Jembatan Kuning Icon Kota Palu Hancur Diterjang Tsunami

Jembatan kuning Pantai Talise adalah icon kota palu, menjadi kebanggaan masyarakat di sana, belum ke Palu rasanya kalau belum melintas di atas jembatan kuning, para tamu dari luar kota selalu mampir di sana walau hanya sekejab mata, pantai yang bagus, air laut yang bening membuat daya pikat kuat untuk menarik pengunjung duduk di sana sambil menikmati jajanan atau hanya sekedar menanti matahari turun dari ufuk sebelum gelapnya malam tiba.

Tempat ini terbilang padat penduduk, hotel – hotel mewah berdiri mentereng menghadap ke laut untuk menikmati view laut yang indah, belum lagi caffè dan warung – warung yang memadati tempat itu, di totel – hotel ini tempat menginap para tamu dari berbagai wilayah termasuk pejabat daerah yang bertandang ke sana.

Peristiwa tsunami bulan lalu yang terjadi di pantai ini kian membuat mata terbelalak, pasalnya pantai Talise hingga kurang lebih 90 KM ke arah utara adalah teluk kecil, tidak berada di hadapan hamparan laut lepas, namun bisa terkena tsunami, bila Allah berkehendak apapun akan terjadi.

Saksi mata dari nelayan yang sedang mecari ikan di teluk tersebut saat mula terjadi tsunami terlihat api yang muncul dari dalam laut, percikan air yang terkena api tersebut pun sempat mengenai kulit mereka, dari titik tersebut air dengan gelombang tinggi terus berjalan cepat hingga sepanjang 90 KM menyapu apa saja yang ada di tepi laut, rumah, ruko, hotel, ratusan mobil, hingga gudang – gudang yang berada di dekat pantai hancur tidak berbekas.

Jumlah korban jiwa tidak terhitung, pada sore hari itu sedang direncanakan perhelatan akbar di tepi pantai itu, acara peringatan ritual nomoni yang erat dengan pumujaan setan itu ingin dihidupkan kembali dan dijadikan sebagai acara internasional, tamu – tamu dari luar negeri juga hadir di tempat itu, dari schedule rencana acara resmi dibuka jam 8 malam, sore hari tempat tersebut sudah padat pengunjung, 300 penari anak – anak, sudah siap untuk menyambut tamu, 35 dukun siap unjuk kebolehan, aparat pengamanan sudah siaga, namun ketentuan Allah semua mereka terkena tsunami.

Hingga hari ini 4 November 2018 air laut Pantai Talise masih keruh hingga 100 meter ke tengah laut, air itu keruh tidak berhenti meskipun sudah satu bulan bencana berlalu, kendaraan masih ada yang bergelimpangan di samping dan bawah rumah warga, trauma tsunami kelihatannya masih sangat berbekas pada masyarakat di sana, terlihat banyak yang datang ke tepi pantai duduk termenung sambil menangis mengenang saudara – saudara mereka yang telah tiada.

Kemusyrikan dan kemungkaran mendatangkan kemurkaan Allah ta’ala, orang – orang shaleh akan terkena dampak azab bila mereka tidak ikut mencegah perbuatan mungkar tersebut.

Sul-Teng Memanggil Kita Bersyukur Lahir dan Bathin

Sul-Teng Memanggil Kita Bersyukur Lahir dan Bathin

Ahad, 4 Nopember 2018 adalah hari kedua kami mengunjungi saudara-saudara kami korban gempa Sulawesi Tengah, yang meliputi Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala.

Mereka tinggal di tenda-tenda pengungsian. Tenda-tenda itu beratapkan terpal, ada yang berwarna polos, ada pula yang bertuliskan lembaga-lembaga pengirim donasi. Tak hanya tenda, kami juga menemukan masjid-masjid darurat beratapkan terpal dengan tiang-tiang kayu, dan terpal pula sebagai alasnya.

Tentu kita akan merasakan panas bila kita tinggal di tenda-tenda pengungsian, atau shalat di masjid-masjid darurat itu. Belum lagi kalo siang hari, udara yang menemani cukup panas, disertai kondisi tanah bertekstur lempung berdebu (Silty Loam).

Sungguh bersyukur kita yang selama ini tinggal di rumah yang kokoh, nyaman dengan AC ataupun kipas angin di setiap ruangan. Sebagaimana kita pun bisa shalat di masjid-masjid yang nyaman, berlantaikan keramik atau marmer dan ber-AC. Maka, melalui Mushibah ini, sejatinya Sul-Teng menyadarkan dan mengajak kita untuk mensyukuri Nikmat Allah ini, baik Nikmat Zhahir ataupun Nikmat Batin. Allah mengingatkan kita dalam Firman-Nya pada Surat Luqman, Ayat 20.

أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.

Nikmat Lahir /
(نعمةظاهرة)

Nikmat Lahir adalah semua yang bisa dirasakan oleh lima anggota panca indra.

ما أدركه الإنسان بالحواس
الخمس

Diantaranya adalah kenikmatan berupa makanan, minuman, tempat tinggal dan sebagainya.

Nikmat Bathin /
نعمة باطنة

Nikmat Bathin adalah Nikmat yang bisa dirasakan oleh manusia dengan hati dan iman.

ما أدركه الإنسان بالقلب والإيمان

Diantaranya adalah kenikmatan berupa ketentraman hati, kekhusyuan shalat, ketaatan, dan sebagainya.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِك

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu. (HR. Muslim 2739).

Ust Iqbal Subhan Lc. MA.
Sigi, Sul-Teng 4 Nop 2018.

 

Tanmia Distribusi Bantuan ke Palu, Sigi Dan Donggala

Jumat 2 November Jam 3 pagi team sudah siap – siaga untuk berangkat ke Bandara, menuju Palu, tiket pesawat jauh – jauh hari sudah dipesan, perjalanan ke bandaraap terhambat akibat ada kecelakaan mobil box di toll dalam kota, jalanan macet parah meskipun itu masih jam 4 Pagi, akibatnya kami ketinggalan pesawat dari maskapai yang baru – baru ini tertimpa musibah di laut karawang.

Walau ketinggalan pesawat hati tidak sedih pasti hikmah dibalik peristiwa ini, karena tidak ada tiket langsung kami harus singgah dì Balikpapan kemudian Palu, Sulawesi Tengah.

Alhamdulillah perjalanan aman hingga tujuan , sampai di Palu kami langsung dijemput oleh team lapangan Tanmia yang sudah beberapa hari sebelumnya sudah tiba di lokasi, Tanmia sudah hadir di Lokasi bencana di Palu sejak hari ke 8 pasca gempa bumi dan Likuifaksi yang menimpa 3 Kabupaten di Sulteng.

Tenda – tenda darurat masih berdiri kokoh di tengah tanah lapang dari berbagai organisasi kemanusiaan dari dalam maupun luar negeri yang ikut berempati dan membantu para korban yang jumlahnya sangat banyak, udara yang sangat panas di Palu membuat mereka tidak mampu untuk tinggal di tenda – tenda itu di siang hari, tenda terlihat kosong di siang hari namun padat di malam hari.

Keesokan harinya (sabtu 3 November 2018) kami diajak keliling oleh team lapangan Tanmia ke berbagai wilayah yang terkena dampak gempa, tsunami dan likuifaksi, pemandangan yang sangat mengerikan dan menyayat hati terhampar luas di hapan mata, wilayah Petobo 190 Hektar hilang ditelan lumpur, 17000 orang yang menghuni di sana hilang tanpa bekas, ditambah wilayah itu yang padat penduduk lalu lintas jalanan ramai dan pertokoan dll, semua hilang dalam bilangan detik.

Warga lokal (Palu dan sekitarnya) masih belum berani mendekat ke lokasi karena kepiluan yang menyayat hati, meskipun terlihat sudah ada yang datang silih berganti melihat tempat tersebut, kebanyakan orang datang melihat tempat tersebut dalam keadaan menangis wa bil khusus mereka yang memiliki keluarga di sana, harta benda, kendaraan tidak ada nilainya, bergelimpangan, berhamburan ibarat rongsokan yang tidak bertuan.

Begitu juga dengan kampung Jono Oge terkena likufaksi hanya saja Jono Oge wilayahnya lebih luas, kira – kira 250 Hektar meskipun penduduknya tidak sebanyak Petobo, jono oge kampung yang dihuni cukup banyak warga ini tiba – tiba berubah menjadi ladang jagung dan padi, tidak terlihat satupun bekas bangunan rumah di sana.

Bantuan dari jamaah bapak – bapak dan ibu – ibu in syaa Allah kita salurkan kepada mereka yang membutuhkan, dalam distribusi bantuan kita berkerjasama dengan dai lokal yang memang sudah lebih tau kebutuhan pengungsi agar bantuan tepat sasaran, atas perhatian dan sokongan jamaah sekalian kami sampaikan Jazakumullah khairan Barakallahu fiekum.

Suryadi Pasien Cuci Darah Yang Selamat Dari Reruntuhan RS Anutapura Palu

PALU – Suryadi hanya bisa berdoa dan tawakkal duduk di atas kursi roda usai mendarat di Bandara Mutiara Sis Al – Jufri Palu. Ia masih teringat dengan pemandangan reruntuhan RS Anutapura, Palu, Sulawesi Tengah. Di dalam reruntuhan itu, banyak pasien yang terjebak dan mejadi korban. Ia bersama istrinya, alhamdulillah selamat dari musibah dahsyat itu dengan beberapa petugas medis lainnya.

Saat kejadian, Suryadi sedang memulai takbir untuk shalat. Sang istri pun berada di ruangan itu yang seketika langsung bergerak jatuh dan reruntuhan itu tak terelakan lagi juga memburu petugas medis lainnya yang sedang piket.

Suryadi ialah salah satu pasien cuci darah yang terkena gangguan ginjal yang sejak peristiwa gempa dan tsunami yang terjadi pada Jumat (28/9/2018) di evakuasi paling terakhir. Ia sendiri bersama kerabat keluarganya dievakuasi menggunakan alat berat di lokasi tersebut.

“Abah lagi cuci darah, dan selang menggelantung diseluruh tubuhnya, tapi sudah tiba waktu shalat tidak mau ketinggalan dan maunya lama doanya,” ujar Salman selaku putranya sambil menyeka air mata mendorong kursi roda.

“Bencana gempa dan tsunami adalah kuasa Allah bahwa siapa saja yang ingkar akan dibinasakanNya”, tutur Suryadi diatas kursi roda.

Salman juga berharap banyak adanya bantuan untuk para korban sekalipun masa tanggap darurat sudah dicabut, namun rasanya recovery hingga saat ini belum ada banyak perubahan signifikan terutama untuk para pasien.

Selain itu, masih ada ratusan pasien yang harus dirawat di luar Palu sejak reruntuhan rumah sakit tersebut.

“Sejak Rumah Sakit Anatapura di Palu rusak berat, hingga saat ini harus dirawat di Makassar,” ungkap Suryadi setiba di Bandara Mutiara Sis Al Jufri bersama istri dan anaknya.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu – Sulteng

Masa Transisi Relawan Silih Berganti Datangi Palu

Palu – Sebanyak 17 KK warga asli Petobo yang terdiri dari orang dewasa, Ibu dan anak-anak balita masih berdiam di Posko Panti Asuhan Pelita Hati Pombewe Sigi Biromaru Kab. Sigi.

Ini adalah sebagian potret kecil mereka para pengungsi yang sempat ditangani relawan Tanmia Foundation sebelum berakhir masa tanggap darurat. Saat ini mereka masih menunggu kejelasan tindak lanjut pemerintah kota Palu untuk merelokasi rumah pemukiman Kelurahan Petobo setelah terjadi gempa dan terhempas likuifaksi dahsyat pada 28/9/2018.

Berdasarkan data BNPB pasca bencana gempa dan tsunami diperkirakan, ribuan orang masih tertimbun di Balaroa, Jono Oge dan Petobo. Belum lagi ribuan orang yang masih dinyatakan hilang dalam pencarian pasca tsunami yang menerjang saat acara Palu Nomoni saat itu.

Ada ribuan unit rumah ditelan bumi di Balaroa. Sementara, jumlah rumah yang terkena likuifaksi di Petobo juga diperkirakan sama mencapai ribuan unit dari luas wilayah Petobo mencapai 180 hektar.
Sebagian besar wilayah Balaroa , Jono Oge dan Petobo tertimbun lumpur.

26 Oktober 2018 adalah penetapan masa berakhirnya tanggap darurat akibat gempa dan tsunami yang terjadi di Palu-Sigi-Donggala.

“Sulawesi Tengah memasuki masa transisi darurat ke pemulihan. Masa transisi darurat ini berlangsung selama 2 bulan yaitu 27 Oktober sampai 25 Desember 2018. Jadi belum masuk pasa tahap rehabilitasi dan rekontruksi, menurut Suto Purwo Nugroho Humas BNPB Pusat.

Selama masa transisi darurat ke pemulihan selama 60 hari maka fokusnya adalah melanjutkan semua pemenuhan kebutuhan yang belum selesai selama tanggap darurat, pembangunan huntara, penanganan pengungsi, pendidikan darurat, perbaikan sarana vital, pembersihan puing, pelayanan kesehatan dan lainya.

Ratusan relawan dari berbagai LSM dan NGO kemanusiaan mulai berangsur meninggalkan Palu baik menggunakan pesawat Hercules maupun jalur laut dan darat. Awaludin salah seorang relawan asal Lampung mengatakan, musibah gempa bumi yang terjadi 28 September lalu perlu dijadikan bahan renungan agar manusia dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

“Kita yang masih hidup melalui kesempatan ini mari kita tingkatkan kadar keimanan kita dan bermohon ampunan kepada sang pencipta agar daerah kita dijauhkan dari malapetaka dan diberikan keselamatan,”ujar Ahmad relawan Siaga Persis asal Bandung sebelum pulang menggunakan pesawat Hercules.
Menurutnya fenomena alam yang terjadi perlu dijadikan bahan introspeksi secara dini apa yang harus dipersiapkan ketika hal itu terjadi “Musibah kemarin adalah cobaan dari Allah SWT untuk menguji kadar keimanan kita.

Oleh karena itu kita harus bermuhasabah, kita tingkatkan kadar keimanan kita kepada Allah SWT,”harapnya. Mari ulurkan tangan kita untuk mereka semampu kita.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu – Sulteng

Sempurnakan Shalat Anda

Hudzaifah ibnu Alyaman adalah sahabat spesial, ia diberi amanah untuk menyimpan rahasia – rahasia Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, banyak berita rahasia hanya ia yang tau, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, hanya menceritakan kepada beliau dan tidak memberi tahu sahabat – sahabat yang lain.

Umar bin Khathab pernah meminta para sahabat untuk berandai – andai, di antara para sahabat ada yang berkata “seandainya rumah ini penuh dengan emas, maka aku akan sedekahkan semuanya di jalan Allah“ ada juga yang berkata “sendainya rumah ini berisi penuh mutiara maka semua akan aku belanjakan di jalan Allah”, Umar bin Khatab berkata “namun aku berandai bila satu rumah ini penuh dengan pemuda seperti Abdullah bin Rawahah, Muaz bin Jabal dan Khuzaifah ibnu Alyaman untuk aku beri tugas guna kemaslahatan kaum muslimin.

Umar bin Khathab melihat sosok Hudzaifah seorang yang sangat penting sehingga Rasulullah menjadikan beliau sebagai orang menyimpan rahasia – rahasia beliau tentang ummat ini, sehingga Umar bin Khathab bertanya kepada Hudzaifah “apakah namaku disebut Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, bagian dari orang munafiq”?.

Hudzaifah menjawab tidak, namun setelah engkau aku tidak dapat menjamin seorang pun dari mereka.

Dalam satu kesempatan Hudzaifah melihat orang yang sedang shalat namun tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya, ia berkata kepada orang itu “Shalat engkau tidak sah, bila engkau mati maka engkau mati bukan dalam agama fitrah (islam) yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. (Fathul baari, bab shalat).

Melihat orang yang gerakan shalatnya tidak sempurna mendapat perhatian yang besar dari sahabat Hudzaifah berarti masalah shalat yang ruku’ dan sujudnya tidak sempurna adalah masalah besar, bisa jadi orang yang shalat dengat cara seperti itu tidak mendapatkan pahalanya.

عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إن الرجل ليصلي ستين سنة وما تقبل الله له صلاة، لعله يتم الركوع ولا يتم السجود، ويتم السجود ولا يتم الركوع. فقد ذكره المنذري في الترغيب والترهيب، وقال: رواه أبو القاسم الأصبهاني، وينظر سنده ـ وحسنه الألباني في سلسلة الأحاديث الصحيحة.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, bersabda: Sesungguhnya ada orang yang melaksanakan shalat selama 60 tahun namun Allah tidak menerima shalatnya, bisa jadi ruku’nya sempurna namun ia tidak menyempurnakan sujud, atau bisa jadi sujudnya sempurna namun ruku’nya tidak sempurna. (Dinilai hasan oleh Albany).

وعن أبي عبد الله الأشعري رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم رأى رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا لا يتم ركوعه, وينقر في سجوده وهو يصلي فقال : ” لو مات هذا على حاله هذه مات على غير ملة محمد !

Dari Abu Abdillah Al Asy’ari ra ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, melihat seseorang yang tidak menyempurnakan ruku’nya dan sujud seperti ayam mematuk makanan, lalu beliau bersabda: seandainya ia mati dalam kondisi seperti ini maka ia mati bukan dalam agama Muhammad shallallahu alaihi wasallam. (Dinilai shahih oleh Albani).

يقول عمر بن الخطاب رضي الله عنه
إن الرجل ليشيب في الاسلام ولم يكمل لله ركعة واحدة , قيل : كيف يا أمير المؤمنين قال : لا يتم ركوعها ولا سجودها

Umar bin Khathab berkata: ada seseorang yang rambutnya sampai beruban di dalam islam, namun shalatnya satu rakaat pun tidak sempurna, para sahabat bertanya bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Amirul mukminin? Umar berkata : ia tidak sempurnakan ruku’ dan sujudnya.

Melihat keterangan dari riwayat – riwayat yang telah kami kemukakan menunjukkan bahwasanya shalat dengan baik adalah sebuah tuntutan yang tidak bisa dielakkan, karena itu menentukan kualitas shalat tersebut, maka sudah semestinya kita belajar gerakan dhalat dengan baik seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, seperti sabda beliau:

“Shalatlah seperti kalian melihat aku shalat”.

Mari kita sampaikan hadits – hadits ini dan ajarkan pada anak – keturunan kita shalat yang baik dan benar, dengan kualitas yang baik seperti yang diajarkan oleh beliau, bagi yang sudah baik mari kita tingkatkan, bagi yang belum mari kita sempurnakan, dimulai dengan belajar shalat lalu diamalkan dengan baik pula.

Berusahalah…. Selanjutnya Terserah Allah

Nabi ibrahim pun harus bersusah payah mencari 4 ekor burung kemudian mencincangnya dan masih dilanjutkan menaruhnya di 4 gunung di 4 arah yg berbeda, setelah semua kerja keras itu dilakukan, maka tinggallah beliau menanti keajaiban, maka tatkala beliau memanggil burung-burung tersebut, berdatanganlah mereka dalam keadaan hidup seperti sebelum dicincang.

Sebenarnya untuk sekedar menunjukkan bagaimana kehidupan itu tercipta, Allah cukup hanya mengucapkan “jadilah” tetapi hikmah kehidupan yg Allah gariskan dalam sejarah manusia mengharuskan Nabi ibrahim bekerja dan berusaha keras sebelum melihat apa yg telah Allah persiapkan.

Ibunda Ismail, Siti Hajar pun demikian, harus pontang panting lari kesana kemari untuk mencari air, ia yakin sebagaimana pernah disampaikan kepada sang suami bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hambaNya yg beriman. Tetapi keyakinan ini harus ia tebus dg kerja keras, harapan itu harus ia kejar dg keyakinan yg tak boleh surut. Fisiknya sebagai seorang wanita benar-benar dimaksimalkan hingga titik tertinggi untuk usaha menemukan …air. Maka muncullah air zam-zam di bawah kaki ismail setelah tujuh putaran antara shafa dan marwa.

Sebenarnya Allah bisa saja mengeluarkan air zam-zam sblm hajar berlarian antara shafa dan marwa, tetapi demikianlah sunatullah kehidupan  ” bekerjalah maka engkau akan menuai hasilnya” , ternyata hasil berlarian kesana kemari membuahkan hasil, air zam-zam muncul secara ajaib di bawah kaki ismail, bukan hasil ia berlarian antara shafa dan marwa. Itulah cara Allah menguji hambaNya . Solusi tidak mesti sesui dengan harapan manusia, tidak mesti berasal dari usaha manusia tetapi usaha harus tetap ada agar mendapat solusi.

Ketika Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke laut merah, maka terbelahlah lautan itu membentuk jalan yang membawa Bani Israel keluar dari Mesir. Apakah Allah tidak mampu membelah lautan secara langsung tanpa harus Nabi Musa memukulkan tongkatnya? Subhanallah… Allah yang Maha Kuasa tentu saja mampu, namun disinilah pelajaran yang hendak ditanamkan dalam sejarah dari kejadian ini, bahwa ikhtiar manusia dituntut untuk sebuah perubahan. Sebab harus dilakukan sebagai syarat munculnya musabbab. Dan apa yang terjadi selanjutnya maka itu urusan Allah.=

Begitulah keajaiban itu datang, tak mesti terletak dalam usaha dan ikhtiar kita, boleh jadi ia datang dari jalan lain. Tidak harus sama dengan kehendak kita, boleh jadi dengan hal yang sama sekali tidak kita duga.

Intinya….

Jika punya obsesi, harapan dan cita-cita yang baik… lakukan sebab yang mengarah kepadanya.

Jika hidup sedang didera masalah maka berusahalah mencari solusinya dengan gigih.

Adapun setelahnya…. serahkan semuanya kepada Allah karena anda telah selesai dengan tugas anda, selanjutnya urusan Allah. Berharaplah yang terbaik yang datang kepada anda.

Bekerjalah… Bergeraklah…berjibakulah…karena keajaiban akan datang dg cara yg ajaib, tidak terduga…dari arah yang tiada disangka.

Karena bekerja dan beramal adalah bentuk kesyukuran dan kesyukuran yg mengiringi amalan akan memberkahi hasil usahanya.

اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا ۚ وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (QS. As saba’: 13)

Jadilah Pemaaf

Dalam menjalani hidup sosial bermasyarakat, manusia tidak pernah lepas dari sebuah kesalahan, entah itu terhadap tetangga, kawan, ataupun rekan kerja. Kesalahan adalah suatu hal yang wajar ketika kita berinteraksi dengan sesama. Namun, ketika kita menyikapi kesalahan tersebut dengan tidak elegan, maka boleh jadi perkara kecil itu akan membesar dan menyulut permusuhan.

Jika suatu kesalahan disikapi dengan suatu proses saling maaf dan memaafkan, itulah sebenarnya yang luar biasa. Karena manusia sebagaimana disampaikan Nabi sghhallalahu alaihi wa sallam “Setiap anak Adam tidak luput dari kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat.” (HR Tirmidzi).

Nabi memafkan perlakuan penduduk Bani Tsaqif di peristiwa Thaif, Abu Bakar memafkan Mistah bin utsasah di peristiwa hadits ifki (an-Nuur : 22), Bilal memaafkan Abu Dzar Al Ghifari setelah sebelumnya dipanggil dengan “ wahai anak perempuan hitam.” Jika Nabi kita mencontohkan kepada kita untuk memberi maaf, demikian pula sahabat-sahabat beliau juga memberi maaf atas perlakuan yang menyakiti mereka. Lantas contoh apalagi yang kita butuhkan agar kita mau belajar memaafkan kesalahan orang lain. Ya… belajarlah untuk bisa saling memaafkan, karena Allah saja selalu memaafkan kesalahan hambanya, kenapa kita tidak bisa memaafkan kesalahan orang lain.

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. An Nisa’: 110).

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

“Jadilah engkau pemaaf dan menyuruhlah kepada kebaikan, serta berpalinglah dari orang-orang bodoh.” [Surat Al-A’raf: 199]

Sebagaimana dikutip dalam tafsir surat Ibnu Katsir dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Jadilah engkau pemaaf, yakni terhadap sikap dan perbuatan orang lain tanpa mengeluh. Hisyam ibnu Urwah telah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa Allah Swt. telah memerintahkan Rasul-Nya agar bersifat memaaf terhadap akhlak dan perlakuan manusia (terhadap dirinya). Menurut riwayat yang lain, makna yang dimaksud ialah ‘bersikap lapang dadalah kamu dalam menghadapi akhlak mereka’.

3 Konsep Dan Resep Menjalani Hidup Yang Harmonis

Jadilah pemaaf. Ketika proses saling maaf dan memaafkan sudah menjadi habit (kebiasaan) dalam masyarakat, sungguh masyarakat tersebut akan menjadi suatu masyarakat yang harmonis, mawaddah wa rahmah (cinta dan kasih sayang) menaungi mereka.

Menyeru kepada kebenaran. Di kala rasa dendam masih bersemayam dalam hati, maka pintu pintu-pintu kebaikan sedang tertutup rapat. Namun manakala ia mampu memafkan kemudian justeru berbuat baik disaat umumnya orang berbuat buruk karena telah disakiti, maka pintu kebaikan sedang terbuka di segala penjuru arah, setan melongo tidak bisa menggoda dan hawa nafsu menangis karena tidak dituruti keinginannya.

Berpaling dari orang-orang bodoh. Umumnya tindakan orang bodoh itu lantaran tidak berfungsinya akal sehat, dan hawa nafsu yang mendominasi hati manusia. Maka jika ia telah disakiti , tidak membalas keburukan dengan keburukan malah justeru membalasnya dengan perbuatan baik, maka sungguh itu tanda dari kesempurnaan akal dan tanda kokohnya keimanan.

Ketika Allah SWT menurunkan pada Nabi-Nya SAW ayat ini “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh,” maka Rasulullah SAW mengatakan, “Apakah ini, wahai Jibril?” Ia mengatakan, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu supaya memaafkan orang-orang berbuat zhalim kepadamu, memberi kepada orang yang tidak memberimu, dan menyambung orang-orang yang memutuskan perhubungan denganmu.”( Tafsir Ath-Thabari (VI/154) dan Ibnu Abi Hatim (V/1638).

Kekuatan itu ukurannya adalah pengendalian diri bukan pelampiasan ambisi pribadi. Jika kepuasan diri ia raih dengan cara menimpakan malapetaka pada orang yang tidak ia sukai maka itu pada hakikatnya adalah kelemahan diri. Karena kekuatan sejati dalam diri manusia adalah manakala ia sanggup memafkan saat ia mampu membalas.

Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Bukanlah orang kuat yang selalu menang dalam, tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah

Sehingga ciri dari kuat sebenarnya adalah manakala ia lebih memilih memafkan ketimbang membalas

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“…yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di saat lapang maupun di saat sempit, menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS: Ali-Imran 134).

Orang yang didzalimi kemudian memakai haknya untuk membalas maka ia telah memakai fasilitas keadilan dalam syariat islam, namun manakala ia memafkan maka ia telah memilih transaksi yang jauh lebih menguntungkan dengan Allah ta’ala.

وَجَزَاء سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang lalim.” (QS: asy-Syura :40)

Dari Uqbah bin Amir, dia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Wahai Uqbah, bagaimana jika aku beritahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi kepada orang yang tidak memberimu, dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu.” (HR.  Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Baghawi).

Maafkan kesalahan orang lain sebelum mereka meminta maaf , mudah-mudahan mereka juga memaafkan kesalahan kita yang belum kita mintakan maaf kepada mereka.

 

#Indahnyasalingmemaafkan

#ciriorangkuat

#selamatkandiridariprovokasisetan

 

TPQ Darurat Anak-Anak Korban Gempa di Lombok

Gempa beruntun yang mengguncang Pulau Lombok sejak 29 Juli lalu telah membuat ratusan korban jiwa dan ratusan ribu jiwa mengungsi. Selain itu, ribuan infrastruktur, termasuk bangunan sekolah dan madrasah rusak parah dan tidak bisa lagi difungsikan.

Sehingga mengaji dalam tenda darurat bukan hal asing bagi anak-anak di Lombok. Ini sudah 3 bulan berjalan pasca gempa bumi yang mengguncang Lombok sejak 29 Juli lalu.

Alhamdulillaah tim Tanmia Foundation mendistribusikan ratusan Iqro’ dan Al Qur’an untuk TPQ Buah Hati Gegutu Selaparang Mataram. TPQ darurat yang menggunakan tenda-tenda peleton darurat tetap seperti biasanya riang ramai dipenuhi anak-anak mengaji sejak sebelum ashar.

“Anak-anak mengaji disini terbagi dalam kelas Iqra, Qur’an dan Tahfizh”, tutur Ibu Patmi pengelola TPQ yang masih sibuk menyimak anak-anak hafalan.
Tanmia Foundation tidak henti-hentinya mengucapkan ribuan terimakasih kepada para masyarakat yang telah menyalurkan donasinya kepada kami, semoga Allah SWT membalas dengan berlipat ganda dan penuh keberkahan. Demi membantu saudara-saudari seiman kita di lombok yang saat ini masih membutuhkan uluran tangan kita. Bantuan kita bahagiakan mereka.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Lombok – NTB

Tanpa Listrik Mereka Tetap Mengaji

Sampan kecil kami pun akhirnya bersandar di Pesisir Asahan, desa Batu Putih Kec Sekotong Kab. Lombok Barat. Tak disangka Pak Bahtiar kepala dusun Labuan Poh sedang menemani warga menunggu untuk menyambut kami.

Asahan belum banyak berubah seperti tahun-tahun sebelumnya, hanya segelintir warga yang masih memiliki tenaga surya untuk dipakai bersama-sama. Seperti sebelumnya waktu siang kondisi listrik tetaplah padam. Listrik hanya menyala selama 2 jam saja disetiap rumah tiap malam. Hanya mushalla saja yang menyala ketika waktu shalat. Sehingga kegiatan belajar dan mengaji hanya ada diwaktu siang usai sekolah. Hanya satu sekolah tingkat dasar yang masih berdiri sampai sekarang dengan kondisi fisik serba minim adanya.

Berdampingan dengan Mushalla kecil yang masih berdiri untuk menegakan shalat jamaah di sanalah tujuan kami pertama datang untuk mendistribusikan Al Quran dan Iqra’ untuk mengaji.
Rumah Ibu Mulyati, Beliau adalah guru ngaji asal Gili Gede yang menjadi sosok pengajar TPQ Al Ikhlas Gili Asahan. Sudah belasan tahun mengajar anak-anak dengan panggilan keikhlasan. Kegiatan mengaji pun sudah biasa tanpa ada bantuan dana atau gaji, sehingga membuat heran dan haru ketika kami berkunjung ke rumah biliknya.

Tanpa pamrih untuk mengajarkan mengaji untuk anak-anak di pulau yang hanya berpenghuni belasan KK.

Syukur Alhamdulillah puluhan anak-anak tiap pulang sekolah tetap setia datang untuk mengaji ke rumahnya. Belajar mengajinya pun beragam dari latihan baca, tulis, praktek Wudhu’ dan Shalat serta hafalan do’a-do’a, surat-surat pendek Juz ‘Amma.

“Sebelum bapak saya meninggal, ia berpesan kepada saya untuk tetap mengajar anak-anak mengaji sesibuk apapun itu dan jangan sekali-kali meminta upah, In syaa Allah akan ada kemudahan jalan keluar dari Allah semua urusan hidupmu”, papar Ibu Mulyati kepada kami sembari pamit.

Gili Asahan adalah sebuah pulau kecil yang berada di ujung barat Lombok Barat. Perjalanan selama 2,5 Jam atau 80 Km bila ditempuh dari kota Mataram kemudian disambung dengan menggunakan sampan kecil selama 15 menit ke pulau tersebut.

Lokasinya yang cukup jauh memang jarang dikunjungi khalayak namun semangat gigihnya anak-anak yang mengaji di pelosok jauh itu telah menghapus lelah kami dan menjadi semangat pengobar Amal Shaleh yang transparan tak boleh surut mensyiarkan kalimat Allah dengan Qur’an yang penuh kemuliaan.

Sungguh ajaib… tanpa Listrik mereka tetap mengaji setiap pulang sekolah, di setiap huruf Qur’an yang mereka baca mengalir jariyah yang kelak menjadi penolong di akhirat In syaa Allah.

Ali Azmi
Rekawan Tanmia
Lombok – NTB

 

Pantai Talise Palu Dalam Kenangan

Ribuan manusia berhamburan ketika tsunami Palu menyapu pantai Talise yang tengah ramai perayaan festival Pesona Palu Nomoni 3. Acara yang dihadiri banyak warga Palu itu berganti jadi kedukaan mendalam setelah gempa Donggala berkekuatan M 7,7 skala richter yang disusul tsunami Palu.

Gegap gempita bising perayaan festival Palu Nomoni 3 memang sudah menyedot perhatian para warga lokal dan internasional yang jauh-jauh hari sudah diagendakan pemkot Palu. Perhelatan baru saja akan dimulai dijadwalkan pada 28 Sept – 3 Oktober 2018 tapi naasnya mendadak menjadi gemuruh tangisan duka dan lautan mayat yang berserakan di pesisir Talise.

Keindahan pesisir teluk Palu dari Silae-Talise-Tondo- Mamboro- hingga Wani Donggala sekejap lenyap setelah disapu tsunami. Gelombang tsunami diperkirakan hingga puluhan meter menurut hasil tim tsunami BMKG pada ( 16/10).

Sekalipun pusat gempa yang berada di Sirenja Donggala tapi justru membangkitkan gelombang tsunami yang menghantam pesisir kota Palu tanpa ampun. Palu lumpuh seketika, listrik padam dan menjadi kota mati sepekan itu. Tragisnya penjarahan sudah merebak dimana-mana disaat evakuasi mayat-mayat masih berlangsung hal yang sulit untuk dicegah dan berisiko.

Ekonomi pun sempat lumpuh tak sedikit kawasan pergudangan dan pusat perekonomian luluh lantak dan dijarah. Palu menjadi kenangan pilu bagi siapapun yang berada di tanah kaili kala itu.
Sepekan setelah kejadian Relawan tanmia Foundation bersama-sama relawan lainya sempat mencoba menyisir pesisir Talise hingga Wani Donggala walhasil, kuasa Allah benar-benar ditampakan pada hambaNya.

Masjid Apung Arkham Babu Rahman pantai Talise masih berdiri kokoh, namun disaat yang sama jembatan Ponulele icon kota Palu runtuh seketika hanya sisa-sisa kenangan di atas megahnya sepanjang 250 meter dan tinggi lengkung 20 meter. Kini sepanjang Talise menjadi pesisir kenangan cerita dan sejuta doa dan duka. Pesisir Pantai menjadi kembali ke sediakala asli sebelum pembangunan reklamasi pantai.

Anjungan nusantara yang biasanya ramai untuk nongkrong-nongkrong kini hancur berantakan dengan sisa-sisa material yang masih berserakan. Pusat-pusat kuliner pesisir menjadi pemandangan onggokan sampah yang kini belum terurus. Terlalu banyak kisah yang harus kami ingat baik-baik untuk kelak kami ceritakan kembali ke anak cucu. Tentang persahabatan, optimisme, harapan dan nilai-nilai kemanusiaan yang selalu tumbuh karena rasa iman dan islam dihati.
Ini bukan kalimat perpisahan dari kami. Tapi inilah awal kebangkitan kami sebagai seorang muslim dan panggilan hati seorang relawan kemanusiaan untuk datang kembali lagi membersamai saudara-saudari seiman kami. Menyusun kembali rencana dan program untuk membangun kembali asa dan harapan yang sempat runtuh dan lumpuh akibat teguran ujian musibah.

Maafkan kami…meski hanya sedikit yang bisa kami lakukan, tapi yang sedikit ini, titipan amanah dari segenap dermawan yang sungguh luar biasa dan tidak bisa kami sebutkan satu per satu. Satu hati dan satu kata serta satu tindakan. Bantu mereka dengan Jiwa dan harta kedermawanan kita.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu

Tagisan Abdullah bin Rawahah Sebelum Berangkat Jihad

Salah satu bentuk variasi dahwah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah dengan berkirim surat dengan para tokoh masyarakat, pejabat hingga penguasa, baik di Jazirah atau pun di luar jazirah, bahkan hingga ke ethiopia di Afrika, Alexandria di Mesir, Kisra di Persia, surat biasanya berisi ajakan untuk masuk islam, keindahan ajaran islam, keagungan Al Quran dan bahkan ancaman atas perilaku zhalim para pemimpin kepada rakyatnya.

Surat selalu dihantarkan melalui jinjingan para utusan yang bertugas mengantarkan surat hingga ke tempat tujuan, pekerjaan mengantarkan surat adalah pekerjaan mulia, ia berarti utusan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, namun tugas ini sering kali cukup berbahaya, karena ia masuk ke wilayah musuh dan seringkali masuk ke istana raja dengan pengawalan super ketat.

Kali ini surat dikirim kepada Raja Romawi untuk mengajak mereka masuk islam, kala itu orang – orang Romawi menguasai dan mengendalikan wilayah Syam, namun sang utusan membawa surat dari Rasulullah dijegat di tengah jalan oleh Syurahbil yang merupakan salah seorang antek raja romawi, tanpa perhintungan panjang Syurahbil membunuh utusan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Berita syahidnya sang utusan begitu cepat sampai ke Madinah pusat kekuatan kaum muslimin, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam merasa sangat terpukul dengan berita ini, membunuh utusan adalah perbuatan yang sangat keji di kala itu, bahkan ini merupakan anacaman sekaligus tantangan untuk berperang.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mempersiapkan pasukan yang cukup besar jumlahnya, dengan kekuatan 3000 pasukan siap tempur untuk menjemput kesyahidan, namun ternyata pasukan musuh jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah pasukan kaum muslimin, pasukan Romawi kala itu berjumlah 200.000 orang.

Sebelum berpisah dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam para tentara diberikan nasehat – nasehat penting terkait adab dalam berjihad fie sabilillah, seperti jangan kamu berbuat zhalim, curang dalam pembagian harta rampasan perang, tidak boleh membunuh wanita dan anak – anak, orang yang sudah tua renta, para rahib yang beribadah di kuil dll.

Saat menentukan panglima perang pun tiba, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menetapkan Zaid bin Haritsah untuk memimpin perang, namun Rasulullah berkata lagi, bila Zaid wafat maka gantinya adalah Ja’far, bila Ja’far wafat maka Abdullah bin Rawahah yang memimpin perang.

Wasiat seperti ini seakan memberikan isyarat bahwa mereka bertiga akan syahid dalam perang ini, Abdullah bin Rawahah yang mendengar wasiat Rasulullah tersebut menagis, para sahabat bertanya mengapa engkau menangis wahai Abdullah?! Abdullah menjawab aku menangis bukan karena takut mati dan cinta dunia, namun aku teringat ayat yang pernah dibacakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepadaku:

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا ۝ ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا [مريم:71-72]

Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang zhalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut. [QS Maryam: 71-72].

Syaikh ‘Abdul Muhsin (ulama besar Madinah) menyatakan bahwa penafsiran paling populer mengenai ayat di atas ada dua pendapat. Pertama, semua memasuki neraka, akan tetapi mereka (kaum Mukminin) tidak mengalami bahaya. Kedua, mereka semua melewati shirâth (jembatan) sesuai dengan kadar amal shalehnya. Jembatan ini terbentang di atas permukaan neraka Jahannam. Jadi, orang yang melewatinya dikatakan telah mendatangi neraka. Penafsiran ini dinukil Ibnu Katsîr rahimahullah dari Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu ‘anhu.

Ayat ini yang membuat sahabat Abdullah bin Rawahah menangis, mengingat betapa seram dan menakutkan pemandangan pada hari kiamat tersebut.

Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan: “Orang-orang menyeberanginya sesuai dengan kadar amaliahnya (di dunia). Sebagian melewatinya secepat kedipan mata, atau secepat angin, secepat jalannya kuda terlatih maupun seperti kecepatan larinya hewan ternak. Sebagian (menyeberanginya) dengan berlarilari, berjalan dan merangkak. Sebagian yang lain tersambar dan terjerumus jatuh di dalam neraka. Masing-masing sesuai dengan ketakwaannya.

Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya “Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa (kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya) dan membiarkan orang-orang zhalim (yang menzhalimi diri mereka sendiri dengan kekufuran dan maksiat) di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.”

Semoga Allah ta’ala dengan rahmat dan kasih-Nya berkenan menyelamatkan kita sekalian dari neraka.

Para sahabat yang hadir dalam pelepasan tentara menuju Mu’tah ini memberikan motivasi kepada Abdullah “Abdullah in syaa Allah kamu akan selamat, membawa kemenangan dan Ghanimah (harta rampasan perang), lalu Abdullah berkata “adapun aku hanya berharap ampunan dari Allah, dan aku berharap mati syahid dalam pertempuran ini”.

Perang berlagsung begitu sengit, pasukan kaum muslimin yang hanya berjumlah 3000 orang mampu menghadapi pasukan Romawi 200.000, korban dari pihak Romawi tidak terhitung jumlahnya, namun dari pihak kaum muslimin hanya 12 orang saja, ke tiga komandan yang disebut Rasulullah semua menemui kesyahidan di Mu’tah, semoga Allah meridhai mereka dan menerima mereka sebagai Syuhada.

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!