullah berkata, “Hadits ini menunjukkan haramnya memakai pakaian kemasyhuran (syuhrah). Namun, hadits ini tidak hanya berlaku untuk pakaian yang mewah. Bisa jadi terjadi pada seseorang yang memakai pakaian orang fakir yang berbeda dengan umumnya pakaian orang, supaya dipandang oleh orang lain sehingga takjub dengan pakaiannya dan meyakini (kezuhudan)nya. Demikian yang dijelaskan oleh Ibnu Ruslan rahimahullah.”.

Apabila memakai pakaian tersebut bertujuan agar terkenal (masyhur) di tengah-tengah masyarakat, tidak ada perbedaan antara pakaian mewah dan pakaian jelek, baik pakaiannya sama dengan pakaian masyarakat secara umum maupun pakaian yang berbeda dengan mereka. Sebab, keharaman tersebut bertumpu pada niat kemasyhuran. Yang dianggap ialah maksud (niat) nya walaupun tidak sama dengan kenyataannya.” (Kitab Nailul Authar 2/111).

Maka sudah semestinya bagi seorang Muslim untuk berpakaian yang sesuai dengan sunnah Nabi shallahu alaihi wasallam, beliau sederhana dalam berpakaian, tawadhu dalam penampilan jauh dari kesombongan, sehingga beliau shallahu alaihi wasallam bersabda:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ: «كُلُوا وَاشْرَبُوا، وَالْبَسُوا وَتَصَدَّقُوا، فِي غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلَا مَخِيلَةٍ»؛

“ Makanlah kalian, dan minumlah kalian, dan berpakaianlah kalian, dan bersedekahlah tanpa berlebihan dan tidak sombong.” (HR Ahmad, Nasai, Ibnu Majah, Hakim, Imam Suyuthi berkata hadits ini shahih).

Pakaian adalah perhiasan, memakainya adalah melaksanakan syariat, hindari tabdzir, syuhrah, sombong dll.

Potret Kampung Muallaf di Kutuh Kintamani Bangli Bali

Kutuh Kintamani Bangli adalah salah Sudut perkampungan penduduk asli Bali yang sudah turun temurun sejak nenek moyang pendahulunya. Geografisnya yang terjal di lereng pegunungan gunung Batur menjadikan akses ke wilayah tersebut lumayan menyulitkan. Beberapa tahun terakhir ini seiring berjalannya waktu daerah ini bisa mudah untuk menjangkaunya. Secara administratif wilayah ini berada di kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Provinsi Bali wilayah utara.

Namun beriringan waktu bukan mustahil bagi Allah untuk menurunkan RahmatNya menaunginya dalam pangkuan Islam. Tahun 1982 adalah tahun bersejarah bagi keluarga besar Mustaqim ( nama seorang tokoh muallaf ) yang beserta segenap keluarganya masuk Islam. Berawal dari Irasun ( kakek Mustaqim ) yang sakit menahun tak kunjung sembuh mulanya sampai segala macam cara dilakukan untuk berusaha melepaskan sakit yang dideritanya. Walhasil Qadarullah atas kebesaran Allah, suatu waktu kesembuhan menghampiri kakeknya atas jasa seorang tabib yang notabene masih bergaris keturunan islam dari perkampungan sasak KarangAsem. Singkatnya keluarga besar Irasun bersama Wayan Warsa ( Ayah Mustaqim ) memutuskan untuk masuk Islam.

Prosesi masuk Islamnya pun tergolong luarbiasa, mendiang KH. Habib Adnan Tokoh MUI Bali langsung turun gunung ketika itu. Tahun 1982 masih jalan setapak dilereng pegunungan Batur untuk menuju kampung AnganSari Kutuh sehingga beliau harus ditandu sejauh 15 KM dari jalan utama menuju perkampungan dibalik bukit Gunung Batur Kintamani. Yang juga tak kalah luarbiasa ialah prosesi sunatan massal yang dilakukan setelah mereka masuk islam yakni dengan bersamaan dg putra mereka yang tergolong masih anak-anak ketika itu.

“Alhamdulillah sampai saat ini ada 26 KK yang sudah masuk Islam dengan jumlah lebih dari 80 jiwa”, jelas Mustaqim di Masjid Nurul Iman satu-satunya masjid yang dibangun diatas tanah keluarga besarnya.

Dalam perjalanan ke lokasi kali ini MUI Provinsi Bali, KH Mustafid Amna, LC MA bersama para remaja masjid selain rihlah silaturahim juga mengadakan kajian serta santunan sosial dalam rangka menguatkan ukhuwah tali keimanan.

Melihat wajah keislaman di Kutuh Kintamani Bangli adalah bagian potret kampung muallaf yang masih banyak membutuhkan perhatian dan pembinaan terlebih jauh dari akses lingkungan perkampungan islam sekitarnya.

Bukan mustahil juga seiring dengan gigihnya para da’i dan pemerhati keislaman yang concern untuk menebarkan dakwah islam di pulau Bali akan ada kampung-kampung muallaf baru yang tersinari dengan cahaya kebenaran islam sebagai Rahmatallil’alamiin.

Halal dan Haram Adalah Bentuk Kasih Sayang Allah Kepada Manusia

Halal dan haram adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada manusia dan lingkungan, Rabb yang Maha Tahu itu memberikan informasi kesehatan kepada manusia di dalam kitab Al Quran atau melaui lisan Nabi shallahu alaihi wasallam di dalam Sunnah agar mereka dapat hidup dengan baik, sehat, cerdas, sehat fisik, ruh dan akalnya, Allah ta’ala tidak rela membiarkan manusia hidup di dalam keburukan apalagi harus menderita karena salah dalam pola makan dan hidup, bentuk kasih sayang seperti ini adalah bentuk kasih sayang yang sangat besar.

Betapa manusia yang hidup dalam keadaan sangat minim fasilitas Kesehatan di gurun sahara 14 abad yang lalu, buta huruf, berpindah -pindah bahkan lingkungan yang bercuaca extrim sekalipun mereka mampu bertahan hidup dan bahkan mereka diberikan usia yang cukup panjang, keberkahan dalam mengikuti ajaran islam dalam kehidupan termasuk dalam masalah konsumsi adalah hal yang sangat penting bagi manusia.

Allah SWT berfirman :

وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا  وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ

Artinya “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”(QS. Al- Maidah ayat 88).

Ini adalah perintah Allah kepada manusia agar mereka mencari dan mengkonsumsi makan halal dan sehat, karena dampak dari makanan yang dikonsumsi manusia akan berdampak pada kesihatan mereka.

Mungkin kita bertanya kalau Allah memerintahkan kita untuk makan makanan yang halal mengapa ada makanan yang haram?!

Allah ingin menguji manusia, Allah telah menciptakan jutaan makanan halal dan sangat bermanfaat bagi tubuh manusia, namun dengan nikmat makanan halal yang sangat banyak ini adakah manusia masih berusaha mencari yang haram yang sudah pasti berbahaya dan merusak tubuh manusia itu sendiri, bila manusia menggunakan akalnya maka ia akan menjahui makanan haram tersebut.

Allah adalah Maha Tahu sehingga seluruh syariatNya pasti bermanfaat bagi manusia dan seluruh larangannya pastilah berbahaya bagi kehidupan manusia, sudah menjadi kewajiban bagi manusia untuk patuh dan tundak terhadap aturan tuhannya untuk kebaikan manusia itu sendiri.

Sahabat sekaligus paman Nabi Shallahu alaihi wasallam ketika hijrah ke Ethiopia bersama 70 sahabat lainnya bertemu dengan raja Najasyi yang terkenal dengan raja Nasrani yang adil dan membela orang -orang yang terzalimi, ketika sang raja bertanya kepada sahabat Ja’far apa yang diajarkan Nabi mu kepada manusia? Beliau menjawab : ia mengajarkan manusia untuk makan makanan halal dan meninggalkan bangkai, mengajari kami untuk saling meolong, tidak menindas yang lemah dll, informasi yang di dapatkan raja Najasyi tersebut membuat beliau memeluk islam.

Berikut ini kami sebutkan beberapa kaedah (rumus) makanan haram sesuai dengan ayat – ayat Al Quran dan Sunnah Nabi shallahu alaihi wasallam.

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ

Artinya
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.”(QS Al Maidah:3).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, judi, berhal-berhala, panah-panah (yang digunakan mengundi nasib) adalah kekejian yang termasuk perbuatan setan.maka, jauhilah ia agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS Al Maidah:90).

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ ۖ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut nama selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang.”(QS Al Baqarah:173).

Akan tetapi Islam memberikan pengecualian terhadap 2 bangkai, yaitu ikan dan belalang, dimana bangkai dari kedua hewan tersebut adalah halal hukumnya. Hal ini sesuai dengan Sabda Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam :

أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ فَأَمَّا الْمَيْتَتَانِ فَالْحُوتُ وَالْجَرَادُ وَأَمَّا الدَّمَانِ فَالْكَبِدُ وَالطِّحَالُ

Artinya “Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa.” (HR. Ibnu Majah).

Di antara makanan yang diharamkan ialah hewan yang disembelih bukan atas nama Allah, namun ia disembelih untuk sajen, pesugihan, permintaan setan untuk tumbal dan sebagainya itu juga haram dimakan:

وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ  وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ  وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ

Artinya
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya.  Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.” (QS. Al- An’am : 121).

Rasulullah shallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :

نَهَى رسولُ اللهِ عَنْ كُلِّ ذِيْ نَابٍ مِّنَ السِّباعِ وعَنْ كُلِّ ذِيْ مِخْلَبٍ مِّنَ الطَّيْرِ

Artinya “Rasulullah shallahu alaihi wasallam telah melarang memakan setiap binatang bertaring dari jenis binatang buas dan setiap jenis burung yang berkuku tajam (untuk mencengkram).” (HR. Muslim).

Bila manusia mengikuti ajaran Al Qur’an dan Sunnah dalam kehidupan maka manusia akan hidup sehat dan bahagia, kelihatannya Allah ingin memperlihatkan mukjizat Al Qur’an dan Sunnah sepanjang masa sehingga setiap saat ada saja bagian dari mukjizat itu yang muncul, seperti mukjizat Al Qur’an yang melarang manusia makan daging babi, hewan buas, hewan bertaring dll, virus corona yang sedang heboh itu dicurigai penyebabnya adalah hewan yang diharamkan untuk dikonsumsi seperti kelelawar, babi dll, belakangan muncul lagi masalah virus babi yang cukup menghebohkan Sumatra Utara sehingga peternak babi meskipun telah melakukan vaksin rutin di kandang babi untuk membunuh virus namun tidak berhasil, efeknya mereka harus memusnahkan ratusan babi lalu membuang bangkainya di sungai. Ini adalah salah satu efek buruk bagi mereka yang melanggar aturan syariat, perbuatan itu berbahaya bukan hanya untuk diri mereka bahkan lingkungan.

Alhamdulillah makanan dan daging halal sekarang menjadi buruan jutaan manusia di berbagai tempat beberapa hari lalu disiatkan di medsos bahwa di Singapura orang rela antri panjang sekedar untuk bisa berbelanja makanan halal di Mustafa Center, mall yang buka 24 jam itu kebanjiran pengunjung, begitu juga di negeri-negeri lainnya.

Ternyata di dalam islam itu hidup sehat murah dan simple sekali, tidak perlu pakai alat – alat canggih, biaya mahal, cukup makan dan minum sesuai aturan syariat maka in syaa Allah manusia akan sehat wal afiat, kasih sayang Allah seperti ini tidak terhingga besarnya kepada makhluq ciptaanNya.

Mudah – mudahan Allah ta’ala memberikan kepada kita keteguhan dan keinginan kuat untuk mengamalkan syariat karena di sana lah kebahagiaan dan keselamatan baik dunia maupun akhirat.

Saat Allah Konfirmasi Kepada Nabi Isa Soal Aqidah Trinitas

Allah mengutus para Nabi dan Rasul dengan membawa pesan yang sama buat ummat yang mereka bina, pesan yang mereka bawa mengandung kitab suci, Ajaran, syariat, ilmu dan juga hikmah yang selalu menjadi bekal utama bagi mereka dalam berdakwah.

Setiap Nabi dan Rasul memiliki masalah dan cobaan yang sering kali berbeda dengan Nabi lainnya, sebagai contoh Nabi Syu’aib Alaihi salam menghadapi kaum yang senang berlaku curang dalam bisnis dan niaga, Nabi Musa Alaihi salam menghadapi kaum yang pada zaman tersebut sangat pesat perkembangan ilmu sihirnya, Nabi Luth Alaihi salam menghadapi manusia yang memiliki penyimpangan dalam syahwat, mereka suka dengan sesama jenis (homosex), Nabi Yusuf Alaihi salam menghadapi urusan pemerintahan dan perbendaharaan negara, Nabi Muhammad menghadapi kaum yang saat itu sedang pesat perkembangan ilmu sastranya dan lain – lain.

Bila demikian kenyataannya maka fokus dakwah mereka sudah tentu juga berbeda, hanya saja setiap kaum yang diutus kepada mereka para Nabi dan Rasul selalu punya masalah dalam hal tauhid (mengesakan Allah), sehingga dari zaman Nabi Adam Alaihi salam hingga zaman Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam serentak para Nabi dan Rasul membawa satu pesan tauhid, yaitu sembahlah Allah dan tinggalkan segala sembahan selain Allah, seperti yang difirmankan Allah dalam Al Quran:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ.

Dan kami telah mengutus pada setiap ummat seorang Rasul mereka berkata sembahlah Allah dan jahui sesembahan selain Allah (QS Annahal: 36).

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan tidaklah kami mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad) pastilah kami wahyukan kepada mereka bahwasanya tidak ada tuhan selain Aku (Allah) maka sembahlah Aku (QS Al Anbiya’: 25).

Dalam riwayat Muslim disebutkan,

« أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِى الأُولَى وَالآخِرَةِ ». قَالُوا كَيْفَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « الأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ مِنْ عَلاَّتٍ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ فَلَيْسَ بَيْنَنَا نَبِىٌّ »

“Aku adalah orang yang paling dekat dan paling mencintai Isa bin Maryam di dunia maupun di akhirat.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana bisa seperti itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Para nabi itu adalah saudara seayah walau ibu mereka berlainan, dan agama mereka adalah satu. Dan tidak ada di antara kita (antara Nabi Muhammad dan Nabi Isa) seorang nabi (HR Muslim).

Jadi Meskipun syariat dan tehnis ibadah ummat para Nabi dan Rasul itu berbeda – beda namun dzat yang mereka sembah hanyalah Allah saja, ini adalah yang diwahyukan Allah kepada seluruh para Nabi dan Rasul dari zaman Nabi Adam Alaihi salam hingga zaman Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam sesuai dengan dalil – dalil di atas.

Jadi jikalau ada ummat Nabi utusan Allah yang menyembah selain Allah berarti itu adalah penyimpangan dari ajaran para Nabi yang sebenarnya, seperti yang terjadi pada ummat Nabi Isa Alaihi salam, ada di antara ummat beliau yang mempertuhankan beliau dan ibunda beliau, Allah maha Tahu akan tetapi Allah ingin mengajak Nabi Isa pada hari kiamat untuk berdialog seperti dalam firman Allah ta’ala:

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ ۚ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ ۚ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?”. Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib (QS Al Maidah:116).

Dalam ayat ini disebutkan dengan jelas dan tegas bahwa Nabi Isa Alaihi salam membantah kalau pernah mengajak manusia untuk menyembah beliau dan ibunda beliau, peristiwa ini terjadi pada hari kiamat di Padang Mahsyar, seluruh ummat Nabi Isa berkumpul menjadi saksi, begitu juga seluruh Nabi dan Rasul yang pernah diutus Allah ke dunia ini.

Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya Al Quran Al Azhim bahwasanya ayat ini adalah ancaman dari Allah buat mereka yang mempertuhankan Nabi Isa Alaihi salam, sekaligus sebagai informasi kebatilah dan kesalah aqidah yang mereka yakini.

Memang Aqidah atau keyakinan yang meyakini Nabi Isa sebagai tuhan adalah keyakinan yang salah, pelakunya telah keluar dari islam, sebagaimana firman Allah:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun (QS Al Maidah:72).

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS Al Maidah:73).

Bahkan Allah ta’ala sangat murka dengan orang – orang yang mengatakan Nabi Isa sebagai anak Allah, Allah Maha Sempurna dan Maha Kuasa sehingga ia tidak butuh kepada siapapun dan tidak juga butuh apapun, menuduh Allah punya anak sama dengan menuduh Allah tidak Kuasa dan tidak Sempurna karena Allah masih butuh kepada anak keturunan seperti makhluk lainnya, maha suci Allah dari tudahan itu.

Kemurkaan Allah yang sangat dahsyat karena menuduh Allah punya anak diabadikan Allah dalam surat Maryam:

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا ، لَّقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا ، تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا ، أَن دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا ، وَمَا يَنبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا ، إِن كُلُّ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَٰنِ عَبْدًا

Dan mereka berkata: ‘Yang Mahapemurah mengambil (mempunyai) anak.’ Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat munkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi terbelah, dan gunung-gunung hancur, karena mereka menuduh Allah Yang Mahapemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Yang Mahapemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Yang Mahapemurah selaku seorang hamba.(QS Maryam: 88-93).

Maka pada saat Allah murka dengan manusia karena manusia itu menganggap Allah punya anak keturunan maka sudah sepantasnya kita sebagai seorang Muslim untuk tidak ikut – ikutan dalam merayakan kegiatan agama yang menuhankan Nabi Isa, mengenakan atribut agama mereka, mengucapkan selamat dan lain – lain, tentu kita tidak mau ikut – ikutan dalam perkara yang mendatangkan kemurkaan Allah ta’ala, semoga Allah menjaga aqidah kaum muslimin dan memberikan keteguhan iman kepada kita, aamiin ya rabbal alamin.

Nurhamida, Merasa Terharu dan Meneteskan Air Mata Menerima Santunan Dari Donatur Tanmia Foundation

Arti kebahagiaan memang tak bisa disamakan satu sama lain. Bagi masyarakat metropolitan akan berbeda menilai kebahagiaan itu sendiri dibanding dengan kalangan masyarakat yang masih tinggal di pedalaman. Bukan saja secara geografis tapi juga tingkat pendidikan yang mempengaruhi tingkat sumber daya manusia itu sendiri baik langsung maupun tidak. Bagi masyarakat pedalaman tentu menikmati arti kebahagiaan biasanya ketika merayakan Idul Fitri atau pun Idul Adha tiba. Sedangkan di hari lain bisa jadi mereka harus berjuang sekuat tenaga demi mempertahankan hidup dan keluar dari himpitan ujian masalah sosial dan ekonomi. Program Tebar Wakaf Qur’an ke Pelosok Negeri Tanmia Foundation yakni di pedalaman kepulauan Nias beberapa waktu lalu berhasil menyisir ke berbagai lapisan kalangan-kalangan muslim pedalaman.

Mereka memang telah berpuluh-puluh tahun berjuang ekstra keras namun atas kebesaran Allah tetap tegar dengan keislamannya, salah satunya Nurhamida (56) adalah janda sebatang kara pengajar ngaji di Kampung Koto Pulau Tanah Masa.

Pada Ahad (15/12), Tanmia Foundation melalui utusan da’i lokal setempat menyerahkan santunan bagi Ibu Nurhamida, satu-satunya guru ngaji di kampung Koto.

Kedatanganya ke kediaman Ibu Nurhamida memang tidak ada pemberitahuan sebelumnya karena memang akses komunikasi ke Koto Tanah Masa tergolong sulit, sehingga Ustadz Mizani bersama rombongan lainya nekad tak berpikir panjang lagi langsung menerabas laut pulau-pulau batu dengan menyeberang menggunakan kapal kayu dari dermaga pulau Tello.

Mizani yang datang berlima bersama rombongan dengan tiba-tiba membuat Ibu Nurhamida merasa terheran, ada apa gerangan kedatanganya kali ini, ungkap Nurhamida dalam hatinya.

“Semenjak menjadi guru ngaji sudah lebih 20 tahun lamanya baru kali ini saya merasa sangat bahagia bercampur rasa terharu dengan kedatangan ustadz yang menyampaikan amanah dari donatur Tanmia Foundation kepada saya”, tutur Nurhamida sembari meneteskan air mata didepan kediamannya.

Pemberian santunan yang diberikan kepada Ibu Nurhamida adalah amanah dari donatur Tanmia Foundation yang secara langsung ditujukan khusus untuk Ibu Nurhamida. Entah angin apa yang menggerakkan seorang donatur untuk berbagi pada sikon ibu Nurhamida yang memprihatinkan ala kadarnya dan sama sekali tidak saling mengenal sebelumnya. Perempuan yang hari itu mengenakan kerudung berwarna hitam ini juga menyampaikan, syukur alhamdulilah dan rasa terimakasih kepada Tanmia Foundation atas perhatian donaturnya kepada kami yang sudah rela membesuk berlelah-lelah mengunjungi kami yang tinggal di pelosok kampung pedalaman.

Meski kedatanganya yang direncanakan terbilang sangat singkat, pada dasarnya Tanmia Foundation ingin membantu meringankan beban sesama muslim semampunya. “Melihat mereka tersenyum bahagia adalah suatu kebahagiaan kami yang saat ini masih bertugas menjadi da’i di wilayah pulau-pulau Batu ,” ujar Mizani. Ia juga mengatakan, kegiatan ini menjadi salah satu tujuan sasaran dakwah yang diharapkan agar dapat menguatkan dakwah dan persaudaraan ummat.

Selain mengunjungi Ibu Nurhamida, kegiatan juga berlanjut dengan menyerahkan bingkisan kepada para muallaf dan dhu’afa di perkampungan Koto amanah dari para warga muslim di Tello.

“Alhamdulillah Senang sekali. Biasanya nggak pernah ada kegiatan santunan seperti sekarang ini masuk di kampung kami” ujarnya.

Salah seorang penerima bingkisan sebut saja adalah Ibu Aminah. Ibu tua yang tergolong dhu’afa ini tinggal tidak jauh dari masjid Nurul Huda Koto berpuluh-puluh tahun. Ia mengaku senang akan ada acara ini setelah mengetahui dari pengurus Masjid bahwa akan ada acara santunan dari jama’ah Masjid Tello.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Adzan menggema dari lembah bukit Manoreh Kulon Progo

Kamis 21 November 2019 terdengar seruan adzan zhuhur di masjid Baiturrahman desa Sonyo, kami dari tim Distribusi Al Quran wakaf pun bersiap dan bergegas mendatangi seruan adzan tersebut. Pada shalat zhuhur yang istimewa ini Alhamdulillah sholat jama’ah kami ditemani oleh seorang kakek tua dan ustadz Farosyid, total jamaah kami pada dhuhur itu hanya berempat saja.
“Kalau hari lain apakah seperti ini ust?”tanya kami. “Iya, kakek ini yang adzan 5 waktu setiap hari, dan hanya dia satu-satunya makmum di sholat subuh, dhuhur, asar dan maghrib, dan mulai ramai di sholat Isya’ ” jawab ust Farosyid, beginilah kondisi masyarakat sekitar masjid Baiturrahman di desa Sonyo Kulon Progo Yogyakarta.

Ustadz Farosyid dan kawan-kawan sudah menginjak di tahun keempatnya berdakwah di desa ini, dengan penuh semangat dan kesabaran sehingga hasil dakwahnya pun semakin meluas ke desa-desa dan masjid-masjid sekitar. Mulai berdatangan satu demi satu bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak dan bahkan kakek nenek yang ingin belajar mengaji, di buatlah halaqah-halaqah Al Qur’an di masjid tersebut.
Yang semula para ustadz melihat masjid Baiturrahman dalam keadaan sangat kumuh, kotor, tidak di tegakkan sholat, Alhamdulillah dengan izin Allah hari ini sudah ditegakkan sholat Jum’at (meski khotib jum’at hanya dia-dia saja), adzan 5 waktu meski hanya ada 1 makmum di 4 sholat fardhu, mulai ramai di sholat Isya’, di adakannya kajian-kajian keislaman rutin dan dibuatnya halaqah -halaqah Al Qur’an bagi para pemula dan muallaf yang jumlah mereka dari hari ke hari Alhamdulillah semakin bertambah, karena ada perhatian dan kepedulian dari segenap kaum muslimin dan muslimah yang telah ikut andil dalam membantu mereka dan memberikan bimbingan keislaman untuk mereka.

Ustadz Farosyid mengucapkan, “Jazakumullah khoiron kepada segenap muhsinin yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada kami melalui tim Tanmia Foundation berupa Al-Qur’an dan buku bacaan, insya Allah kami akan terus berjuang demi kebangkitan islam.”

Fadhil Kamil
Relawan Tanmia
Kulon Progo, Yogyakarta

Al Quran menggema di Duson Sonyo, Kulon Progo

Tanggal 21 November 2019 setelah beberpa jam mengendarai bis umum akhirnya tim Tanmia tiba di desa Bujidan, RT 33/ RW 17, Tawangsari, Pengasih, Kulonprogo, Yogyakarta.

Pak Haryono menjemput tim pada pukul 03.00 dini hari diterminal Wates, rumah beliau menjadi tempat singgah tim Tanmia. Dan jarak rumah pak Haryono dengan lokasi yang dituju oleh tim kurang lebih sekitar 20 Km jalan pegunungan dengan waktu tempuh 1 jam .

Desa sonyo adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, dengan kondisi masyarakat yang mayoritas adalah non muslim, dengan kondisi masyarakat desa sonyo, ustadz Farosyid, ustadz Abdur Rasyid, ustadz Hammami dan ustadz Nurwanto saling berkolaborasi bahu membahu menggerakkan roda perjuangan dakwah di pedalaman gunung Manorek tepatnya di desa sonyo tanpa imbalan dunia apa pun apalagi gaji, walau tanpa memgharap imbalan, mereka rela mengorbankan segalanya demi berdakwah di desa sonyo.

Tim Tanmia Insya Allah akan mendistribusikan sejumlah Al-Qur’an berukuran besar dan buku bacaan guna mendukung perjuangan dakwah para ustadz di desa Sonyo yang makin hari makin terus bertambah jamaah binaan mereka.

Hari ini desa sonyo masih sangat membutuhkan dukungan dan bantuan kita semua, berupa fasilitas operasional dakwah yang dapat membuat jamaah nyaman seghingga bisa menarik simpati masyarakat.
Mudahan- mudahan Allah mudahkan segala urusan kita semua. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.

Fadhil Kamil
Relawan Tanmia
Kulon Progo, Yogyakarta

Menembus Belantara Dakwah Pedalaman, Dengan Kemuliaan Wakaf Qur’an

Lampu menara navigasi barulah menyala berkedip-kedip dari kejauhan senja yang mulai berangsur gelap. Sang kapten pun segera menatap tajam kemana arah kompas agar tidak salah mengarahkan titik haluan kapal ke dermaga tujuan bersandar. Sebaris doa perjalanan terus berulang diucapkan berharap Allah mudahkan setiap langkah agar segera sampai di tujuan tanpa halangan dan rintangan. Inilah kilas sepotong perjalanan ke belantara lautan Pulau Simuk yang masih sunyi untuk sebagian orang mengunjunginya.

Ucapan syukur Alhamdulillah setitik nyala perkampungan Lorong Pasar Biduk pun terlihat dibalik buta gelapnya malam Simuk. Memang bukan untuk pertama kalinya menjumpai daerah pedalaman seperti ini di Kepulauan Nias. Misi pendistribusian wakaf Qur’an di kepulauan Nias memakan rentetan waktu yang cukup panjang. Bermula dari daratan Nias sampai Simuk pungkasnya menyudahi agenda “Tebar Qur’an Hingga Pelosok Negeri” Tanmia Foundation di penghujung tahun 2019.

Jangkar kapal pun telah ditancapkan dan tali kendali pun telah ditambatkan pertanda kami sampai di dermaga tujuan. Tujuan jauh untuk ke sekian kalinya bukan tanpa arah melainkan lewat wakaf qur’an inilah perjalanan dibimbing diarahkan.

Wakaf Qur’an bukan sekedar seberapa banyak eksemplar kemana akan di bawa ? Jauh dari itu melainkan menguatkan misi luasnya cakrawala dakwah dalam Al Quran. Sehingga Al-Qur’an memberi arah, dan sasaranya pun tepat agar tak salah karena menerka-nerka dari jarak yang berjauhan. Wakaf Qur’an penuh dengan lika-liku makna dan cerita. Selain pahala jariyah yang mulai mengalir ke para muhsinin yang telah mendermakan harta terbaiknya atas dasar keyakinan imanya saja semata. Bahkan tak saling mengenal satu sama lainnya sebelumnya dan kepada tangan siapakah akan ditujukan sebagai pertanggung jawaban yang dapat dirasakan langsung oleh ummat yang membutuhkan di keterasinganya pedalaman.

Tanpa menyisakan sesal dan kecewa bagi siapapun yang telah ikut bahu-membahu membersamai amal kebaikan ini dari awal hingga akhirnya, hanya berharap kepada Allah sajalah keridhoan itu ditujukan.

Niat dan kesungguhan beramal lewat wakaf Qur’an itu bisa jadi bukan hal sepele yang bisa diremehkan, karena betapa banyak amalan besar menjadi kecil biasa saja karena masalah niat dan tidak sedikit pula amalan kecil biasa saja menjadi besar nilainya karena perihal niatnya, jadi nilai wakaf qur’an yang bisa jadi hanya sepotong kecil saja yang diberikan namun seketika manfaatnya berhasil menyalakan suasana keislaman yang mulanya padam menyala kembali. Bila dirasakan hingga detik ini maka disetiap bacaanya, baris demi barisnya dan lembar demi lembarnya sesungguhnya menjadi tabungan pahala yang terus mengalir kepada seluruh muhsinin dimanapun berada.

Menjaring pahala kebaikan memang tak selamanya harus berhimpun dalam satu pertemuan dan satu golongan tapi ketika bersatu padu dalam panggilan iman maka amal kebaikan pun menyatu dalam kekuatan sekalipun berlainan tempat dan terpaut jarak yang jauh memisahkan.

Disisi lainya wakaf Al Qur’an juga menambah pundi-pundi amal ibadah kita yang jauh dari kata sempurna. Inilah bagian andil dalam menguatkan syi’ar dakwah semampu kita dengan mengambil peran atas pilihan niatan ibadah yang ikhlas tanpa pamrih. Keridhoan ilahi menjadi tujuan prioritas utama yang hendak diraih dengan segenap fasilitas dan materi dunia yang begitu luas murahnya Allah berikan. Setidaknya inilah salah satu kemudahan wasilah yang menjadi sarana penyambung amal kebaikan yang menguatkan kebersamaan amal jama’i dalam kerja dakwah yang terus lebih baik melintas batas.

Sebagian ibadah apapun memang dirasa berat jika dipikul sendirian apalagi amal dakwah yang pasti memerlukan kebersamaan bahu membahu, bersinergi dan berkolaborasi bergandengan dengan berbagai pihak. Disinilah ghirah dakwah terbangun dari kesadaran jiwa yang tergugah tersemai perlahan sejak dari pribadi, keluarga hingga khalayak tetangga sehingga keberkahanya dirasakan sampai mengangkasa di ujung langit pedalaman.

Seiring waktu disudut-sudut masjid pun riuh menggema dengan jamaah dan anak-anak untuk tilawah dan menghafalkannya sehingga Al-Qur’an mencetak para penghafal alquran yang mampu menghayati setiap kenikmatan ayat ayat yang terlantun saat shalat, maka sebaris kalimat harapan dan keberkahan pun terus mengalirkan pahala dari sang Khaliq.

Semakin banyak hafalan, semakin lama ia menghayatinya. Semakin indah perangai tingkah lakunya. Sejenak bersedih, ketika membaca potongan ayat tentang adzab dan seketika bergembira, saat terlantun ayat ayat yang menggambarkan kenikmatan. Sungguh inilah ruh Qur’an yang telah memberikan pengaruh pada setiap jiwa yang bahagia mewarnai jiwanya dengan hiburan kalimat-kalimat indah-Nya yang tak pernah membosankan. Qur’an terwujud dalam suasana kehidupan nyata bukan hanya sekedar mushaf yang dibaca saja tapi akhirnya semua sisi bernaung dalam bimbingan Qur’an yang begitu bermakna dan berguna.

Perlahan qur’an akan menguatkan kerja dakwah berjamaah agar tidak hanya sebatas mengarahkan pada rutinitas memakmurkan masjid saja akan tetapi Qur’an menjadi “the way of life” pilihan istimewa sebelum memulai hal apapun yang menembus segala ruang dan waktu dalam dinamika kehidupan.

Akhirnya qur’an mengantarkan pada kebersamaan tujuan ke dermaga kebahagiaan yang hakiki dan berbagi manfaat kepada sesama. Bermula dari Qur’an yang sederhana hingga kerja dakwah yang tidak hanya sebatas tugas da’i atau sebagian kalangan berilmu atau lainya atau dakwah bisa ditinggal kapan saja ketika kita sibuk, tapi akhirnya dakwah selalu hadir setia menemani keseharian waktu hari-hari kita sebagai ikatan kesatuan hamba yang bersyukur dengan ketaatan kepada-Nya tanpa memandang profesi dan potensi seseorang. Sehingga dibalik gelap gulitanya tabir pedalaman sebenarnya ada kemuliaan Qur’an yang telah mampu menjadi penerang menyalakan dakwah menerangi suasana kegelapaan. Kemuliaan Qur’an itu Menggerakkan Kebaikan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Wakaf Qur’an Kuatkan Goresan Dakwah di Simuk, Pulau Terpencil di Tengah Lautan

Dermaga kayu pulau Simuk yang kini telah ambruk menjadi saksi finish penghujungnya kegiatan tebar Qur’an hingga pelosok negeri di kepulauan Nias.

Bukan hanya sekedar asa untuk berjumpa membangun bersilaturahmi dengan saudara seiman di pelosok perbatasan yang tak saling mengenal sebelumnya. Juga bukan sekedar menyeberangi gelapnya lautan untuk menemukan perkampungan di pulau terpencil ditengah pedalaman samudera yang sunyi terasing dari keramaian. Samudera yang tak bertepi dan belantara rimba yang tak pernah mengering digulung riuh ombak sepanjang musim. Inilah Simuk salah satu titik pulau terluar dan terjauh di kepulauan Nias Sumatera Utara.

Simuk menjadi kawasan terluar di Indonesia karena letak geografisnya berada di tengah lautan samudera Hindia. Dalam peta pun Simuk pun tidak tergores hanya setitik kecil ditengah lautan samudera Hindia. Perjalanan normal ke Simuk bisa ditempuh dari Dermaga Teluk Dalam dengan jarak tempuh 5-6 jam dengan kapal kayu atau bisa lewat dermaga pulau Tello Pulau-Pulau Batu dengan jarak tempuh 4-5 jam perjalanan. Perjalanan ke Simuk sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Apalagi bila bertepatan dengan badai angin selatan seperti sekarang ini perjalanan bisa tertunda terkatung-katung berhari-hari tak ada jadwal waktu yang pasti.

Setelah menunggu hampir sepekan akhirnya Tim Tanmia Foundation bertolak ke Simuk dari dermaga pelabuhan Tello Pulau-Pulau Batu menggunakan kapal muatan kopra milik warga Simuk. Menerjang cuaca badai bagi warga pribumi kepulauan memang sudah terbiasa namun kali ini angin selatan dan tenggara sudah berlangsung hingga enam bulan sehingga sangat berpengaruh bagi penduduk pesisir untuk bepergian.

Simuk dalam arti bahasa penduduk setempat adalah diperumpamakan seperti semut, karena hanya tampak sebagai pulau terpencil ditengah lautan. Hanya ada dua kapal kayu asal milik warga yang menjadi alat transportasi dari dan ke Simuk dari Tello Pulau-Pulau Batu. Jaringan komunikasi pun hanya sebatas untuk telepon saja dan seringnya terkendala karena padamnya aliran listrik yang sampai saat ini belum juga stabil.

Akses jaringan internet pun tidak bisa diakses di pulau ini. Listrik pun hanya menyala di waktu malam saja dengan genset pribadi maupun panel surya di sebagian rumah saja. PLTS yang sudah dibangun hanya berjalan beberapa tahun saja dan hingga tiga tahun terakhir ini rusak tak bisa digunakan warga.

Kendati sejak tahun 2012 simuk resmi mekar menjadi kecamatan sendiri namun tidak kunjung menjadi daerah yang pesat perkembangannya. Simuk memiliki luas sebesar 28 kilometer persegi yang terdiri dari enam desa yakni Gondia, Maufa, Gobo Induk, Gobo Baru, Silina dan Silina Baru.

“Jumlah penduduk dan kepadatanya pun terbilang masih minim, diperkirakan penduduk se-kecamatan hanya 1400-an jiwa. Dengan warga Muslim hanya berada di desa Gobo Baru Lorong Pasar Biduk dengan jumlah sekitar 40 KK saja dengan jumlah sekitar 120-an Jiwa”, jelas Ismail sekretaris desa Gobo Baru yang juga pengurus kenadziran Masjid At-Taqwa satu-satunya masjid di Simuk.

Maksud dan tujuan kegiatan tebar Al Quran hingga pelosok negeri oleh Tanmia Foundation di antaranya adalah wujud kepedulian menjalin ukhuwah dan penguatan dakwah khususnya di wilayah-wilayah muslim minoritas dan pedalaman terasing dengan berbagai tingkat kendala dan tantangan.

Perjumpaan dengan segenap pengurus masjid dan segenap warga jama`ah Masjid serasa menghilangkan rasa penatnya perjalanan setelah terombang-ambing gelombang sepanjang perjalanan dan rasa penasaran itu pun sekejap terobati. Dalam hal ini Tanmia Foundation memang mendistribusikan 100 Al-Qur`an berikut Iqra’ yang bisa dibagikan ke anak-anak TPQ dan juga setiap rumah warga muslim di Pulau Simuk.

Jauh dari seberang mengarungi lautan menjenguk saudara yang masih bertaut seiman di pulau terpencil perbatasan memang sebuah momen kebahagiaan yang tak ternilai sehingga semakin menumbuhkan rasa ukhuwah itu saling menguatkan.

Muslim di Simuk adalah warga minoritas dibanding ummat Katolik dan Protestan yang mendominasi wilayah pulau Simuk.

Tepat 17 November 2019, genap sebulan pendistribusian mushaf Alquran untuk kepulauan Nias. Sebanyak 1000 Al-Qur’an telah didistribusikan untuk beberapa wilayah kepulauan Nias terutama di kepulauan Pulau-Pulau Batu.

Daerah distribusi kepulauan Nias Pulau-Pulau Batu ada 40 titik meliputi Masjid, Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, Raudhatul Athfal, TPQ, Majelis Ta’lim yang tersebar di berbagai wilayah Pulau Tello, Pulau Marit, Pulau Tanah Masa, Pulau Bais, Pulau Pini, Pulau Hibala dan Pulau Simuk sebagai daerah tujuan terjauh.

Kepulauan Nias mengagumkan dengan gugusan ratusan pulaunya, sayangnya di daerah-daerah itu masih terpencil dan kondisi wilayah pedalaman itu masih banyak yang terpinggirkan.

Ketua Bimas Islam Kemenag Nias Selatan Ustadz Ferry mengatakan, secara umum ummat Islam di Simuk membutuhkan perhatian lebih selain memang daerah terpencil juga belum adanya da`i yang menetap di sana, kalau pun ada hanya sebentar beberapa saat saja, padahal sangat bermanfaat ketika kehadiran da`i yang bisa menetap di sana jika dipandang dari sisi dakwah untuk bisa membimbing kaum muslimin disana yang haus akan nilai-nilai ilmu islam selama ini.

Perjalanan dakwah Islam di Simuk pernah mengalami masa perkembangan sejak 2007 dengan pengiriman da’i yang khusus bertugas di pedalaman. Namun hanya berselang beberapa tahun kemudian, sejak 2011 terjadi masa surut perkembangan dakwah di Simuk dengan berpindahnya da’i yang semula menetap disana.

Walaupun demikian, lentera dakwah masih mengalir pahala jariyahnya, generasi penerus tumbuh meski hanya segelintir saja bak buah yang mulai ranum terus berkembang inilah bibit yang disemai masa itu dan terus bertumbuh seiring berjalannya masa yang terus meninggalkan bekas kebaikan.

Goresan dakwah telah banyak merubah tampilan potret kehidupan keislaman yang sebelumnya jauh dari nilai-nilai islam sama sekali. Keberkahan dakwah tidak serta merta instan dipanen hasilnya sekejap tapi membutuhkan proses waktu yang panjang bahkan sepanjang usia pun tak bisa menjamin menemui hasilnya, karena keberlangsungan dakwah menuntut keberanian dan kedermawanan.

Pelosok yang jauh tak menjadi ukuran jaminan untuk mustahil ditempuh, alasan tingkat status sosial pun tidak menjadi ukuran nilai kebaikan, mewahnya kota pun bukan jaminan dakwah menyentuh hati baiknya, hanya kuasa kehendak Allah dan kesungguhanlah yang mampu melewati sejengkal demi sejengkal tanah dimana bumi ini dipijak, maka di atasnya ada tanggung jawab dakwah dan islam harus diperjuangkan dipastinya. Jangan pernah menyerah dan tetaplah bersama kafilah dakwah.
Barakallahufiekum.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!