zuhud

Zuhud Terhadap Dunia

Oleh : Kholid Mirbah, Lc

Dalam beberapa ayat dan hadits disebutkan bahwa Allah ta’ala dan Rasulnya memerintahkan orang-orang beriman untuk bersifat zuhud, yaitu dengan cara memprioritaskan kepentingan Akhirat diatas kepentingan Dunia, firman Allah Ta’ala tentang orang mukmin di kalangan keluarga Fir’aun yang mengatakan,

وَقَالَ الَّذِي آَمَنَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ (38) يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ (39)

“Orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS. Ghafir: 38-39) More…

Tanmia Foundation Salurkan Wakaf Pakaian di Beberapa Pulau Pedalaman Sikka Maumere NTT

Tanmia Foundation bersama elemen pegiat dakwah di daratan Flores Timur terus berupaya menghadirkan kebahagiaan untuk masyarakat di daratan pedalaman Flores Timur. Kali ini wilayah yang dituju ialah Pulau Koja Besar, Pulau koja Kecil, Pulau Dambila, Kampung Paga (daratan-Maumere ) yang sebelumnya masuk dalam daftar assessment daerah yang diprioritaskan untuk pendistribusian paket wakaf pakaian Tanmia Foundation.

“Alhamdulillah, Rabu  (11/11) Paket Wakaf Pakaian dan Mushaf Qur’an kembali ke pedalaman, tepatnya di beberapa titik di Sikka Maumere, mulai dari Kampung Paga menuju Pulau Koja Besar dan Pulau Koja Kecil. Selanjutnya disusul ke Pulau Dambila,” terang Ketua Penggerak Komunitas Dakwah Kompak, Hainul Rashid dalam rilis yang diterima pihak Tanmia.

Ia menambahkan, karena jarak yang membentang cukup jauh, penyaluran wakaf pakaian dan Iqra’ -mushaf Qur’an ini akan berlangsung selama satu – dua pekan di awal bulan November 2020.

Paket wakaf pakaian yang terdiri dari pakaian anak-anak, dewasa dan wanita dikemas rapi dalam kemasan karton dari Tanmia Foundation ini menjadi kebahagiaan dan kesyukuran bagi tokoh setempat atas kepedulian dan perhatianya terhadap para masyarakatnya yang hidup jauh dari kata layak masih berjuang di pedalaman.

“Alhamdulillah, kami atas nama warga dusun Sagandona Paga Barat bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Tanmia Foundation atas wakaf dan bantuanya yang sangat membantu kondisi kami. Kami do’akan semoga Allah memberikan amanah ini terus mendapat kepercayaan oleh umat khususnya para muhsinin dan dermawan atas kegiatan dan program pelayanan peduli umat yang dijalankan oleh Tanmia Foundation. Maju dan sukses terus Tanmia Foundation, semoga terus memberikan manfaat dan mashlahat. Aamiin,” ungkap Tokoh Da’i sekaligus Takmir Masjid Baiturrahman Paga, Muhammad Marjan.

Perlu diketahui bahwa Dusun Sagandona Paga Barat memiliki Masjid Baiturrahman yang sudah berdiri sejak tahun 1980 yang dapat memfasilitasi untuk sekitar 70 KK warga setempat. Umat muslim pada umumnya di wilayah Kecamatan Paga terdiri dari pribumi pendatang Jawa, Madura, Bugis, Buton, dll yang sudah berinteraksi bertahun-tahun secara alamiah dengan menjaga toleransi yang tinggi dengan keyakinan masing-masing dengan warga pribumi non muslim. Kendati demikian mereka tetap bergandengan tangan dalam hal muamalah apapun dan aktif dalam kegiatan gotong royong maupun bidang kemasyarakatan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Kisah Perjuangan Da’i Dan Santri Pedalaman Suku Dani Papua di Hari Pahlawan

Da’i sering kali disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dan penghargaan. Jasa mereka untuk mengemban misi dakwah demi membawa dan mencerdaskan ummat untuk segenap elemen bangsa layak diacungi jempol. Berkat wasilah para da’i banyak ilmu dan cahaya hidayah tersebar hingga pelosok-pelosok negeri. Misi ilahi untuk membangun ummat rabbani yang bertaqwa pada Rabbnya adalah tugas suci abadi. Itu semua demi mencari keridhaan Allah semata sebagai tugas mulia yang jariyahnya tak akan pernah ada putus-putusnya. Namun apakah perjuangan para da’i tidak luput dari badai ujian yang lantas mengernyitkan nyali untuk tetap bertahan diatas kebenaran ? bahkan keberadaan mereka pun sering terpaut jarak yang sangat berjauhan dan hanya ruh keikhlasan dari sanubari hatilah yang masih menyala sehingga mendarah daging untuk setia berkhidmat berdakwah di segala sikon pedalaman.

Salah satu kisah da’i yakni Ustadz Abim Habibi dan Ustadz Zubaidi keduanya alumnus Pesantren Banyuanyar Pamekasan yang sudah bertahun-tahun mengajar di pesantren Istiqomah di pedalaman distrik Welesi Wamena Papua.

Berikut sekelumit kisah ketika perjumpaan kami dengan Ustadz Abim Habibi di Jogjakarta beberapa waktu lalu. Pondok Pesantren Al-Istiqomah Walesi Wamena Papua salah satu-satunya pesantren tua yang didirikan pada tahun 1983 oleh YAPIS ( Yayasan Pendidikan Islam ) yang berpusat di Jayapura.

Lokasi pesantren berada di Distrik Welesi yang berjarak 8 KM dari pusat kota Wamena dan 15 KM dari pusat bandara Wamena satu-satunya akses yang mudah bisa ditempuh untuk menuju ke Pesantren hingga saat ini. Adapun perjalanan darat dari ibukota Jayapura ke Wamena bisa memakan waktu seminggu bahkan puluhan hari tergantung kondisi medan jalanan rimba. Karena medan rimba liar belantara yang terjal seringkali labil untuk ditembus dan meleset dari prediksi waktu perjalanan yang direncanakan.

Kini pesantren Istiqomah yang sudah berjalan dengan jenjang pendidikan yang sudah ada dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah masih menginduk ke wilayah Jayawijaya dengan jumlah sekitar 70-an santri dengan pengasuh 5 orang asatidz.

Uniknya asal santri-santri cukup beragam sekalipun masih asli Papua. Yakni Suku Assolipelema, Welesi ,Okilik , Tulima, Apenas , Yagara , Hitigima.

Menjadi da’i di pedalaman Papua setidaknya menjadi refleksi perjuangan yang tidak mudah apalagi dengan segala kompleks kesulitan maupun keamanannya di pedalaman. Inilah refleksi perjuangan yang luar biasa yang mungkin tidak dijumpai di sebagian wilayah khalayak umum perkotaan.

Sejak 2012 lalu menjadi pembuktiannya Abim Habibi sebagai da’i muda sekaligus bak pahlawan muda yang turun gunung menuju pedalaman Wamena untuk mencerdaskan anak-anak Suku Dani yang sebagian besar adalah santri di Distrik Walesi.

Walesi adalah sebuah wilayah yang terletak di Wamena yang terletak di Lembah Baliem. Lembah Baliem lebih terkenal di dunia luar sehingga banyak orang menyebutnya Lembah Baliem karena identik khasnya dengan Jayawijaya atau Wamena.

“Berangkat dari keprihatinan mengenai kondisi pendidikan dan dakwah di Indonesia timur terutama Papua pada khususnya, kami yang masih seumur jagung dan belum masih terpikirkan pada waktu itu saya ditempatkan untuk menjadi guru, di daerah pedalaman. Kami mengabdi sebagai khidmat alumni pesantren untuk mengajar di pedalaman Wamena sejak 2012,” ujar Abim bersemangat menceritakan kisahnya sejenak pada kesempatan pertemuan malam itu di dekat kampusnya di Jogjakarta.

Bersama juga rekannya yakni Ust Zubaidi yang sampai saat ini masih mengabdi di Walesi juga banyak pengalaman lika-likunya menemukan hal-hal inspiratif maupun yang memilukan hati.

“Saya bisa melihat semangat yang besar dari anak-anak untuk belajar dan bermimpi tentang cita-cita mereka kelak. Anak-anak disana jauh dari orang tuanya, kondisi fisiknya kuat, perjalanan jauh pun tanpa alas kaki menyusuri jalanan rimba dan hebatnya berani berpendapat bahkan kerap kali berebut bacaan ketika datang buku bacaan baru bahkan untuk maju ke depan kelas,” ceritanya Zubaidi dengan senang hati.

“Tanggapan masyarakat terhadap pesantren al hamdulillah sangat positif dan masyarakat sangat setuju dan mendukung adanya pendidikan di pelosok”, jelas Zubaidi dalam tutur lengkap harapanya sebagai pengasuh pesantren.

Sehingga jangan salah, letupan api semangat justru datang dari anak-anak pedalaman yang sudah rela datang jauh-jauh melewati rimba liar pegunungan Papua meski dalam kondisi yang amat terbatas, nyatanya semangat anak-anak ini bisa melampaui batas perkiraan.

Ia pun mengisahkan sebuah kisah inspiratif dalam perjuangan santri-santrinya baik ketika sebelum dan setelah masuk pesantren. Tentang perjuanganya anak kecil dari suku Dani asal Kabupaten Nduga yang mulanya masih non muslim berbeda keyakinan namun akhirnya dengan ijin kehendak Allah Alhamdulillah hatinya terbuka saat melihat anak-anak santri memakai pakaian rapi dan busana muslim, akhirnya pun anak tersebut yang masih berusia 7 tahun itu memberanikan diri pergi ke tempat kami ke Distrik Walesi dengan menempuh jalan kaki dengan jarak 130 KM selama 4 hari 4 malam. Allahu Akbar Hasbunallah wanikmalwakiil.

“Ini merefleksikan betapa pentingnya sebuah komitmen hingga mampu mengantarkan ketakutan menjadi sebuah kekuatan besar. Anak yang ingusan masih kecil itu akhirnya masuk Islam dan saat ini sudah menjadi Muadzin di tempat kami, dialah si kisah Muhammad Musthofa Asal Nduga”, pungkas cerita Ust Zubaidi.

Begitu juga kisah santri bernama Alfandra yang berasal dari Suku Yelipele dari pedalaman Apenas Wamena yang merupakan keturunan Suku Dani pribumi dan pendatang sejak tahun 2000 harus sudah menjadi anak yatim dengan sepeninggal orang tuanya pasca konflik etnis terjadi.

Hidup pun terus berputar dan kisahnya terus berjalan dengan kesemangatan keluarganya ia mampu dibesarkan dengan rasa cinta dan akhlaq yang luar biasa. Anak satu ini mampu menghafal Al Qur’an dengan cepat dan mempunyai suara yang khas ketika melantunkan Al Qur’an.

Kisah da’i maupun santri di ujung pedalaman dan perbatasan memang sangat bermakna dan jiwa pengorbananya. Ada kebahagiaan bercampur keprihatinan yang mengharukan itu muncul mengetuk pintu empati keimanan dan jiwa naluri kemanusiaan. Dengan kondisi seadanya mereka tetap berjuang untuk mencerdaskan generasi santri anak bangsa demi masa depan ummat pedalaman yang lebih baik. Selamat berjuang para da’i, sang pendidik santri harapan ummat untuk kemajuan bangsa.

Banyak orang hebat sederhana di sekitar kita. Kisah mereka layak dibagikan agar jadi inspirasi bagi semua. Hiduplah pesantren agar menjadi pendidikan pilihan Utama. [ Barakallahufiekum ]

 

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Al Quran Lebih Kuat Dari Perancis

Senasib dengan Indonesia negeri Al Jazair di daratan Afrika Utara itu juga merasakan pahitnya penjajahan bangsa eropa atas mereka yang lebih dari 100 tahun lamanya, dalam hal ini Perancis yang punya ambisi menjajah mereka dari 1830-1962 tepat 132 tahun, menjarah, merampas harta, kehormatan dan nyawa, kala itu Al Jazair masih di bawah Kesultanan Turki Utsmani, saat itu kesultanan Turki Utsmani dalam keadaan yang sangat lemah, sebenarnya eropa sudah niat ingin menjajah Al Jazair sejak zaman Napoleon Bonaparte.

Upaya untuk menundukkan orang – orang islam di Al Jazair tidak ada henti – hentinya, namun usaha mereka selalu gagal karena perjuangan rakyat dan para ulama untuk mengusir para penjajah selalu dilakukan yang pada akhirnya More…

jahiliyah

Islam Menghapus Jahiliyah

Islam secara bertahap menghapus tradisi jahiliyah yang telah berurat berakar dalam pada khusus suku Quraisy dan Jazirah Arab pada umumnya, yangdimotori oleh Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam dan dilanjutkan oleh keluarga dan sahabatnya. Sebagaimana yang diketahui, umur Rasulullah shallahu alaihi wasallam terlalu dini meninggalkan Islam, yaitu hanya dua puluh tiga tahun mendakwakan ajaran Islam, di Mekkah sepuluh tahun dan tiga belas tahun di Madinah. Sehingga pasca meninggal beliau tradisi jahiliyah masih belum hilang sepenuhnya dalam diri umat. Maka dari itu, sahabat dan keluarganya mengambil alih dalam artian melanjutkan dan mengembangkannya.

More…

Semangat Memakmurkan Masjid Ar-Razzaq Gunungbang Gunung Kidul

Gema lantunan ayat suci Alquran sudah menggema dibalik gelapnya jalanan menuju Dusun Gunungbang Desa Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul.

Awan malam bertabur bintang bersama suasana ceria menjadi saksi penyerahan Wakaf Qur’an dan Iqra’ dari Tanmia Foundation untuk segenap anak-anak TPQ dan para jama’ah Masjid Ar-Razzaq pada ( 7/11/2020 ).

Tiap maghrib tiba menjadi saksi bersama anak-anak, kaum bapak dan ibu orang tua mulai mendekat dan meramaikan masjid yang belum lama ini dibangun sejak Muharram 1441 H / September 2019 hingga peresmiannya pada Rabiul Akhir 1441H / Desember 2020.

Sebelum keberadaan berdirinya Masjid Ar-Razzaq warga hanya menggantungkan untuk beraktivitas ibadah di masjid lain yang berada di dusun sebelah yang berjarak kurang lebih 1 km.

“Sudah bertahun-tahun lamanya penantian kami untuk membangun masjid, harapannya bila masjid berdiri nanti akan memberikan kemudahan bagi para warga dusun untuk beraktivitas beribadah akan lebih dekat dan nyaman”, ujar Pardiman selaku Takmir dan penggagas pendirian Masjid Ar-Razzaq Dusun Gunungbang RT 03 RW 17, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul.

Musim pandemi memang memisahkan banyak hal, tak luput kegiatan belajar anak-anak untuk pergi ke tempat mereka sekolah. Kerisauan yang dialami orang tua terhadap kekosongan anak-anak belajar kian memuncak dari hari ke hari, hal inilah yang menjadi panggilan ketulusan niat hati sosok seorang Pardiman untuk mengajar anak-anak mengaji setiap usai shalat Maghrib.

Bersamanya ada puluhan hingga belasan anak-anak yang masih ikut mengaji sekalipun terkadang pasang surut tapi hal tersebut tidak mengurangi semangatnya mengajar dan setia menemani bersama suka duka bagi para jama’ah warga dusun yang berjumlah 36 KK ini.

Tradisi habis maghriban mengaji mungkin masih ada di sebagian besar daerah-daerah pelosok-pelosok. Sekalipun saat ini adalah suasana adaptasi baru dan semuanya pun ikut baru di tengahnya pandemi. Era digital teknologi dengan segenap perkembangan modern canggihnya kian perlahan mengikis keseharian anak-anak untuk mengaji ke masjid atau mushala.

Kondisi inilah yang membuat tergerak hati Pardiman bersama warga untuk mengadakan TPQ anak-anak ala kadarnya dan mengembalikan tradisi mengaji seperti beberapa tahun-tahun lalu sebelumnya. Alhamdulillah perjalanan program ini menjadi sebuah gerakan untuk membangkitkan kembali semangat belajar Al-qur’an dan mendekatkan warga untuk memakmurkan masjid.

“Mengaji ini sangat perlu untuk mengembalikan gairah belajar anak-anak dengan sikon saat ini. Kegiatan ini akan meminimalisir anak-anak yang sekarang lebih akrab dengan gadget/nonton televisi ketimbang ke masjid untuk mengaji,” kata Giyarno salah satu jama’ah Masjid Ar-Rozaq.

Aktivitas usai maghrib mengaji menjadi rutinitas positif sebagai salah satu bagian memakmurkan masjid yang biasanya berisikan kegiatan TPQ, tilawah Qur’an dan hafalan surat pendek dan do’a juga terkadang ceramah agama.

“Semoga pandemi ini segera berlalu dimana harapan kami akan ada banyak lagi para jamaah warga dusun yang memakmurkan masjid disetiap waktu ibadah tiba,” tutup Pardiman dalam ungkapan penutup penuh harapnya.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Wakaf Iqra, Oase Menguatkan Pilar Dakwah dan Pendidikan di Batas Negeri

Dunia dakwah dan pendidikan seyogyanya terus melesat bergerak di tengah ketidakpastian pandemi yang belum kapan selesai ujungnya. Keduanya adalah dua bagian yang tak terpisahkan dari pilar-pilar kokoh pembangunan kemajuan sebuah peradaban bangsa. Ibarat dua sisi mata uang yang tak bisa berdiri masing-masing.

Apalagi bila dakwah dan pendidikan keduanya hadir keberadaannya di wilayah -wilayah yang secara geografis sangat minim akses maka sejatinya oase kebahagiaannya pun sangat dinantikan untuk menguatkan ummat.

Peranan program wakaf iqra Tanmia Foundation adalah salah bagian penguatan dakwah sentral dalam upaya pembinaan dan memajukan pendidikan generasi, anak-anak dan muallaf di berbagai penjuru pelosok batas negeri.

Layar pun terkembang mencapai tanjung harapan bahwa paket ekspedisi wakaf Iqra Tanmia Foundation sudah sampai di Maumere Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur pada awal bulan November 2020 ini. Titik demi titik lokasi distribusi menjadi rangkaian oase kebahagiaan yang akan terus berputar kebaikanya.

Paket wakaf buku iqra’ salah satunya ditujukan ke Madin Babul Khaer Obamoro Mego dan Madin Al Muhajirin Madawat Alok yang keduanya berada di wilayah Sikka dan beberapa perkampungan kepulauan di Flores Timur.

Tanpa mengurangi rasa kebahagiaan dan keberkahan juga dirasakan oleh pihak Masjid Al Muhajirin Perumnas melalui harapan yang disampaikan oleh H. Abu Bakar Usman.
“Ini adalah bentuk syukur kepada Allah atas perhatiannya dari pihak Tanmia Foundation untuk mendukung kami melalui sarana dan prasarana pendidikan baik buku-buku Islam- Al-qur’an -buku Iqra’ dan sebagainya demi kepentingan da’wah dan kemajuan pendidikan anak-anak di daerah minoritas ini,” jelas H. Abu Bakar.

Tak luput juga bahwa peran -peran penting bahu membahu antar alim ulama baik dari Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, dan lainya turut memajukan keberadaan Madin BabulKhoir Obamoro sejak tahun (1992 ) dan Madin Al-Muhajirin Madawat ( 2014) Kabupaten Sikka yang sudah berdiri sejak puluhan tahun lalu.

“Alhamdulillah, santri belajar kami ada 100 anak yang didampingi oleh 7 orang guru sejak berdirinya tahun 2014,” jelas H. Supardi Wahab sebagai pendiri Madin Al Muhajirin saat menerima distribusi wakaf Iqra ( Kamis, 5/11/2020).

Menggerakkan roda kebaikan lewat wakaf Iqra mungkin sepele namun inilah bagian ikhtiar untuk melepas kerinduan amal kebaikan karena seringkali banyaknya suguhan arus informasi pandemi hingga saat ini. Memang sudah terlalu banyak yang terdampak namun bukan berarti untuk terus berhenti berpangku tangan dan larut dalam situasi.

Sejatinya moment saat inilah kebahagiaan untuk berbagi sekecil apapun kepada sesama diuji, karena secuil apapun kebaikan akan menyuntikkan kebahagiaan kepada orang lain.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Kecemburuan Dalam Masalah Agama (Ghiroh Fiddin)

Oleh : Kholid Mirbah, Lc

Al-Imam Ibnu Qayim Al Jauziyyah di dalam kitab nya al Jawabul al kafi liman Sa’ala ‘ani Ad-dawa As-Syafi mengatakan sesungguhnya diantara prinsip dalam beragama adalah memiliki sifat cemburu maka orang yg tak punya cemburu dalam agama maka sama halnya dia tidak punya agama, kecemburuan terhadap agama dapat menghidupkan hati dan hidupnya hati bisa menghidupkan fisik manusia, namun sebaliknya matinya hati menyebabkan fisik manusia juga mati, sehingga ia tidak bisa melawan keburukan sekalipun.
Jadi inti dari agama ini adalah cemburu (ghirah) terhadap agama, sehingga ketika agamanya dinistakan ia pasti tidak ridha, Namun sebaliknya ketika agama ia dinistakan ia biarkan saja tanpa ada rasa kepedulian sedikitpun, maka saja orang seperti ini sama saja tidak punya agama.

Kalau kita mendengar agama islam ini di hina oleh orang kafir itu bukan hal yang baru, bahkan di zaman dulu sudah ada, Orang orang kafir zaman Nabi menghina dengan mengatakan bahwa Al Quran adalah sebuah kebohongan, Sebagaimana Allah katakan dalam surat Al Furqan

وَقَالَ ٱلَّذِینَ كَفَرُوۤا۟ إِنۡ هَـٰذَاۤ إِلَّاۤ إِفۡكٌ ٱفۡتَرَىٰهُ وَأَعَانَهُۥ عَلَیۡهِ قَوۡمٌ ءَاخَرُونَۖ فَقَدۡ جَاۤءُو ظُلۡمࣰا وَزُورࣰا

Dan orang-orang kafir berkata: “Al Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain”; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. (Al Furqon:4).

Lalu dengan tegas Allah membantah tuduhan orang Kafir tersebut, bahwa Al Quran adalah kebenaran yang datang dari Allah swt
Dalam surat Al Haqqah Allah swt berfirman

‎إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ ﴿٤٠﴾؅

40. Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,

‎وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ ۚ قَلِيلًا مَا تُؤْمِنُونَ ﴿٤١﴾؅

41. dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.

‎وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ ﴿٤٢﴾؅

42. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.

َ(تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ)

43. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.

Namun yang aneh adalah ketika ada seorang mengaku beriman menjadi pembela si kafir yang menghina agama ini. Orang seperti ini tidak memiliki kecemburuan dalam agama.
Sebagaimana ucapan ibnu Mubarak

ﺃَﺑُﻨَـﻲَّ ﺇﻥَّ ﻣِـﻦَ ﺍﻟﺮِّﺟَـﺎﻝِ ﺑَﻬِﻴﻤَـﺔً
ﻓﻲ ﺻُـﻮﺭَﺓِ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﺍﻟﺴَّﻤﻴﻊِ ﺍﻟﻤُﺒْﺼِﺮِ
ﻓَﻄِـﻦٌ ﺑِﻜُـﻞِّ ﻣُﺼِﻴﺒَـﺔٍ ﻓﻲ ﻣَـﺎﻟِـﻪِ
ﻭﺇِﺫَﺍ ﻳُﺼَـﺎﺏُ ﺑِﺪِﻳﻨِـﻪِ ﻟَﻢْ ﻳَﺸْﻌُـﺮِ ‎

“Wahai anakku, di antara manusia itu ada yang bersifat bagaikan binatang.
Dalam bentuk seorang yang mampu mendengar dan memperhatikan.
Ia akan merasa berat, jika terjadi musibah yang menimpa pada harta bendanya.
Namun jika musibah itu menimpa agamanya, ia tiada merasa apapun”.

Prinsip kecemburuan agama ada 3 macam

. الغيرة في الدين مبدء من مبادئ الإيمان

1. Kecemburuan agama merupakan prinsip dasar keimanan seseorang.

روى البخاري في صحيحه عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ((إن لله يغار وإن المؤمن يغار، وغيرة الله أن يأتي العبد ما حَرَّم الله عليه

Dari hadis Abu hurairah radhiyallahu anhu Rasul shallahualaihiwasallam bersabda ” seorang mukmin itu pencemburu. Dan Allah adalah zat yang maha pencemburu, dan kecemburuan Allah tatkala hambanya melakukan apa yang diharamkan oleh Allah kepadanya.

Allah cemburu Jikalau ada Seorang Mukmin Ketika beribadah fikiran ya terganggu dengan urusan kerjanya, Allah cemburu kalau ada kaum muslimin lebih sibuk dengan urusan dunia nya dari pada akhiratnya. Sehingga kalau kita memiliki kecemburuan dalam agama atau akhirat kita maka iman kita benar. Begitu pula sebaliknya. Iman itu kadang bertambah dan berkurang begitupula ghirah terhadap agama itu bisa naik dan turun. Orang yang bila agamanya diinjak injak lalu ia marah berusaha memeranginya maka berarti ghirahnya terhadap agama tinggi, namun sebaliknya ketika orang itu banyak bermaksiat kepada Allah itu dapat menghilangkan kecemburuan terhadap agama. Sehingga ini adalah salah satu strategi Kaum musyrik untuk menghilangkan cemburu terhadap agama adalah membuat mereka sibuk dan lalai dari perintah Allah yang mengakibatkan mereka bermaksiyat kepada allah. Kita menyaksikan orang tua zaman dahulu bila punya anak gadis maka ketika sudah baligh, ia perintahkan kepadanya pakai hijab, karena rambut adalah bagian dari aurat yang wajib ditutup. Sehingga wanita zaman orang tua kita dulu kalau hijabnya tersingkap terkena terpaan angin dan terlihat auratnya oleh orang lain , ia pun langsung lari sekencang kencang nya sembunyi kerumah, takut kalau dilihat lebih banyak orang, sehingga dosanya bertambah banyak karenanya. ini menunjukkan semangat ghirah yg tinggi dalam menjaga agamanya, Sungguh fenomena yang sangat jauh dengan zaman sekarang.

Begitpula fenomena penghinaan terhadap agama kita hari-hari ini semakin berani dan terang-terangan, bahkan tidak hanya dilakukan oleh masyarakat biasa tetapi sampai ke ranah para petinggi Negara, sebut saja Presiden Prancis Emmanuel Macron yang baru baru ini secara terang-terangan telah melecehkan Islam dan menghina Nabi Muhammad shallahualaihiwasallam dengan menyetujui publikasi kartun yang menggambarkan sosok Nabi Muhammad shallahualaihiwasallam. Sehingga membuat banyak orang marah dan terjadi seruan boikot produk Prancis di banyak negara, terutama dengan penduduk Muslim sebagai mayoritasnya. Maka, kemarahan umat Islam adalah bentuk ghirah dan cinta mereka kepada Baginda Nabi yang mulia. Sayangnya sebagian penguasa Muslim tidak bisa bertindak tegas menanggapi hal ini. Beliau menggambarkan hal ini berbeda dengan yang pernah dilakukan oleh Khalifah Abdul Hamid II. Khalifah pada masa dinasti Utsmaniyah ini, pernah mengancam Prancis agar menghentikan untuk menggelar teater yang menghina Rasulullah. Dan Prancis gentar lalu menghentikan pada saat itu juga.

Begitulah seharusnya sikap seorang mukmin, menunjukkan ghirah tinggi membela agamanya dari ulah penistaan orang-orang yang membenci Islam sebagai konsekuensi keimanan kepada Allah ta’ala. Ulama besar Buya Hamka Rahimahullah juga mempertanyakan orang yang tidak muncul ghirahnya ketika agamanya dilecehkan. Beliau menyamakan orang-orang yang demikian seperti orang yang sudah mati. “Jika kamu diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kain kafan”.

Pada zaman Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam ada seorang pria yang amat marah karena istrinya terus menerus menghina Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Kemudian sang suami membunuhnya. Ketika Nabi mengetahui hal ini, beliau bersabda; “Saksikanlah bahwa darah perempuan yang tertumpah itu sia-sia (tidak ada tuntutan)!” (HR Abu Dawud).

Demikianlah, Islam mengajarkan kepada kaum mukmin, agar membuktikan kecintaannya kepada Allah ta’ala dan RasulNya, melebihi kecintaan kepada siapapun dan apapun. Kecintaan itu harus ditunjukkan dengan ghirah untuk mencintai seluruh syariat yang dibawa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengamalkannya, membela dan memperjuangkan agar terterapkan secara kaffah dalam kehidupan umat. Dengan begitu, umat Islam akan tampil menjadi umat terbaik dan Islam mampu diwujudkan sebagai rahmatan lil’alamin

الغيرة في الدين فهي من خصائص هذه الأمة

2. Kecemburuan terhadap agama merupakan karakter yang dimiliki umat ini.

Diantara sosok yang menjadi tauladan kepada kita yang disebutkan namanya dalam Al Quran, adalah Nabi Ibrahim alaihissalam dan Nabi Muhammad shallahualaihiwasallam.

Nabi ibrahim rela bermusuhan dengan ayahnya karena prinsip kecemburuan dalam agama yang beliau pegang. Ia tidak rela kemusyrikan melanda ayah dan umatnya. Kisah tersebut Allah Abadikan dalam surat As Saffat (85-98) Bahkan beliau rela menempuh resiko yang besar yaitu dibakar hidup hidup oleh kaumnya, sehingga Allahpun juga cemburu terhadap ujian yang ditempuh nabi ibrahim sehingga menjadikan api yg digunakan untuk membakarnya menjadi dingin. Begitupula Rasul kita seorang pencemburu, ketika peristiwa fath makkah beliau cemburu ketika melihat berhala di sekeliling Ka’bah lalu beliau hancurkan seluruh berhala ditempat tersebut sebanyak 360 buah sambil membaca ayat؅

(وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا)

Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. [Surat Al-Isra’ 81]

Begitu pula kita kenal seorang Sahabat bernama Hanzalah radhiyallahu anhu, seorang pengantin baru begitu setelah malam pertama dengan istrinya, Pada paginya ia mendengar seruan jihad melawan kaum kafir untuk membela agama Allah, maka seketika langsung beliau tinggalkan istrinya sehingga belum sempat untuk mandi junub tatkala ia syahid di medan perang Rasul shallahualaihiwasallam melihat diri jasad Hanzalah Basah kuyup, padahal tidak turun hujan saat perang tersebut, dan ternyata setelah diamati para malaikat datang untuk mengurus dan menandakan jenazah ya, Sehingga beliau Mendapatkan Julukan غسيل الملائكة “Yang di mandikan para malaikat

Kita ingat Kisah Seorang Muslimah di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam, suatu hari ada wanita muslimah datang ke Pasar Bani Qainuqa’ untuk suatu kebutuhan yang ia perlukan. Ia menghampiri salah satu pedangang Yahudi, kemudian melakukan transaksi jual beli dengannya. Namun orang Yahudi berhasrat membuka cadar yang dikenakan sang muslimah karena ingin melihat wajahnya. Muslimah itu berusaha mencegah gangguan yang dilakukan Yahudi ini. Tanpa sepengetahuan wanita itu, datang lagi lelaki Yahudi di sisi lainnya, lalu ia tarik ujung cadarnya dan tampaklah wajah perempuan muslimah tersebut. Wanita ini pun berteriak, lalu datanglah seorang laki-laki muslim dengan ghirah tinggi membelanya. Terjadilah perkelahian antara muslim dan Yahudi dan terbunuhlah Yahudi yang mengganggu muslimah tadi. Melihat hal itu, orang-orang Yahudi tidak tinggal diam. Mereka mengeroyok laki-laki tadi hingga ia pun terbunuh.
Sehingga mendengar hal tersebut membuat nabi shallahualaihiwasallam marah sehingga beliau mengutus pasukan besar untuk mengepung Perkampungan Bani Qainuqa dan mengusir Seluruh penduduknya.

Bahkan tidak hanya itu Binatang yang tak berakal pun saja punya ghirah yang tinggi terhadap agama Allah ta’ala disebutkan dalam Kitab Ad Durar al Kaminah Karya ibnu Hajar al Asqalani, diceritakan “Suatu hari diadakan pesta besar-besaran untuk merayakan seorang pemuka Mongol yang murtad masuk kristen. Dalam acara itu ada seorang pendeta Kristen bercerita dan dalam ceramah ya ia menjelek-jelekan Nabi Muhammad, tiba-tiba seekor anjing pemburu meloncat, menyerang dan menggigit pendeta.
Beberapa orang berusaha melepaskan gigitan itu, dan anjing tersebut kembali tenang, setelah berhasil sebagian hadirin berkata: “Ini terjadi karena kamu menghina Nabi Muhammad”
Pendeta menjawab: “Tidak, ini karena anjing tadi marah dan salah paham ketika aku mengangkat tangan dikira akan memukulnya”
Pendeta itupun melanjutkan khutbahnya dan kembali menghina Nabi Muhammad. Pada saat yang bersamaan anjing itu berhasil memutus tali yang mengikatnya, secepat kilat dia melompat dan menggigit leher sang pendeta hingga meninggal.
Sekitar 40 ribu orang mongol yang hadir di acara itu ramai-ramai masuk Islam….
Subhanallah…seekor anjing saja cemburu ketika Nabi dijelekkan, tidak bisa diam dan berusaha sekuat tenaga untuk membela beliau, Apalagi kita sudah barang tentu harus punya kecemburuan yang lebih terhadap Nabi kita, karena diantara kewajiban seorang muslim terhadap Nabinya membela kehormatannya. Maka ia akan marah, ia akan bela sampai titik darah penghabisan jikalau ada seseorang yang berani menistakan Nabinya.

الغيرة في الدين تدل على حياة القلوب وصلاحها

3. Kecemburuan terhadap agama itu dalil hidupnya hati dan baiknya hati.

Dalam satu hadits pernah disebutkan,

ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﻟﺨﺪﺭﻱ – ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ – ﻗﺎﻝ : ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ : ﻣﻦ ﺭﺃﻯ ﻣﻨﻜﻢ ﻣﻨﻜﺮﺍ ﻓﻠﻴﻐﻴﺮﻩ ﺑﻴﺪﻩ ، ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﻓﺒﻠﺴﺎﻧﻪ ، ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﻓﺒﻘﻠﺒﻪ ، ﻭﺫﻟﻚ ﺃﺿﻌﻒ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ

Dari Abu Said Al Khudry berkata bahwa Rasul shallahualaihiwasallam telah bersabda, barang siapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia rubah dengan tangannya kalo tidak mampu ia rubah dg lisannya dan kalau tidak mampu lagi maka hendaknya dg hatinya, dan ini adalah selemah lemahnya iman.

Jadi ketika seorang muslim melihat kemungkaran dan ia tidak kuasa apapun untuk merubahnya, maka minimal dengan tidak ridha adanya kemungkaran dalam hatinya dan ini menunjukkan ia masih punya ghirah dalam hatinya, sehingga hal tersebut merupakan pertanda akan hatinya masih terdapat cahaya kebenaran. Karena umat ini akan menjadi umat yang terbaik manakala ketika memiliki ghirah terhadap agama, berusaha mencegah kemungkaran yang terjadi disekitarnya Sebagaimana Allah swt berfirman :

(كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ)

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah, Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik (Ali Imran 110).

Namun sebaliknya umat terburuk adalah ketika tidak punya ghirah ketika agamanya dirusak dan dinistakan, sehingga Umat seperti Ini patut mendapat laknat dari Allah Sebagaimana laknat yang di alami Bani Israel, Allah mengabadikan kelakuan mereka dalam Surat Al Maidah, 78-79.

(لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُون

Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.

Al Hafidz Ibnu Katsir didalam kitab tafsirnya menjelaskan Allah ta’ala melaknat orang orang kafir dari kalangan Bani Israel karena mereka senantiasa bermaksiat
terhadap Allah dan Nab-nabi mereka yaitu Daud dan Isa alaihimassalam sehingga mereka mendapatkan Laknat diseluruh kitab samawi, dalam Zabur taurat injil dan Al Quran Nah apa sebab mereka mendapat Laknat?

Dalam Ayat selanjutnya beliau jelaskan bahwa tatkala mereka bermaksiat kepada Allah maka para ulama mereka berkata bertakwalah kalian kepada Allah, lalu ucapan mereka tidak didengar oleh kaumnya, Akhirnya ulama mereka capek dan berhenti mendakwahi mereka, lalu para ulama pun mulai datang ke majelis orang orang bermaksiat tadi tapi tidak melarangnya hanya sekedar menyaksikannya bahkan sebagian dari ulama tersebut malah ikut gabung dalam maksiat tersebut, Sehingga hal ini membuat Allah murka dan menurunkan siksa kepada mereka.
Allah murka terhadap mereka karena mereka tak punya kecemburuan terhadap agama mereka dengan membiarkan kaumnya dengan sesuka hati melanggar larangan Allah swt.
Semoga kita diberi istiqamah dalam memelihara ghirah fiddin ini. Amin

*Disarikan ceramah dari Al Ustadz Muhammad Aniq, Lc, MA
dengan perubahan*

Hidayah Seorang Penggalian Kubur

Kisah ini di ceritakan oleh syaikh Hisyam Al-Burhani dalam ceramahnya.

Beliau bercerita, Aku ceritakan sebuah kisah, di tempat kita di Damaskus ada pekuburan “Dahdah”, pekuburan terkenal dan disitu tempat di makamkannya para ulama, para pejuang, dan para syuhada, semua yang tahu Damaskus pasti tahu kuburan ini. Disana ada seorang lelaki penggali kubur, lalu suatu hari datanglah seorang wanita, ia meminta kepada si penggali kubur sebuah galian, dan galian pun dibuat, satu jam kemudian datanglah jenazah yang tidak diiringi banyak orang hanya beberapa lelaki saja, jenazah itu di turunkan ke tanah, peti pun di buka dan jenazah itu di diturunkan kedalam kubur, dan si penggali kubur menerima jenazah tersebut, ketika hendak meletakkan jenazah tersebut, tiba-tiba kuburan itu terbuka lebar dan berubah menjadi taman surga, lalu ia juga melihat ada dua orang lelaki berkuda datang menghampiri dan membawa jenazah itu pergi, lelaki penggali kubur itu tiba-tiba pingsan karena melihat kejadian aneh tersebut, dan orang-orang di sekitarnya tidak melihat apa2 hanya dia sendiri yang melihatnya, lalu mereka percikan air kepadanya dan diangkatlah dia dari kubur.

Mereka bertanya ; ” engkau kenapa? “ lelaki itu menjawab ;” Demi Allah aku telah melihat begini, begini dan begini ( ia ceritakan)
Lalu mereka katakan : mungkin itu hanyalah halusinasi ” lalu mereka pergi dan meninggalkannya.

Beberapa bulan kemudian, si wanita datang kedua kalinya dan ia meminta agar si penggali kubur membuat galian, setelah di gali, mayit pun tiba dan langsung di turunkan ke dalam kubur, lalu ketika si penggali kubur hendak meletakkannya, ia melihat kejadian aneh lagi, ia melihat taman surga dan ia juga melihat dua malaikat datang dan mengambil mayit itu, akan tetapi kali ini si penggali kubur tidak pingsan, dan ia segera keluar dan mengejar si wanita tadi.

Ia bertanya ; ” Siapa kamu wahai wanita?, dan darimana kamu berasal?”. Lalu wanita itu menjawab ; ” Aku tertimpa musibah, mayit ini adalah anakku dan sebelumnya juga aku punya anak dan aku kehilangannya beberapa bulan yang lalu.” ( penggali kubur) ; ” Oh kamu yang mempunyai dua anak laki-laki itu.” ( Wanita) ;” Iya memangnya kenapa?” ( Penggali kubur) ;” Demi Allah aku melihat kejadian yang aneh, yang pertama ketika ku masukkan dia kedalam kubur terbukalah taman-taman surga dan yang kedua juga sama, apa amalan kedua anakmu itu? , sehingga Allah memperlakukan keduanya seperti ini, mereka mendapat kemuliaan yang agung.” ( wanita menjawab) ;” Anak yang pertama dia adalah seorang pencari ilmu dan anak kedua bekerja sebagai tukang dan memberikan kepada saudaranya semua biaya menuntut ilmu, maka Allah membalas keduanya, pencari ilmu dan orang yang membiayai ya Allah perlakukan keduanya sebaik ini.

Dan setelah si penggali kubur melihat kejadian itu dan merasa puas mendengar jawaban wanita tadi, ia tinggalkan kuburan dan segera pergi menuju masjid at – taubah dan disana ia menemui seorang syaikh dan ia berkata kepadanya ; ” Aku ingin menuntut ilmu.”, lalu syaikh itu berkata ; ” Bagus, sekarang umurmu 45 – 50 tahun, kau lupakan hidupmu tanpa mencari ilmu, dan sekarang engkau baru mau mencari ilmu, mengapa?” lalu lelaki itu menceritakan kejadian itu sampai ia bisa pergi menemui syaikh tersebut.

Lalu mulailah ia mencari ilmu ia menghafal kan beberapa matan dan seterusnya, dan ia juga mulai sibuk dengan ilmu sampai ia menjadi salah satu dari ulama besar yang bernama Syaikh Abdurrahman Al – Haffar, salah satu ulama besar Damaskus, dan semua keluarganya setelah itu menjadi para penuntut ilmu dan yang terakhir ialah Syaikh Abdurrazzaq Al – Haffar, salah satu ulama besar Damaskus.

Dan di akhir Syaikh Hisyam Al-Burhani mengatakan ; Inilah kisah yang aku bawakan kepada kalian, untuk memberi kabar bahwa seorang penuntut ilmu akan diperlakukan seperti itu oleh Rabbnya, tapi itu jika niatnya benar, tidak mencari ilmu dengan tujuan ijazah, tidak mencari ilmu agar di sebut ‘alim, tidak mencari ilmu agar punya gaji untuk hidup di dunia, itu semua tujuan duniawi sebagai tujuan belakang akan tetapi tujuan utama adalah untuk mentaati perintah Allah, dari wahyu pertama dari kitab Allah yaitu firman Allah :

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.s Surat Al-Alaq:1-5)

Yesus dan Isa, Apakah Mereka Sama?

Sebagai muslim kita mengenal seorang sosok nabi yang bernama Isa dan di sisi lain, agama Kristen mengenal sosok “firman Allah” bernama Yesus. Banyak orang yang mengatakan bahwa dua sosok ini adalah pribadi yang sama, namun tidak sedikit yang menyangkalnya. Pertanyaannya apakah mereka satu pribadi atau pribadi yang berbeda sama sekali?

Dalam kisah Isa kita dapati kisahnya bermula dari “Imraatu Imron” yang berdoa pada tuhan untuk memberinya keturunan, tatkala ia mengandung ia menadzarkan agar “putranya” kelak menjadi pelayan di baitul maqdis, namun yang ia dapati adalah seorang putri yang ia beri nama “Maryam”. Tak ingin mengingkari janjinya pada tuhan, ia serahkan anaknya pada pengasuhan Zakariya.

Selama di pengasuhannya ia dapati banyak keajaiban yang ia lihat, yang membuatnya semakin yakin bahwa keajaiban tuhan yang semoga segera diberikan padanya, hingga istrinya yang mandul mengandung Yahya yang kelak akan menjadi saksi atas dakwah Isa.

Kisah Isa diakhiri di Alquran dengan pengangkatannya ke langit untuk menyelamatkannya dari penyaliban serta untuk menyelesaikan misinya kelak di akhir zaman, namun bukan sebagai nabi.

Sedang di tradisi Kristen kisahnya tak jauh berbeda untuk beberapa segmen kehidupan beliau. Bermula saat santa Anna memohon pada tuhan untuk memberinya keturunan dan kelak ia nadzarkan untuk menjadi pelayan di bait tuhan, namun harapannya agak bergeser karena yang ia dapati adalah seorang putri yang ia beri nama Maria. Maria kecil hidup dalam pengasuhan Zacharias, seorang pelihat. Di pengasuhannya ia melihat Maria yang memiliki banyak keajaiban yang membuatnya semakin semangat untuk meminta keturunan pada tuhan.

Permohonannya dikabulkan oleh tuhan, Elizabeth mengandung Yohanes yang kelak akan membabtis Yesus dan mendukung misinya.

Kisah Yesus berakhir dengan penyalibannya di tiang salib, sebagai tebusan bagi dosa umat manusia.

Kedua kisah ini terdengar mirip, Kalaulah mereka berdua satu pribadi mengapa namanya berbeda?

Saya akan membawa anda ke 2000 tahun yang lalu tepat di tanah Palestina di mana sosok yang kita bahas ini dilahirkan.

Sebelum kita bahas, anda harus tahu bahwa Yesus dan Isa bukanlah nama asli dari sosok ini! Mengapa?

Di kala itu, Palestina di bawah jajahan Romawi dan Yahudi adalah suku yang disandang olehnya serta saat itu masyarakat Palestina berbahasa Aram untuk berkomunikasi.

Dari sini kita tahu bahwa dimasa itu ada tiga bahasa yang dipakai sehari hari, bahasa latin sebagai bahasa pemerintahan, bahasa Aram sebagai bahasa sehari hari, dan bahasa Ibrani sebagai bahasa keagamaan. Jadi seharusnya nama beliau berasal dari bahasa Ibrani atau Aram, agak aneh jika nama beliau berbunyi dialek Arab ataupun latin yang menjajah negeri mereka.

Jadi siapakah nama beliau? Beliau memiliki dua panggilan satu nama dalam bahasa Aramik dan satunya lagi dalam bahasa Ibrani. Dalam bahasa Aramik (dengan nama inilah beliau dinamai) beliau dipanggil isho mesikha (ܫܘܿܥ ܡܫܝܼܚܐ) sedangkan dalam bahasa ibrani vokal “i” pada nama beliau diubah dalam menjadi konsonan “y” sedangkan vokal “o” diubah dalam huruf “w” sehingga nama beliau jika dibaca tanpa niqqud maka akan berbunyi “Y-S-W” sehingga memiliki dua cara baca dalam bahasa ibrani, bacaan pendek akan berbunyi “yoshua” dan bacaan panjang akan berbunyi “yehosua” (יְהוֹשֻׁעַ‎). Namun nama Aramiklah yang diyakini sebagai nama asli beliau karena bahasa Aramik adalah bahasa ibu beliau sedangkan untuk beliau bahasa Ibrani beliau hanya sekedar paham tapi tidak berdialog dengan bahasa tersebut.

Kemudian, bagaimana nama beliau bisa menjadi Isa dan Yesus?

Alquran memilih nama Isa yang diambil dari kata isho karena beliau menggunakan bahasa Aramik untuk percakapan sehari hari. Karena dalam vokal Arab tidak memiliki huruf “o” maka posisinya digantikan oleh vokal “a” sehingga dibaca “Isa” (عيسى).

Sedangkan kata Yesus itu berakar dari bahasa Ibrani Yeshua yang diucapkan dalam dialek latin, kemudian karena agama Kristen berkembang pesat di tanah Eropa maka secara tidak langsung beliau menjadi orang yang dihormati, sedangkan menurut aturan bahasa latin bahwa setiap pria yang dihormati akan ditambahkan huruf maskulin “S” dibelakang namanya sehingga dibaca Ἰησοῦς (Iēsous/yesus).

Dapat kita simpulkan bahwa Isa dan Yesus adalah sosok yang sama, hanya saja dengan penyebutan dialek yang berbeda.

Oleh Bilal alumni diibs 2

Kehadiran Da’i Disambut Antusias Oleh Masyarakat Bukit Menoreh Untuk mendidik Generasi Muda

Sejumlah tokoh masyarakat Sayam pedukuhan Sonyo Jatimulyo yakni Bapak Tukirin menilai, keberadaan da’i pengabdian merupakan sebuah kebahagiaan karena mereka menjadi bagian penggerak pejuang perubahan yang sangat diperlukan bagi kalangan komunitas, majelis taklim maupun masyarakat yang tinggal di lereng perbukitan khususnya Sayam Sonyo Jatimulyo.

Akses jalan hanya bisa untuk kendaraan bermotor saja, sehingga untuk mobil atau kendaraan lainya harus berhenti di ujung jalan dan harus berjalan kaki sekitar 1 kilometer sekitar 15 menit. Wilayah ini beberapa tahun lalu masih tergolong menjadi wilayah terpencil atau pedalaman karena tergolong minimnya akses.
Namun seiring dengan menetapnya kiprah dai yang concern untuk mengajar ngaji anak-anak, remaja dan orang tua sangatlah penting pengaruhnya hingga sekarang.

Pada realitanya, kunci sinergi dan kolaborasi antara da’i, masyarakat dan lingkungan setempat adalah pintu kesuksesan dan kemajuan yang harus terbangun tertata secara apik dalam rangka mengembangkan sayap dakwah terutama di daerah pedalaman yang sama sekali tidak tersentuh indahnya hidup dalam naungan islam terlebih jejak historis sebelumnya memang banyak kalangan muallaf yang sejak tahun 1980-an namun minim pembinaan.

Sosok Ust Nurwanto dan Ust Fahrul adalah salah satu potret da’i yang kini masih berkhidmat membersamai masyarakat. Kehadirannya juga sangat berpengaruh untuk memberikan sumbang sih terhadap kemajuan lingkungan setempat karena tak sedikit peran mereka untuk memberikan ilmu demi menyiapkan masa depan lingkungan dan generasi yang lebih baik. Kegiatan berbasis sosial dari berbagai kalangan pun turut memberikan sumbangsih baik secara materi maupun lainya demi membangun kesadaran dakwah dan umat Islam dengan kepedulian hingga pelosok negeri. Memang bukan untuk pertama kalinya baru-baru Tanmia Foundation mengadakan kegiatan serah terima wakaf sumur yang sekaligus menghimpun para tokoh masyarakat dan pedukuhan setempat, Jum’at ( 30/10/2020).

Nurwanto, adalah potret seorang da’i yang mulanya ditugaskan berdakwah dari akademi Al-Qur’an Forum Aktivis Masjid untuk daerah tugasan di Sayam Sonyo ini tak mengira hingga akhirnya resmi menjadi da’i lokal yang menetap dengan hubungan perkawinan dengan masyarakat setempat sejak beberapa tahun lalu.

Kendati lika-liku perjalanan dakwah masyarakat di Perbukitan Menoreh salah satu kawasan tertinggi di wilayah Girimulyo Kulon Progo, ia mengatakan, berdakwah di kawasan pedalaman seperti ini sudah pasti banyak tantangan dan rintangan namun Bismillah dengan niat keikhlasan justru semakin membuat termotivasi untuk meneruskan risalah kenabian menguatkan pilar-pilar dakwah layaknya tebing kapur Menoreh yang tegak kokohnya menjulang ke atas. Tugas ini adalah kemuliaan sebagai tugas ilahi “dakwah illaaah” seperti tugas yang disampaikan para Nabi dan Rasul.

“Kondisi alam Sonyo yang menantang, seperti hawa dingin yang menusuk juga medan yang terjal, licin, dan menanjak menjadi tantangan setiap hari bagi para dai di pedalaman,” kata Ust Nur akrab dipanggilnya.

Tukirin, Bapak Pedukuhan sekaligus tokoh masyarakat Sonyo juga menyampaikan kehadiran para dai di lingkungannya memberikan pencerahan dan pengetahuan agama yang benar bagi sekitar puluhan penduduk yang notabene masih awam kendati berpuluh-puluh tahun menjadi muallaf karena minimnya pembinaan.

Pernyataan Tukirin juga dinyatakan Ibu Pairin warga asli yang aktif mengikuti kegiatan majelis taklim di Masjid At-Taubah Sayam, menurutnya, para da’i sangat baik keberadaanya dan dapat berbaur dengan masyarakat setempat tanpa pilih kasih bahkan kepada penduduk non-Muslim ( Budha ) sehingga kegiatan dakwah mereka mudah diterima dan saling memahami arti toleransi dan hubungan sosial kemanusiaan kekeluargaan.

“Kami memang menginginkan dai-dai tetap berada di tempat kami, bahkan ketika mereka mau pergi kami merasa kehilangan karena rasanya sudah erat tali kekeluargaanya layaknya keluarga yang sudah terjalin ditambah juga agar keadaan kami lebih baik secara pemahamn keislamanya disini, ” ujar Pairin yang juga tokoh masyarakat setempat.

Program Sosial Tanmia Foundation melalui Wakaf Sumur setidaknya menjadi inspirasi dan menjadi pilihan ummat untuk mendukung para da’i-da’i tangguh yang sudah berkhidmat mewakafkan dirinya melebur bersama ummat di berbagai pedalaman masyarakat dimana mereka ditempatkan.

Keberadaan da’i yang ditempatkan bukan karena pilihan kekosongan pekerjaan tapi menjadi pelayan-pelayan khidmatul ummah yang senantiasa mengarahkan kaumnya menjadi kaum pilihan menuju tempat keberkahan yang bernaung dalam Rahmat Allah sesuai cita-cita impian baldatun thoyyibatun warabbun ghofur.

Para da’i yang mengabdikan dirinya berdakwah di pedalaman negeri memang kiprahnya jauh dari sorot publikasi namun demikian jiwa ketulusan dan keikhlasan layaknya diapresiasi secara layak sebagai penerang ummat dengan ilmunya dari kegelapan.

Kehadiran terbentuknya Formasta ( Forum Remaja Masjid At-Taubah itu, juga menjadi lebih kreatif dengan peran kehadiran dua da’i yang berdakwah di pedalaman Sayam Sonyo tersebut. Bukan kegiatan sekedar rutinitas kajian keislaman semata juga pada kegiatan bersih-bersih masjid sekitar, lifeskill seperti budidaya lebah klanceng, hidroponik, barber shop pangkas rambut dan kegiatan positif lainya yang menjadi dorongan bagi generasi pemuda-pemuda Islam khususnya di pedesaan untuk terus bersemangat dalam segala bingkai aktivitas dakwah di lingkungannya.

“Berdakwah bukan merupakan tugas da’i sebagai seorang muslim semata. Tapi mereka juga berperan untuk menyiapkan generasi penerus muda Islam seperti di pedalaman ini harus dengan menyatukan semua potensi. Kehadiran dai di pedalaman ini setidaknya mendorong bagi generasi muda untuk terus berkiprah dalam pergaulan positif”, ujar harapan Kamto yang juga pengurus sekretariat Omah Ilmu berdampingan dengan Masjid At-Taubah Dusun Sayam Sonyo Jatimulyo Kulon Progo. Barakallahufiekum.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Serah Terima Wakaf Sumur : Paket Instalasi Filter Air untuk Warga Dusun Sayam Sonyo Jatimulyo Kulon Progo

Hajat hidup akan akan kebutuhan air bersih adalah kebutuhan primer setiap orang. Dimana pun tempat dengan segala situasi dan kondisinya ketergantungan akan air adalah kebutuhan yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Alam menyajikan keindahan dengan keberagamaan salah satunya sumber-sumber mata air penduduk di perbukitan Menoreh Kulon Progo khususnya Sayam Sonyo Jatimulyo.
Alam terus berubah seiring kemajuan ilmu dan teknologi begitu pun sumber mata air yang ada juga banyak yang surut menipis bahkan ada juga yang hilang. Dan yang sudah menjadi familiar adalah kandungan kapur yang tinggi di wilayah ini. Untuk keperluan air minum pun harus mengandalkan air dari isi ulang yang rendah kadar kapurnya dari tempat lain tapi tidak dipungkiri karena satu dilain hal masih minimnya tingkat ekonomi sebagian besar dari warga mau tidak mau harus mensiasati dengan merebusnya terlebih dahulu lalu diendapkan beberapa waktu sebelum akhirnya dikonsumsi.

Selain mendesaknya kebutuhan air minum konsumsi yang aman dan layak maka pengadaan wakaf sumur melalui paket instalasi filter air – water treatment diharapkan menjadi solusi yang lebih baik dan jangka panjang.

Hal ini jugalah salah satunya yang melatarbelakangi Tanmia Foundation untuk memasang paket instalasi filter air melalui gerakan program wakaf sumur.

“Betapa penting dan vitalnya sarana air inilah yang selama ini dikeluhkan warga hingga saat ini”, ujar Tono salah satu warga yang ikut membantu dalam pemasangan instalasi.
“Air yang ditampung di Masjid At-Taubah selama ini setidaknya mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat juga kegiatan ibadah sepanjang waktu. Sehingga air adalah kebutuhan utama yang tak bisa tergantikan dengan yang lain. Sehingga wakaf sumur melalui paket instalasi filter air dari Tanmia Foundation diharapkan sangat membantu masyarakat,” jelas Ust Nur yang sehari-hari menjadi imam shalat berjama’ah.

Sebelum pemasangan filter air memang bisa dipastikan saluran pipa air yang dipasang sejauh 1,5 KM ini sudah memiliki debit air yang baik dan jernih. Selain untuk kegunaan keperluan ibadah jamaah masjid, air yang telah difilter ini juga diperuntukkan untuk para warga dan jama’ah setempat yang berkisar 30-an KK. Jerigen-jerigen air pun sudah disiapkan untuk digunakan masing-masing warga yang mau mengambil sepuasnya.

Serah terima secara simbolis wakaf sumur melalui paket Instalasi Filter Air – water treatment dari para muhsinin melalui Tanmia Foundation diserahkan langsung kepada Sukamto selaku ketua Takmir pada Jumat (30/10/2020) di Masjid At-Taubah Dusun Sayam Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulonprogo.

Sekalipun acara sederhana ala kadarnya namun tidak mengurangi semaraknya acara serah terima penyerahan. Bahkan suasana lebih khidmat serasa bahagia dengan hadirnya bapak-bapak, ibu-ibu, remaja dan anak-anak setempat yang tak ingin kalah melewatkan begitu saja acara tersebut berlangsung.

Apresiasinya dan ungkapan terimakasih kepada Tanmia Foundation menggema dari jamaah yang hadir terutama kepada para muhsinin yang telah terketuk pintu hatinya menggerakkan harta dermanya untuk memberikan perhatian lebih pada para jama’ah selama ini.

“Pilihan amal sholeh yang strategis diambil oleh para muhsinin dengan berdonasi melalui wakaf sumur, setidaknya tetesan demi tetesan air yang saat ini sudah beroperasi untuk warga adalah berbalik menjadi tetesan – tetesan pahala yang akan terus mengalir pada pewakifnya seiring aliran berjalannya air dari puncak sumbernya”, ungkap Pairin salah satu tokoh warga setempat sembari mengabadikan moment serah terima simbolis. Instalasi ini memang sudah dinanti-nantikan sehingga terasa bermanfaatnya dan berharap semoga berkelanjutan panjang kemanfaatannya,” harap Pairin dengan mimik ceria bahagianya.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id