Al-Qur’an Sangat Dibutuhkan di Madrasah Pulau Bais, Kecamatan Pulau Pulau Batu Timur

“ Minat baca dan belajar agama masyarakat pesisir pulau Bais ini cukup tinggi tapi bahan bacaan jarang kami dapatkan apalagi Al-Qur’an terjemahan yang seperti ini…“ Itulah ungkapan dari Eddy Kepala Desa Bais yang juga pengurus yayasan pendidikan agama islam di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Tarbiyatul Hasanah, Pulau Bais Kecamatan Pulau-Pulau Batu Timur Nias Selatan.

Eddy juga sebagai inisiator dan pelopor yang berusaha berjuang memajukan desanya dengan mendirikan madrasah dan dinniyah setelah berpuluh-puluh tahun tidak ada kepedulian terhadap berdirinya sekolah berbasis agama padahal mayoritas penduduk pulau Bais adalah muslim.

Tanmia Foundation menyalurkan sebanyak 100 Al-Qur’an dan Iqra’ yang didistribusikan ke jama’ah masjid, guru dan siswa madrasah serta santri dinniyah. Letak geografis pulau Bais yang cukup jauh dan seringnya gelombang tinggi menjadi kesulitan tersendiri untuk bisa menjangkaunya.

Perjalanan ke Pulau Bais bisa ditempuh 3 jam dari Pulau Tello menggunakan kapal kayu karena ini satu-satunya kendaraan ke pulau yang berada di Pulau – Pulau Batu Timur. Sering kali akses komunikasi terkendala karena masalah jaringan tapi inilah suasana alami kepulauan yang kami temui hampir diberbagai pemukiman kampung pesisir di kepulauan di Nias. Al-Qur’an sangat dibutuhkan di Pulau Bais mengingat kegiatan belajar mengajar setiap hari Senin sampai hari Jum’at diawali dengan kegiatan program tadarus Al-Qur’an yang diikuti seluruh siswa.
Saat ini ada 90 murid yang belajar di madrasah dipagi hari dan sekaligus juga mengikuti program dinniyah disore hari.

Jumlah Qur’an yang disalurkan Tanmia Foundation memang jauh dari cukup tapi setidaknya dapat memupuk semangat anak-anak kami belajar agama lebih baik lagi”, ucap Arsan salah satu walimurid yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan.

Penyerahan wakaf Qur’an diserahkan ke pihak madrasah dengan didampingi kepala desa langsung beserta segenap murid dan dewan guru. Tampak raut antusias dan gembira saat serah terima wakaf Alquran yang diberikan oleh Tanmia Foundation ini.

“Kendati masih berada di wilayah Kepulauan Nias Selatan tapi letak pulau Bais ini dominan dihuni suku Minang dan Melayu karena memang kondisi geografis pulau ini lebih dekat dengan wilayah Air Bangis Pasaman Sumatera Barat dengan jarak tempuh perjalanan sekitar 5-6 jam dibanding ke Nias yang memakan waktu 10-12 jam,” ungkap Eddy selaku kepala desa Bais yang memfasilitasi kedatangan Tim Tanmia Foundation.

“Semalam dalam keheningan dan kegelapan inilah potret kehidupan di pulau Bais. Yang selama ini warga hanya mengandalkan penerangan dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) milik Masjid. Selain kapasitas terbatas, operasional bahan bakarnya pun melambung harganya”, terang Husnul Ikhlas pada Tim Tanmia (12/11/2018).

Lebih jauh lagi Ikhlas mengungkapkan, durasi penerangan dari PLTD Masjid juga sangat terbatas. Rumah-rumah penduduk mulai diterangi lampu pada pukul 18.00 WIB hingga 21.30 WIB. “Jadi nyalanya selama 3,5 jam saja. Sungguh prihatin namun kesabaran yang membuat senantiasa bertahan. Usai diesel padam maka warga tak sedikit yang beralih menggunakan lampu kecil bersumbu. Ada juga yang menggunakan lampu tenaga surya namun juga sebagian itu pun tidak berfungsi bertahan lama.

“Ada 200 KK penduduk muslim di Pulau Bais, baik di Desa Bais maupun Desa Bais Baru yang sebagian besar menjadi jama’ah Masjid Al Azhar satu-satunya masjid di pulau Bais yang berdiri sejak tahun 1960-an”, ujar Husnul salah satu warga setempat yang sehari-hari menjadi penyuluh kesehatan di Pustu Pulau Bais.

Tingkat kesadaran pendidikan pun juga masih rendah, tak jarang hanya sampai tingkat dasar saja. Jadi anak – anak usai tamat sekolah dasar langsung terjun berlabuh melaut menjadi nelayan. Faktor ekonomi dan kesejahteraanlah yang menjadi kendala selama ini untuk mereka bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dalam hal ini, kedatangan Tim Tanmia Foundation juga dalam rangka sosialisasi adanya pendidikan pesantren yang masih dibawah naungan yayasan Tanmia ataupun jejaring pesantren lainya yang diharapkan dapat menjaring kader-kader anak-anak potensial asal daerah pedalaman agar kelak bisa melanjutkan pendidikan di pesantren nantinya.

Dahulu sumber daya alam laut di Pulau Bais cukup besar namun masih jauh panggang dari api untuk membuat kesejahteraan dan perekonomian masyarakat meningkat selain itu kerusakan alam pun makin bertambah akibat ulah tangan-tangan tak bertanggung jawab sehingga semakin menyulitkan keadaan kondisi masyarakat. Hanya berharap pada generasi penerus sajalah mampu memberikan pembaharuan untuk masa depan di Pulau Bais bisa semakin lebih baik apalagi dengan memprioritaskan aspek nilai-nilai dakwah dan pendidikan berbasis agama yang perlahan-lahan harus mulai diperhatikan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Saat Setan Berpidato

Pidato adalah salah satu cara untuk menyampaikan buah pikiran, himbauan, ancaman, kecemasan hingga pembelaan diri, pidato dinilai sangat efektiv bila disampaikan untuk mendapatkan tujuan – tujuan tertentu yang dinginkan karena para hadirin biasanya sudah siap untuk mendengarkan apa yang akan disampaikan.

Pidato sering dipakai orang untuk tujuan – tujuan yang ingin dicapainya baik itu tujuan yang baik maupun tujuan yang tidak baik, ternyata setan laknatullah alaihim juga punya kemampuan pidato yang cukup hebat, menurut Imam Al Qurthuby dalam tafsirnya setan naik mimbar di dalam neraka menyampaikan pembelaan dirinya karena semua manusia di neraka menyalahkan setan, akibatnya setan merasa sumpek dan resah, tanpa fikir panjang ia pun naik minbar untuk menyampaikan pembelaan untuk dirinya sendiri, kepanikan setan bukan tak beralasan, ia sudah babak belur diazab di neraka jahannam ditambah lagi semua manusia di neraka mencela dan mencaci maki setan setiap waktu, sehingga penderitaan setan di neraka berlipat lipat rasa sakitnya.

Setan ingin menyudahi cacian dan makian ini semuanya, ingin berlepas diri dari amukan masa di neraka, kejadian yang unik ini dikisahkan oleh Allah ta’ala dalam Al Qur’an, firman Allah:

((وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدتُّكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُم مِّن سُلْطَانٍ إِلاَّ أَن دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلاَ تَلُومُونِي وَلُومُواْ أَنفُسَكُم مَّا أَنَاْ بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِن قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ)) سورة ابراهيم آيه (22).

Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih (QS Ibrahim: 22).

Ayat ini secara jelas menceritakan bagaimana ahli maksiat sepakat seiya sekakata untuk komplain kepada setan, pasalnya mereka beranggapan mereka bisa jatuh ke dalam lumpur maksiat penyembabnya tidak lain adalah gangguan setan, setan harus bertanggung jawab kepada mereka, karena setan mereka jadi masuk neraka.

Tidak terima sedikitpun dengan segala tuduhan itu, setan membela diri dalam pidatonya di dalam neraka yang suaranya bisa didengar oleh semua orang di neraka, bila kita buat ringkasan atas pembelaan setan untuk dirinya sendiri itu dapat kita sederhanakan sebagai berikut:

1. Allah telah berjanji kepada kalian untuk mereka yang berbuat kebajikan di dalam kitab yang telah diturunkan melalui para Nabi namun kalian lebih percaya dengan janji – jaji palsuku.
2. Aku hanya mengajak kalian, lalu kalian mau dan menenuhi ajakan ku itu, padahal aku tidak punya kekuasaan memaksa kalian untuk menuruti apa mauku.
3. Karena maksiat yang kalian lakukan adalah keinginan kalian sendiri maka jangan sekali – kali kalian mencela aku, tapi cacilah diri kalian sendiri.
4. Kalian melakukan kesyirikan dan kekufuran sesuai dengan kehendak kalian sendiri, padahal aku sendiri mengingkari kekufuran yang kalian lakukan karena aku percaya Allah sebagai tuhan yang menciptakan.
5. Aku tidak bisa menyelamatkan kalian dari azab Allah oleh sebab itu selamatkanlah diri kalian sendiri, aku tidak peduli dengan kalian.

Di dalam Al Qur’an banyak sekali ayat – ayat yang mengingatkan manusia agar tidak terbuai oleh bujuk rayu setan untuk berbuat maksiat dan kezaliman, setan sering mempercantik kemaksiatan, sehingga perbuatan buruk menjadi bagus dan baik – baik saja dalam pandangan manusia, padahal ia mendatangkan kemurkaan Allah taala.

يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ ۖ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا

Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka (QS Annisa:120).

Allah memberikan peringatan kepada manusia bahwasanya setan adalah musuh yang harus diwaspadai.

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala (QS Fathir: 6).

Allah ta’ala juga mengingatkan bahwasanya setan bukan hanya musuh manusia tapi ia juga musuh para Nabi dan Rasul.

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ (112) الأنعام.

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS Al An’am:112).

Semoga Allah menjaga kita dari tipu daya setan, karena tanpa karunia, lindungan dan penjagaan Allah manusia tidak bisa berbuat apa – apa.

Lihat firman Allah ta’ala:

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا

Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, pastilah kamu mengikuti syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). ( QS Annisa:83).

Hidup Membawa Manfaat Ala Rasulullah

Oleh : Iqbal Subhan Nugraha
—————————————-
1⃣. Tak Syak lagi bahwa Kanjeng Rasul Muhammad -Shallallahu ‘Alaihi Wasallam- adalah utusan Allah -Subhanahu Wata’ ala- yang paling mulia di kolong langit ini. Beliau adalah qudwah untuk semua umatnya.

2⃣. Diantara yang patut ditauladani adalah bahwa beliau hadir membawa maanfaat untuk selainnya (menjadi Siroj Munir : cahaya yang menerangi). Sangat jelas Allah firmankan tentang hal ini dalam Al-Ahzab 45-46.

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّبِیُّ إِنَّاۤ أَرۡسَلۡنَـٰكَ شَـٰهِدࣰا وَمُبَشِّرࣰا وَنَذِیرࣰا * وَدَاعِیًا إِلَى ٱللَّهِ بِإِذۡنِهِۦ وَ سِرَاجࣰا مُّنِیرࣰا)

Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,

Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi

3⃣Fakta Rasul hadir membawa keberkahan dan manfaat :

A. Keberkahan untuk keluarga Halimah As-Sa’diyyah

Halimah (yang berarti lemah lembut) menjadi ibu susuan untuk Muhammad kecil. Keberadaan Muhammad kecil memberi berkah kepada keluarga Halimah, bahkan bagi kabilahnya.

Semula, Halimah hidup serba kekurangan. Tapi semenjak mengasuh Rasulullah, kehidupan rumah tangga Halimah berubah total. Keluarga tersebut kini hidup penuh kedamaian, kegembiraan, dan berkecukupan.

Dua tahun kemudian, Halimah membawa Muhammad kecil mengunjungi ibunya. Halimah memohon agar Muhammad diizinkan tinggal kembali bersama Bani Sa’ad. Aminah pun menyetujui.

Selama empat tahun Muhammad bersama mereka kembali. Dusun itu bertambah keberkahan. Domba-domba yang dipelihara Halimah menjadi gemuk dan banyak memberikan air susu walaupun rumput di daerah mereka tetap gersang.

Karena itulah, warga menyuruh anak-anak menggembalakan domba-domba mereka di dekat domba milik Halimah. Harapannya agar domba milik mereka bisa berubah gemuk dan mengeluarkan banyak susu.

Selain itu, saat mengambil Muhammad sebagai anak susuan, susu Halimah bertambah banyak. Ia pun heran. Sebab, selama ini susunya bukan tidak ada tapi tidak begitu banyak. Namun, semenjak mengasuh anak Fatimah, air susunya berlimpah.

Anehnya lagi ketika sudah menyusu di susu sebelah dan hendak diberikan sebelah lain lagi, Muhammad menutup mulut kuat-kuat. Halimah faham Muhammad menginginkan susu yang sebelah adalah untuk saudara sesusuannya, Damrah.

B. Yatsrib menjadi Madinah

Salah satu makna Yatsrib atau Tatsrib (Yusuf : 92) adalah cercaan, kesalahan atau dosa. Setelah kedatangan Rasul kesana, berubahlah namanya menjadi Al-Madinah Al-Munawwaroh (Kota yang diterangi). Jadi perubahan nama Tatsrib itu bukan hanya berubahan secara lafdzh, tapi juga perubahan secaraitu merupakan perubahan makna, yaitu dari kegelapan menuju cahaya, dari masa jahiliyah menuju peradaban Islam.

4⃣. Mari kita sebagai umat Muhammad menghadirkan manfaat di tengah2 orang lain.

وَالَّذِي نَفْسُ ‏ ‏مُحَمَّدٍ ‏ ‏بِيَدِهِ إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ ‏ ‏لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِر ولم تُفْسِد

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sesungguhnya perumpamaan mukmin itu bagaikan lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik. Ia hinggap (di ranting) namun tidak membuatnya patah dan rusak” (HR Ahmad dan dishahihkan oleh Ahmad Syakir).

Keutamaan Para Sahabat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam

Menyakini kutamaan dan kemuliaan sahabat Nabi shallallahu alai wasallam adalah bagian dari aqidah ahlusunnah wal jamaah, banyak ayat – ayat yang menyebutkan kemuliaan mereka dan sunnah yang mutawatir pun menceritakan fadhilah mereka, Allah lah yang memilih orang yang akan diberi kemuliaan risalah dan menyampaikannya kepada seluruh alam, lalu Allah memilih juga tempat yang nantinya menjadi lahan untuk menyampaikan risalah tersebut, kemudian Allah juga memilih orang – orang yang akan menemani dan membela Rasulullah shallallahu alai wasallam saat menyampaikan dakwah, Allah lah yang maha tau siapa yang paling layak menyampaikan risalah islam ini, di mana tempat yang paling bagus untuk menyampaikannya serta siapa saja yang akan menerimanya, Allah berfirman:

اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ( الأنعام/ 124).

Sesungguhnya Allah yang maha tau dimana ia turunkan risalahNya (QS Al An’am: 124).

Ibnu Qayyim berkata:
Allah taala yang maha tau dimana risalah itu sebaikanya diturunkan dan siapa yang paling layak mewariskan perjuangan risalah tersebut, dan Dialah Allah yang Maha Tahu pula siapa yang paling sanggup untuk mengemban amanah ini agar disampaikan kepada seluruh hambaNya dengan amanah dan nasehat, memuliakan risalahnya serta mengamalkan isinya, bersabar dalam melaksanakannya, serta bersyukur dengan nikmatnya (Thariqul Hijratain).

Allah berfirman:

( مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً ) الفتح/29.

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS Alfath:29).

Salah satu hal yang sangat penting adalah meninggikan derajat para sahabat, karena Allah telah bersaksi tentang kesucian hati mereka, keteguhan iman mereka, ini kesaksian yang agung dari Allah taala, tidak mungkin bisa didapatkan oleh orang lain setelah putusnya wahyu dari langit.

( لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحاً قَرِيباً ) الفتح/18

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).

Peristiwa janji setia di bawah pohon yang kemudian dikenal dengan “baiatu ridwan” ikut dalam sumpah setia ini sekitar 1.400 orang sahabat Nabi shallallahu alai wasallam di wailayah Hudaibiyah, merujuk ayat di atas Allah menyebutkan Allah sudah tau isi hati mereka, berupa kejujuran, kesetiaan, mendengar perintah dan mentaati perintah Allah dan Rasulnya. (Tafsir Ibnu Katsir).

Karena Allah mengetahu isi hati mereka, ketaatan, kesetiaan, kejurun dan kesungguhan mereka dalam berjuang maka Allah memilih mereka untuk mendampingi dan membela dakwah Nabi shallallahu alai wasallam.

Lihat apa yang sebutkan oleh sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu tentang para sahabat Nabi “barang siapa di antara kalian yang ingin mencari teladan maka hendaklah ia meneladani orang – orang yang telah wafat,
Mereka adalah sahabat – sahabat Nabi Muhammad, mereka ada manusia terbaik ummat ini, paling bersih hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit membebani diri dalam ibadah, mereka dipilih Allah untuk mendampingi Nabi utusanNya, untuk menegakkan agamaNya, kenalilah keutamaan – keutamaan mereka, ikutilah jejak mereka, berpeganglah semampu kalian pada akhlaq dan agama mereka, sesungguhnya mereka berada di jalan yang lurus. (Jami’ bayan fadhli ilmi wa adabihi, Ibnu Abdil Barr).

Mengapa kita harus meniru mereka yang telah wafat Dalam hal ini adalah sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam?! karena orang yang masih hidup tidak mungkin terlepas dari fitnah (ujian dan cobaan) bisa jadi dengan ujian dan cobaan tersebut ia akan berubah pendirian, sehingga orang – orang yang telah meniru mereka akan kecewa.

Allah telah menjanjikan surga dan kenikmatan abadi untuk kaum Muhajirin dan Anshar di dalam ayat – ayat Al Quran yang dapat dibaca manusia hingga hari kiamat, maka adakah keutamaan yang lebih mulia dari ini semua?!

( وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ) التوبة/100

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar (QS Attubah 100).

Keutamaan para sahabat juga disaksikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri di dalam berbagai hadits beliau, karena Rasulullah telah melihat sendiri pengorbanan mereka, kejujuran, kesungguhan, sehingga Rasulullah pun mengabadikan mereka dalam sabda beliau.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( لا تَسُبُّوا أَصحَابِي ؛ فَوَالَّذِي نَفسِي بِيَدِهِ لَو أَنَّ أَحَدَكُم أَنفَقَ مِثلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدرَكَ مُدَّ أَحَدِهِم وَلا نَصِيفَهُ ) رواه البخاري (3673) ومسلم (2540)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘ahnu, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,”Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya (HR AlBukhari dan Muslim).

وعن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ( خَيرُ النَّاسِ قَرنِي ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُم ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُم ) رواه البخاري (2652) ومسلم (2533).

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Al Khatib Al Bagdady berkata: Kalau pun seandainya tidak ada nash (dalil) Al Quran atau Sunnah yang menyatakan keutamaan mereka maka secara mutlaq sifat mulia itu sudah tersemat pada diri mereka secara otomatis, karena mereka sudah hijrah bersama Nabi, jihad, mengeluarkan harta benda mereka, memberi nasehat dalam agama, kuatnya iman dan keyakinan mereka, keadilan mereka, kemurnian aqidah mereka, keyakinan seperti ini untuk para sahabat adalah madzhab para ulama (Al Kifayah).

يقول ابن مسعود رضي الله عنه :
” إن الله نظر في قلوب العباد ، فوجد قلب محمد صلى الله عليه وسلم خير قلوب العباد ، فاصطفاه لنفسه ، فابتعثه برسالته ، ثم نظر في قلوب العباد بعد قلب محمد ، فوجد قلوب أصحابه خير قلوب العباد ، فجعلهم وزراء نبيه ، يقاتلون على دينه ، فما رأى المسلمون حسنا فهو عند الله حسن ، وما رأوا سيئا فهو عند الله سيئ ” رواه أحمد في “المسند” (1/379) وقال المحققون : إسناده حسن .

Ibnu Mas’ud berkata:
Sesungguhnya Allah melihat hati seluruh manusia, ternyata hatinya Muhammad adalah sebaik – baik hati, maka Allah memilih sebagai Nabi yang kemudian menyampaikan risalahnya, setelah itu Allah melihat hati manusia lagi, lal Allah menemukan hati para sahabat yang paling mulia, Allah memilih mereka untuk membantu dahwah nabi, berperang membela agama nabi, maka yang mereka pandang baik maka itu sungguh – sungguh baik, apa yang mereka pandang buruk maka ia buruk di sisi Allah (HR Ahmad dengan sanad Hasan).

ولما أذنب بعض الصحابة حين أخبر قريشا بمقدم النبي صلى الله عليه وسلم بالجيش عام الفتح ، وهَمَّ عمر بن الخطاب رضي الله عنه بقتله ، قال صلى الله عليه وسلم : ( إِنَّهُ قَد شَهِدَ بَدرًا ، وَمَا يُدرِيكَ ؟ لَعَلَّ اللَّهَ اطَّلَعَ عَلَى أَهلِ بَدرٍ فَقَالَ : اعمَلُوا مَا شِئتُم ، فَقَد غَفَرتُ لَكُم ) رواه البخاري ومسلم (2494)

Pada saat Hatib bin Abi Balta’ah sahabat yang ikut dalam perang Badar melakukan kesalahan, ingin membocorkan rahasia Nabi yang ingin menaklukkan kota makkah, Umar bin Al Khatab yang milihat peristiwa ini meminta izin kepada agar ia boleh memenggal kepala Hatib karena ia berusaha berkhianat, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya Hatib hadir dalam perang badar, barangkali kamu tidak tahu bisa jadi Allah telah melihat hati pengikut perang badar, lalu Allah berfirman: “Lakukan apa saja yang engkau kehendaki, Aku telah mengampuni dosa kalian”. (HR Al Bukhari dan Muslim).

Ini lah sekelumit tentang keutamaan sahabat Nabi, kewajiban kita kepada mereka mendoakan mereka, meniru langkah mereka dalam dakwah dan berjuang, menjadikan mereka sebagai teladan dalam hidup, semoga Allah mengumpulkan kita di dalam surga bersama Rasulullah dan para sahabat – sahabatnya, aamiin ya rabbal alamin.

Masjid Tua Sirombu ‘Saksi Bisu’ Gempa dan Tsunami Nias 2005

Masyarakat nelayan pesisir Tanjung Sirombu di Kabupaten Nias Barat, Provinsi Sumatera Utara, tentu saja masih ingat suasana mencekam bagaimana bencana alam gempa disertai dengan gelombang tsunami di Pulau Nias itu telah merenggut ratusan jiwa bahkan sampai data terakhir menyebutkan mencapai lebih dari seribu jiwa yang tewas.

Dalam perjalanan ke Nias setidaknya Tim Tanmia Foundation merekam jejak-jejak dahsyat bencana yang telah terjadi 15 tahun silam ini diberbagai sudut lokasi, salah satunya di Tanjung Sirombu, Kepulauan Hinako, Lahewa Nias Utara dan Gunung Sitoli (6/11).

Tokoh masyarakat Ama Putri di Sirombu, menuturkan, satu hal yang masih tersisa puing-puing masih ditinggalkan adalah bangunan masjid tua sisa tsunami 2004 silam. Masjid Baiturrahman tersebut masih berdiri kokoh meski sudah pernah dihempas tsunami dan tidak hancur porak-poranda pada saat itu.

“Kendati tidak hancur sejak usai tsunami dan gempa 2004 namun Masjid Baiturrahman sudah tidak digunakan lagi. Karena hampir semua penduduk yang tinggal dipesisir memilih berpindah menjauh dan menetap di area pemukiman baru yang dibangun oleh beberapa NGO bersama pemerintah disini ,” kata Ama Putri.

”Akhirnya warga pun membangun baru lagi masjid An-Nur untuk memenuhi fasilitas kebutuhan warga di Sirombu”, jelas Ama Putri yang juga pengurus BKM Masjid An-Nur.

Korban jiwa tercatat lebih dari 1.000 orang meninggal, lebih dari 2000-an orang luka-luka di Pulau Nias, dan belasan orang meninggal di Pulau Simeulue. Terjadi retakan tanah,longsor dan likuifaksi. Diperkirakan tahun itu sekitar 70% bangunan roboh di Gunung Sitoli. Disusul terjadi tsunami di pantai Lagundri, Sirombu dan Lahewa dengan ketinggian tsunami sekitar 2 meter.

“Mayoritas semua korban di Pulau Nias terbanyak di Gunung Sitoli diakibatkan karena tertimpa oleh runtuhan bangunan dari bangunan lantai satu hingga lantai empat”, jelas H. Umar salah satu pengurus Masjid Agung Gunung Sitoli yang juga menjadi saksi hidup hancurnya Masjid Agung 15 tahun silam.

Akibat gempa 2005 ini, juga terjadi kenaikan tanah di pantai barat dan pesisir Tureloto bagian Utara Pulau Nias sekitar 3 hingga 4 m, penurunan tanah di Nias selatan, dan gerakan tanah atau longsoran di beberapa tempat.

Tanjung Sirombu Nias Barat adalah daerah pemukiman pesisir yang pada waktu itu jaraknya hanya belasan meter saja dari bibir pantai termasuk daerah yang parah terkena tsunami. Jumlah korban penduduk desa yang dinyatakan hilang dan meninggal, terdata berjumlah 8 jiwa dan ratusan lainya diungsikan permanen.

Kendati tidak digunakan lagi Masjid Baiturrahman Sirombu memiliki nilai kenangan yang mampu mengingatkan akan kejadian bencana memilukan pada waktu itu agar bisa diingat oleh generasi masa berikutnya. Selain itu juga ada Masjid Jami Sinene Eto yang berada di Hinako yang saat ini ditinggal begitu saja menjadi semak belukar dan melapuk dimakan usia. Pasca bencana tersebut itulah awal ribuan penduduk pulau Hinako berangsur berpindah ke daratan Sirombu karena khawatir akan terulang bencana dahsyat kembali. Tapi tidak sedikit yang masih memilih menetap di Pulau karena disanalah tanah kelahirannya dan keseharian aktivitas mereka puluhan tahun.

Menginjakkan kaki di Nias juga tidak akan luput dengan keberadaan Masjid Raya Al-Furqon yang berhadapan dengan Tugu Peringatan Gempa Kota Gunung Sitoli, dimana keduanya menjadi monumen yang baru saja selesai pembangunanya pada 2018. Tugu yang berada di jantung kota ini senantiasa menjadi saksi terpahatnya tulisan nama-nama korban yang meninggal saat itu.

Gempa Nias 2005 telah memberikan pelajaran kepada kita untuk selalu meningkatan upaya mitigasi terhadap bencana. Hingga kini belum ada teknologi dan tak ada seorangpun yang mampu untuk meramalkan kejadian gempa dengan tepat, baik waktu, lokasi, maupun besaranya.

Oleh karena itu, upaya terbaik yang dapat dilakukan adalah selalu melakukan mitigasi, baik secara fisik, maupun nonfisik. Kedua upaya mitigasi ini harus dilakukan secara bersamaan. Hanya dengan upaya mitigasi dampak dari suatu bencana akan dapat diminimalkan. Pada akhir intinya semua kejadian apapun dimuka bumi ini karena kehendak Allah Sang Raja Penguasa Seluruh Alam. Wallahumusta’an

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Fikih Kanan dan Kiri

Sudah menjadi perhatian syariat bagian adab dan sopan santun, sehingga seluruh hal yang menyangkut perihal sopan santun telah pun diatur dalam syariat dengan baik dan sempurna, termasuk etika menggunakan tangan kanan dan tangan kiri.

فروى البخاري (168) ومسلم (268) عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ : ” كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ ” .

Dari Aisyah rahiyallahu anha ia berkata:
Bahwasanya Nabi shallahu alaihi wasallam sangat menyukai bagian kanan dalam segala hal, dalam memakai sandal, menyisir rambut, bersuci dan dalam seluruh urusan beliau ( HR Al Bukhari dan Muslim).

Imam Nawawi berkata:
Ini adalah kaidah yang selalu dijadikan sebagai pegangan dalam syariat, yaitu segala hal yang berhubungan dengan sesuatu yang baik dan mulia seperti memakai baju, celana, sepatu, masuk masjid, bersiwak, mengenakan celak, makan dan minum, bersalaman, istilam (melambaikan tangan) pada hajar aswad dan hal baik lainnya disunnahkan menggunakan tangan kanan, namun sebaliknya bila hal tersebut berhubungan dengan hal yang tidak baik maka disunnahkan menggunakan tangan kiri.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ ؛ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ )

Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: apabila engkau makan maka makanlah dengan tangan kanan, apabila engkau hendak minum maka minumlah dengan tangan kanan, karena sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya (HR Muslim).

عَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( لَا تَأْكُلُوا بِالشِّمَالِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِالشِّمَالِ )

Dalam riwayat yain lain dari Jabir radhyallahu anhu, dari Nabi sallahu alaihi wasallam ia bersabda: janganlah engkau makan dengan tangan kiri, karena setan makan dengan tangan kiri (Muslim).

Syekh Ibnu Al Utsaimin rahimahullah berkata:
Makan dengan tangan kiri karena ada udzur maka tidak apa – apa, namun bila tidak ada udzur maka itu haram hukumnya, karena Rasulullah shallahu alaihi wasallam telah melarang hal itu dalam sabda beliau

إن الشيطان يأكل بشماله ويشرب بشماله

“Sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kiri”.

dan Allah taala telah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

Hai orang – orang yang beriman janganlah engkau mengikuti langkah – langkah setan, karena sesungguhnya setan menyuruh kepada yang keji dan mungkar. (QS Annur:21).

Salah satu bentuk langkah dan gerak – gerik setan adalah dengan makan dan minum dengan tangan kiri.

عن عمر بن سلمة رضي الله تعالى عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( يَا غُلَامُ ، سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ ) رواه البخاري (5376) ومسلم (2022)

Dari Umar bin Salamah ia berkata: Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: Hai anak bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang dekat denganmu (HR Al Bukhari dan Muslim).

وفي صحيح مسلم (2021) : ( أَنَّ رَجُلًا أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِمَالِهِ ، فَقَالَ : (كُلْ بِيَمِينِكَ ) قَالَ : لَا أَسْتَطِيعُ ، قَالَ : لَا اسْتَطَعْتَ ، مَا مَنَعَهُ إِلَّا الْكِبْرُ ، قَالَ : فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ ) .

Ada seorang laki – laki makan dengan tangan kiri di hadapan Nabi shallahu alaihi wasallam, lalu beliau bersabda: makanlah dengan tangan kananmu, laki – laki itu menjawab: aku tidak bisa, ia enggan menggunakan tangan kiri karena sobong, akibat kesombongan itu Allah hukum dia sehingga ia tidak mampu mengangkat makanan ke mulutnya ( HR Muslim).

وفي سنن أبي داود (33) عن عائشة رضي الله عنها قالت : ( كَانَتْ يَدُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْيُمْنَى لِطُهُورِهِ وَطَعَامِهِ ، وَكَانَتْ يَدُهُ الْيُسْرَى لِخَلَائِهِ وَمَا كَانَ مِنْ أَذًى ) وصححه الألباني في صحيح أبي داود .

Di dalam Sunan Abu Daud, dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata: bahwasanya tangan kanan Rasulullah shallahu alaihi wasallam untuk makanan dan berhias, tangan kiri beliau untuk urusan toilet dan kotoran ( HR Abu Daud).

وروى مسلم (262) من حديث سلمان رضي الله عنه قال : ( نَهَانَا ـ يعني النبي صلى الله عليه وسلم ـ أَنْ يَسْتَنْجِيَ أَحَدُنَا بِيَمِينِهِ ) .

Dari Salman Alfarisi ia berkata: Rasulullah shallahu alaihi wasallam melarang kami untuk istinjak (cebok) dengan tangan kanan ( HR Muslim).

Namun bagaimanakah bila seseorang sudah sejak lahir memiliki kecenderungan menggunakan tangan kiri dalam segala hal?!
Dalam hal ini para ulama selalu menganjurkan agar ia berusaha menggunakan tangan kanan dalam hal – hal yang baik, seperti makan, minum, mengambil mushaf, memberi atau menerima sesuatu dari orang lain, memberi isyarat/ menunjuk dengan tangan kanan, memanggil, mengarahkan dll, kecuali bila ia benar – benar tidak mampu melakannya dengan tangan kanan karena memang sudah sangat terbiasa dengan tangan kiri sejak lahir maka tentu ada keringanan baginya dalam hal seperti ini.

Syekh Albany ulama hadits abad ini bila ada orang memberikan sesuatu kepada beliau dengan tangan kiri beliau enggan untuk mengambilnya, bahkan beliau mendoakan orang tersebut agar ia mendapat hidayah, hingga orang tersebut memberikannya dengan tangan kanan, karena sangat besar komitmen beliau dalam mengamalkan hadits Nabi shallahu alaihi wasallam.

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ (19) إِنِّي ظَنَنْتُ أَنِّي مُلاقٍ حِسَابِيَهْ (20) فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ (21) فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ (22) قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ (23) كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الأيَّامِ الْخَالِيَةِ (24) وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ (25) وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ (26) يَا ‎لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ (27) الحاقة}

Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: “Ambillah, bacalah kitabku (ini)”, Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku, Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam surga yang tinggi, buah-buahannya dekat, (kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”, Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku, Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu (QS Al Haqqah: 17-29).

Di dalam surat Al Haqqah ini Allah menyebutkan bahwasanya ahli surga menerima catatan amal mereka dengan tangan kanan sedangkan calon penghuni neraka menerima buku catatan amal mereka dengan tangan kiri.

Secara umum hikmah menggunakan tangan kanan sesuai yang disebutkan oleh para ulama sebagai berikut:

1. Menyelisihi setan, karena setan makan dan minum menggunakan tangan kiri.
2. Menunjukkan kemulian tangan kanan atas tangan kiri.
3. Menggunakan tangan kanan dalam berinteraksi dengan orang lain merupakan bagian dari adab islam.
4. Sebagai bentuk optimis bahwa kita akan menjadi Ashabul Yamin (golongan kanan) pada hari kiamat.

Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita untuk menggunakan tangan kanan pada hal – hal yang baik untuk mendapatkan keberkahan dalam hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Serah Terima Wakaf Qur’an dengan Para Penyuluh Agama di Sirombu Nias Barat

Tanmia Foundation dalam kegiatan distribusi wakaf Qur’an “Tebar Qur’an Hingga Pelosok Negeri di Pulau Nias 2019 tibalah di Nias Barat dengan berupaya bertemu dengan para penyuluh agama di Kecamatan Sirombu.

Selain kegiatan pertemuan dengan pembahasan berbagai permasalahan pendidikan dan dakwah khususnya kegiatan rutinitas para penyuluh agama juga sosialisasi pendidikan pesantren Al-Itqan yang di bawah naungan Yayasan Tanmia yang sudah berdiri dan menerima para santri dari berbagai daerah beberapa waktu lalu.

Kecamatan Sirombu adalah salah satu daerah dimana pusat penduduk muslim di Nias Barat tinggal. Dengan daerah muslim terbesar di desa Sirombu. Pasca tsunami dan gempa besar melanda Sirombu beberapa waktu silam akhirnya banyak warga kepulauan Hinako tinggal di daratan Sirombu sekalipun asal desa mereka berada di seberang pulau.

“Kendala yang sering kami hadapi ialah ketika mengajar anak-anak mengaji namun materi-materi dan buku referensi bahan mengajar terbatas sehingga antusias semangat anak-anak menjadi sedikit berkurang”, ungkap Nilam salah satu penyuluh yang berasal dari Hinako.

Ada 200 eksemplar Qur’an dan Iqro’ yang akan didistribusikan ke para penyuluh agama yang tersebar di Nias Barat terutama Sirombu sebagai pusat pemukiman muslim.

“Kegiatan wakaf Qur’an dan sosialisasi pendidikan pesantren yang diadakan oleh Tanmia Foundation adalah peluang yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada santri dari daerah pelosok yang memang belum banyak mengenal tentang pendidikan Islam di pesantren”, tutur Ama Putri salah satu BKM Masjid An-Nur Sirombu tempat dimana kegiatan serah terima wakaf Qur’an berlangsung.

“Dengan kegiatan pembagian wakaf Qur’an dan Iqra’ setidaknya kegiatan penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat dan generasi-generasi islam baik anak-anak maupun remaja dapat memupuk semangat belajar ngaji dan menumbuh kembangkan ukhuwah lebih baik lagi”, Jelas Ajrun Laseh Kadus Sirombu yang juga hadir menyambut kedatangan Tim Tanmia Foundation.

“Generasi penerus kami harus lebih baik dalam hal beragama, sehingga bila ada yang perhatian dengan pendidikan agama maka banyak masyarakat yang bisa belajar mengambil ilmu dan bermanfaat bagi kita semua,” jelasnya.

Sirombu merupakan salah pusat kecamatan yang merupakan pintu akses utama ke kepulauan Hinako yang letaknya tidak jauh dari pesisir Tanjung Sirombu di Nias Barat.

Perjalanan ke Sirombu bisa ditempuh dari Kota Gunung Sitoli sejauh 75 KM dengan memakan waktu tempuh sekitar 2,5 Jam karena kondisi jalanan banyak yang rusak dan perbaikan. Bila ditempuh dari Teluk Dalam Nias Selatan berjarak 100 KM atau sekitar perjalanan 3-4 Jam.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Menyepi Sejenak di Hinako, Seorang Ibu Muallaf dan Empat Anaknya yang Yatim di Pulau Terpencil

Sejak 2008 resmi Ina Ifan resmi memeluk agama islam sejak pernikahannya dengan Ama Nilam itulah awal keislamannya. Sejak itu kehidupannya memilih menetap bersama suaminya yang berada di Pulau Hinako yang semula di Onolimbu asal Yurima Hia atau lebih dikenal Ina Ifan tinggal.

Namun pada perjalanan rumah tangganya Ama Nilam akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada tahun 2018 dengan sakit yang dideritanya. Otomatis dengan kondisi itulah sehingga Yurima Hia ( 35 ) bersama berjuang bersama empat anaknya masing-masing Mauliddan Nur Waruwu (10) Imansyah Waruwu (9) Asrul Amin Waruwu (6) Arjun Thalib Waruwu (5).

Jarak yang ditempuh dari Onolimbu ke Pulau Hinako sekitar 40 KM dengan harus menyeberangi laut sekitar 1-2 jam perjalanan dari dermaga rakyat Sirombu. Perjalanan ke Hinako sangat bergantung dengan kondisi cuaca. Apalagi badai angin selatan yang tak tentu seringkali perjalanan ke Hinako harus ditunda beberapa waktu. Pasca tsunami dan gempa yang pernah melanda Sirombu 2004 dan gempa Nias pada 2005 beberapa waktu silam telah meluluh lantakkan pemukiman warga sehingga banyak penduduk Hinako yang memilih menetap di daratan Sirombu dimana ibukota kota kecamatan berada sekarang.

Bisa dibayangkan saat malam tiba, mereka bertahan hidup dalam gelap gulita selama beberapa tahun dan baru mendapatkan sedikit aliran listrik tenaga surya yang juga lagi-lagi belum lama ini sudah padam. Hanya beberapa mesin genset di segelintir rumah saja bisa mengalirkan listrik untuk penerangan di waktu malam yang gelap.

Nyalanya pun hanya berkisar 2-3 jam saja bahkan seringnya kurang karena tergantung dengan bahan bakar yang juga dipasok dari kecamatan sehingga aktivitas pun sangat terbatas. Apa lagi jangkauan jaringan seluler dan internet yang minim sehingga sulit untuk berkomunikasi, hanya ada di pesisir itupun hanya di daerah titik-titik tertentu bahkan untuk di beberapa pelosok tidak ada akses komunikasi sama sekali.

Sekilas sudah terbayang bagaimana potret kehidupan sehari-hari di Hinako ? Terpencil, gelap, sulit komunikasi dan cuaca yang tidak menentu.

Berlanjut kisah satu keluarga janda muallaf di Lahawa Pulau Hinako, Ina Ifan seorang ibu bersama empat anaknya yang sudah yatim seakan menyentak lubuk hati yang terlelap sejenak untuk tergugah kembali. Kedatangan kami menyapanya seolah senyum bahagia diraut mukanya, sekalipun tak seberapa nilai duniawi yang bisa kami berikan. Namun setidaknya berbagi Al Qur’an yang bisa kami berikan setidaknya mempertebal keimananya untuk mengarungi perjuanganya.

Sepeninggal suaminya, Ina Ifan bekerja sebagai pengajar honorer di sekolah dan juga serabutan berkebun lainya selagi ada yang bisa ia lakukan untuk mendapatkan sesuap nasi agar ia tetap bertahan bersama anak-anaknya. Itu juga semata-mata demi menyambung masa depan anak-anaknya sekalipun perjuangannya terjal dan sulit sebagaimana ketika di awal perjuangan keislamannya. Itulah pilihan dan konsekuensi dari ikrar syahadatnya yang begitu suci dan bermakna yang telah dia pegang dalam jalinan rumah tangganya.

“Ibu dan empat anak-anaknya yang yatim itu, selama ini menetap di Lahawa Hinako, di sepetak rumah tua beratap rumbia peninggalan suaminya yang berada di pesisir pulau Hinako”, jelas Ama Arya yang mengantar kami berkunjung ke rumahnya.

“Alhamdulillah satu keluarga yang terdiri dari seorang ibu dan empat anak yatim itu, kokoh memeluk agama Islam sepeninggal suaminya yang juga kawan baik saya ,” kata Ama Fahmi penduduk setempat dimana kami singgah hingga waktu malam.

Malam pun tiba dengan gelapnya hingga waktu isya’ pun harus menyelinap shalat di tengah pekat gelapnya Pulau Hinako. Masjid Nurul Huda Hinako adalah satu-satunya masjid yang ada masih tersisa usai tsunami pasang dan gempa yang melanda Hinako beberapa waktu silam.

Jaraknya yang jauh terpencil di lautan, Hinako sebenarnya bukanlah tempat yang jauh, bila tekad keinginan kuat silaturahmi saudara seiman itu ada. Karena rasa kedekatan itu hanyalah bisa diraih dengan keimanan dan merawat kemanusiaan yang tak ternilai harganya.

Semalam di Hinako terasa singkat rasanya, namun ada sejuta cerita dan rasa yang hanya bisa diungkapkan bagi siapa pernah singgah bermalam menginjakkan kaki di wilayah pulau terpencil terluar itu. Hinako suatu ketika kami akan kembali dengan sepenuh tangan yang membuatmu tersenyum InshaAllah !!!

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Kekuatan Ikhlas Mengajar Ngaji di Pedalaman Kepulauan

Sudah tiga pekan berjalan, distribusi wakaf Qur’an Tanmia Foundation “Tebar Qur’an Hingga Pelosok Negeri” di Kepulauan Nias hingga sampailah di Pulau Tello dan menyasar menuju perkampungan terpencil di kepulauan Pulau-Pulau Batu. Sasaran distribusi akan menyasar ke beberapa Masjid kepulauan, TPQ, Majelis Taklim Sekolah dan Madrasah.

Pulau Tello merupakan gugusan kepulauan di Nias Selatan. Pulau Tello juga merupakan ibu kota kecamatan dari Pulau-Pulau Batu, Nias Selatan. Mulanya Pulau Tello adalah pusat kecamatan Pulau – Pulau Batu yang meliputi ratusan pulau ( 102 pulau ), namun seiring dengan program pemekaran sekarang terbagi menjadi 7 wilayah kecamatan kepulauan yaitu kecamatan Hibala, Tanah Masa, Pulau-Pulau Batu, Pulau-Pulau Batu Timur, Pulau-Pulau Batu Utara, Pulau – Pulau Batu Barat dan Pulau Simuk sebagai daerah perbatasan terluar dengan jarak 45 KM dari pelabuhan Tello.

Kondisi keadaan Pulau-pulau sangat beragam, pemukiman perkampungan muslim boleh dibilang hanya mendiami beberapa wilayah saja dengan berbagai tingkat keprihatinan. Di Pulau Tello sendiri ada 20 desa, dengan 4 desa yang berpenghuni mayoritas muslim. Kelurahan Pasar Tello, Simaluaya, Sinauru dan Sirapa-Rapa Melayu.Diperkirakan hanya 150 KK saja.

Sebutlah Ama Ali ( 65 tahun ) dan Badran Tanjung ( 64 tahun ) diluar biasa diluar kegiatanya sebagai nelayan masih menyempatkan untuk mengajar ngaji anak-anak di Sianuru dan Simaluaya Pulau Tello. Bahkan sejak beberapa tahun terakhir, antusiasme anak-anak bertambah namun apa daya sarana pendukung mengajar semisal buku panduan keislaman dan buku-buku fiqih tentang panduan tata cara shalat dan tuntutan do’a belum tersedia sehingga menjadi kendala tersendiri yang harus dihadapi.

Pasang surut pendapatan sebagai nelayan dan pekerja serabutan lepas, tidak menyurutkan semangat Badran Tanjung seorang diri untuk terus mengajar ngaji dirumahnya sejauh ini.

“Agar tidak mengecewakan anak-anak menunggu lama karena antri mengaji, para santri yang jauh setelah mengaji langsung pulang ke rumah”, ungkap Badran Tanjung usai sejenak menyapa Tim Tanmia Foundation berkunjung ke rumahnya.

Kecintaanya mengajar ngaji kepada anak-anak menjadi pelecut semangat anak-anak untuk datang rajin mengaji sekalipun ada yang datang dari tetangga kampungnya yang jauh ini.

“Kadang saya merasa sedih jika melihat anak-anak putus sekolah, apalagi jika mereka harus menghabiskan waktunya bekerja sehingga tidak sempat merasakan belajar ngaji karena membantu nafkah keluarganya. Namun sebagai sebagai pengajar ngaji yang ala kadarnya saya sendiri juga tidak bisa banyak berbuat apa-apa.Hanya berharap kepada Allah saja semoga ada jalan kemudahan”, keluh Badran Tanjung.

Menjadi guru ngaji dipesisir kampung bukannya tidak memiliki tantangan yang berat, selain harus mengikhlaskan waktu sejenak sebelum melaut juga terbatasnya ilmu dan kemampuan materi untuk mengajar sehingga seringkali Tanjung mengaku harus selalu siap mengabaikan kepentinganya demi pendidikan para murid ngajinya.

“Yang paling berat kalau ada urusan pribadi ke pulau seberang selama berhari-hari dan tidak ada teman yang bisa menggantikan jam mengajar, jadi sebisa mungkin tetap disiasati, asalkan anak-anak tidak kecewa,” tutur Badran Tanjung.

Keikhlasan sepertinya menjadi motor penggerak dirinya untuk tetap terpanggil mengajar meskipun tanpa upah yang seharusnya ia terima. Mengabdi menjadi guru ngaji di pesisir kepulauan yang jauh bukan keinginanya tapi pilihan prinsip hidup yang kelak semoga bisa membawa kebahagiaan hakikinya menjadi da’i membawa syi’ar keislaman di kepulauan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Seberkas cahaya di Kampung Koto Pesisir, Janda Mengajar Ngaji Secara Sukarela

Nur Hamida asal Desa pesisir Koto Pulau Tanah Masa, Kecamatan Pulau – Pulau Batu Nias Selatan, adalah sosok guru kampung yang sampai sekarang masih bertahan menjadi guru ngaji bagi anak-anak di lorong satu desa Koto pesisir.

Perempuan berusia 56 tahun itu rela menghabiskan waktunya menjadi guru mengaji bagi anak-anak dari keluarga yang tidak mampu di desanya demi mewujudkan cita-citanya mencerdaskan anak-anak di kampungnya. Sejak sebelum menikah sampai sekarang ia sudah 20 tahun lamanya mengabdi mengajar ngaji. Dan kini nasibnya harus hidup sebatang kara menjadi janda setelah kepergian suaminya ( Marwan ) sejak lima tahun silam. Profesinya sebagai guru ngaji adalah panggilan keikhlasannya tanpa mengharap gaji atau upah.

Dalam pernikahannya pun ia tidak diberi keturunan sehingga sampai saat ini waktunya ia habiskan untuk mengajar mengaji. Nur Hamida juga tak tinggal diam saja berpangku tangan untuk menyambung hidupnya. Ia mempunyai keahlian menerima perbaikan jahitan orang kampung dengan imbalan ala kadarnya seberapapun ia terima. Padahal jahitan pun terbilang jarang paling setahun hanya sekali saja.

Desa Koto adalah desa tertua di kecamatan Pulau – Pulau Batu yang berada di Pulau Tanah Masa. Disinilah juga letak makam ” Raja Sitipu ” juru runding pada masa penjajahan Belanda di makamkan. Di Lorong ( dusun ) Satu Kampung pesisir Koto ada sekitar 2O KK warga muslim dengan jumlah 80-an jiwa. Disinilah Nur Hamida membekali anak-anak didiknya belajar ilmu agama. Aliran listrik hanya mengandalkan tenaga surya yang baru masuk sejak 2018 ini.

“Sebelum tahun 2018 anak-anak mengaji hanya menggunakan lampu minyak itu pun terbatas kemampuannya hanya sebentar saja setelah itu padam”,tutur Hamida di halaman rumahnya.

Meski tidak digaji, Nur Hamida yang sekarang berstatus janda ini tanpa pamrih rela mengajar dari sore hingga malam tidak lain agar anak didiknya bisa mengaji. Biasanya mereka mengaji sampai lulus sekolah dasar saja lalu meneruskan ke jenjang berikutnya ke pulau seberang karena jenjang Tsanawiyah / SMP adanya hanya di pusat kecamatan yakni di Pulau Tello.

Setiap harinya anak-anak desa berbondong-bondong keluar-masuk rumah Nur hamida untuk belajar ngaji. Namun seiring waktu kini tinggal tersisa 10 anak-anak yang masih belajar dari mulai pendidikan anak usia dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak serta Sekolah dasar.

Belum adanya listrik ketika itu bukan menjadi hambatan dirinya sehingga tetap menguatkan tekadnya untuk berusaha keras membuka tempat belajar ngaji di rumahnya, dari sepetak rumah sederhana beratap daun kelapa dan rumbia ia dedikasikan ilmunya pada anak-anak pesisir Koto.

“Awalnya hanya mengajar anak tetangga di rumah, lama-kelamaan anak-anak tetangganya yang lain ikut belajar bersama sampai mencapai puluhan orang,” kata Nur Hamida , Kamis (31/10/2019).

“Meski memberikan ilmunya tanpa berharap gaji, Nur Hamida mengaku tidak pernah mencari keuntungan sebab dengan hasil berkebun dan sebagian upah menjahit dirasa sudah cukup untuk disyukuri untuk menyambung hidup mengasapi dapurnya”, ucap Suardani kepala kades Koto yang mengantar Tim Tanmia Foundation ke lokasi.

Alasan dibukanya tempat ngaji ini untuk juga membimbing akhlaq anak -anak dengan bekal ilmu agama sebagai dasar pendidikan anak karena sekarang ini pendidikan moral anak sudah banyak yang merosot.

Ajwan atau lebih dikenal Ama Winda salah seorang wali murid mengatakan, sejak anaknya diikutkan belajar mengaji di rumah Nur Hamida, kemampuan membaca Alquran anaknya semakin fasih dan lancar.

“Tempat mengaji ini sangat membantu, apalagi warga yang tidak mampu secara ekonomi, sebab kalau mengandalkan di sekolah sangat terbatas sekali bahkan nyaris tidak ada lain belajar mengaji saat ini,” kata Ajwan diteras rumahnya depan Masjid Nurul Huda.

“Dengan membuka tempat mengaji ini warga juga merasa terbantu lantaran pintu rumah ibu Nur Hamida selalu terbuka kapanpun, baik pagi, siang hingga malam hari untuk mengajar mengaji,” katanya.

Menurut Ajwan, pengabdian mencerdaskan anak-anak di desa patut diapresiasi dan diteladani bagi siapapun sebab meski Nur Hamida tidak memiliki anak keturunan dirinya tetap peduli dengan pendidikan anak-anak warga sekitar.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Sebar 700 Wakaf Qur’an, Tanmia Foundation Kunjungi Madrasah Dinniyah dan TPQ di Nias Utara

Lahewa – Distribusi kegiatan tebar quran hingga pelosok negeri Tanmia Foundation melalui Wakaf Qur’an tidak hanya menyasar kegiatan rutinitas di masjid tapi juga kegiatan Madrasah Dinniyah dan TPQ dirumah-rumah.

Bersama relawan setempat Tanmia Foundation distribusi membagikan Al-Quran dan buku iqro kepada Madrasah Dinniyah Awaliyah Muhammadiyah di Sifahandro dan TPQ Al-Faruq Lahewa, Selasa (29/10).

Meluncur bersama armada kendaraan pick up yang sarat dengan muatan Qur’an dan Iqra’ dari Gunung Sitoli menuju jalanan pesisir Nias Utara dari Olora, Sifanhandro hingga Lahewa bukan waktu yang singkat. Ada sebanyak 700 Al-Qur’an dan Iqro’ yang akan didistribusikan di berbagai titik di Nias Utara.

Cuaca Kepulauan Nias yang tak menentu memang harus diatur dengan pintar-pintarnya memanfaatkan waktu. Adakalanya suasana hari itu hujan tiba-tiba panas terik berselang lama bahkan kadang membuat jalanan harus terhambat karena luapan air sungai yang menutupi jalan poros utama. Perjalanan hampir tiga jam untuk menempuh rute Gunung Sitoli – Lahewa hingga Afulu Salonako yang semua berada di wilayah Nias Utara.

Program wakaf Qur’an yang dilakukan Tanmia Foundation adalah dalam rangka mendukung Syiar Dakwah melalui Quran. Ini adalah kegiatan membagikan Al-Quran dan iqro untuk anak-anak sekolah madrasah maupun TPQ lainya agar memudahkan para guru, ustadz dalam kegiatan belajar mengajar khususnya mengaji.

Selain kegiatan wakaf pembagian quran, relawan Tanmia Foundation juga mendistribusikan pakaian layak pakai, sandal untuk wudhu yang diperuntukkan bagi masjid-masjid yang tersebar di berbagai titik di Nias Utara.

“Alhamdulillah, dengan kegiatan wakaf Qur’an ini banyak santri dan walisantri merasa terbantu dan bermanfaat sekali untuk kemajuan daerah kami yang masih serba terbatas kemampuannya,” jelas Ama Rizki pengurus TPQ di Idanondrawa Lahewa Timur.

Sementara Kepala Bimas Kemenag Nias Utara H Arnan, mengucapkan berterima kasih atas perhatian dan dukungan bantuan yang diberikan oleh Tanmia Foundation kepada segenap pihak jajaran masyarakat terutama elemen umat Islam berupa Al-Quran dan Iqro untuk siswa/i dari berbagai kalangan.

“Bantuan yang diberikan oleh Tanmia Foundation ini sangat mulia dan berkesan bagi kami dari pihak madrasah dan TPQ akan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” ucap Ustadz Hasan kepala madrasah sekaligus pengajar TPQ Al-Faruq Lahewa.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Sepotong Kisah Muallaf, Antar Jemput Jama’ah Shalat Jum’at di Pelosok Lolowau

Keberadaan Masjid di pulau Nias memegang peran penting dalam sejarah dakwah Islam di pulau yang cukup bersejarah dengan kejadian gempa Nias 8.7 SR beberapa waktu silam.

Maklum, Masjid akan sulit dijumpai bila berada di wilayah minoritas dan terpencil lagi, salah satunya Masjid Al-Ikhlas Sisarahili Ekholo Lolowau yang mampu bertahan sampai sekarang.

Perjuangannya  untuk menghidupkan masjid dan mengaji mengajarkan Alquran sungguh bukan pekerjaan yang mudah. Sebut saja Ama Ika, seorang muallaf asal Amauri Sisarahili Lolowau yang rutin setiap Jum’at, ini rela mengantar-jemput jama’ah muallaf dan beserta anak-anak santri TPQ nya dari rumah masing-masing menuju masjid Lolowau tempat mereka menunaikan shalat Jum’at.

Rutinitas itu dilakukan tanpa memungut biaya. Ya, itulah yang selalu dilakukan Ama Ika dan istrinya, sepasang suami isteri warga Desa Sisarahili Ekholo , Kecamatan Lolowau. Masjid Al-Ikhlas merupakan satu-satunya masjid di kecamatan Lolowau Nias Selatan yang terletak di jalan poros selatan Teluk Dalam – Sirombu. Pendirian masjid berawal dari keprihatinan pada para muallaf dan minimnya pembinaan sehingga rawan terkikisnya keimanan di lingkungan mereka yang notabene minim akses.

Jarak rumah muslim satu sama lainya berjauhan
mulai dari 3 km sampai 8 km jaraknya, itu pun masih terkendala dengan jalanan yang masih harus menembus semak belukar karena perkampungan berada ditengah-tengah rimba.

Hingga pada suatu ketika Ama Ika dirundung sakit beberapa waktu ia terhenti untuk antar jemput jamaah Masjid ketika shalat Jum’at.
Lama kelamaan, semakin berkurang jama’ah muallaf yang datang shalat Jum’at dan anak-anak untuk mengaji. Alhasil, Ama Ika terpaksa dengan sekuat tenaga yang ada berusaha melawan sakitnya dan menggunakan segenap cara apapun demi bisa antar-jemput jamaah agar kelak mereka makin tersadar memperdalam ajaran Islam. Beberapa tahun terakhir juga dengan mendatangi berbagai pihak dan lembaga pendidikan keislaman untuk menempatkan da’i atau ustadznya menetap di Lolowau.

Meski demikian, sempat juga kedatangan ustadz yang siap bertahan berdakwah disana namun tidak lama silih berganti. Akhirnya, pasangan yang sehari-hari menjadi tukang bengkel las dan istrinya pembuat soto kuliner itu bernisiatif meneruskan cita-cita mulianya dengan mengirim kan anak-anaknya belajar di pesantren kelak mereka bisa mengajarkan mengaji. Ama Ika mereka tidak sekadar mengantar jemput jamaah Jumat namun bercita besar mengantarkan anak-anaknya belajar hafal Qur’an.

Agar jama’ah tetap bersemangat shalat maupun mengaji, Ama Ika rela menjemput dari rumah ke rumah mulai dari yang terjauh dipelosok-pelosok perkampungan. Sekali angkut, 2-3 jamaah bisa diboncengnya. Mereka saya jemput biar bisa shalat Jum’at dan semangat mengaji.

“Suatu ketika menjemput ada juga muallaf yang lupa kalau hari itu hari Jumat dan mengurungkan pergi shalat Jum’at dan akan hadir pada Jum’at berikutnya”, jelas cerita Ama Ika pada kami meja kopi di halaman rumahnya.

Terbatasnya berbagai akses, baik jalan, listrik dan komunikasi yang tidak menjangkau tempat mereka menjadi tantangan tersendiri. Memang harus sabar dan memberikan perhatian yang lebih. Ada sekitar 25-an jamaah yang bisa dikumpulkan tapi terkadang ada juga yang rela berjalan kaki sendiri. Antar jemput tanpa memungut biaya kepada jamaah itu semata-mata panggilan nurani keikhlasannya. Terkadang juga bagaimana melihat kondisi keprihatinan jama’ah muallaf yang hidup penuh perjuangan di pelosok-pelosok semak perkampungan.

Adapun kendala yang dihadapi saat ini adalah kondisi fisiknya yang mulai sakit-sakitan menurun dan minimnya mencari tenaga pengajar. Pasalnya, guru atau ustadz mengaji harus tangguh rela mengajar tanpa pamrih dengan kafalah seadanya tanpa digaji yang memadai. Ajiiibnya… Selain itu, kultur masyarakat asli dengan bahasa Nias yang cukup rumit sehingga kesulitan dalam komunikasi yang menjadikan adaptasi lingkungan terbilang lambat. Walhasil sepotong kisah perjuangan muallaf dan terjalnya perjuangan dakwah di Lolowau mengajarkan makna pentingnya sebuah keikhlasan dan kesabaran tanpa batas. Untuk menuai kebahagiaan hakiki di akhirat maka mendaki perjuangan beramal shalih di dunia itu pasti penuh dengan badai ujian dan tantangan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!