Bodohnya Manusia Dalam Tinjauan Surat Al Ahzab
Oleh : Kholid Mirbah, Lc
Al Quran hadir dalam kehidupan manusia diantara tujuannya adalah melahirkan masyarakat yang cerdas dan berperadaban, dan diantara caranya adalah menghilangkan kebodohan, maka mempelajari ilmu pengetahuan merupakan sebuah kewajiban yang mendapatkan kedudukan yang tinggi di dalam islam.
Allah mengingatkan kita dalam al- Qur’an jangan melakukan pemborosan potensi, oleh karenanya, kita tidak diperkenankan bertanya sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia, pertanyaan tersebut diantaranya adalah seputar hari kiamat, karena yang tau jawabannya adalah hanya Allah swt. Maka bertanya seperti itu pada hakikatnya adalah pemborosan.
Sebagaimana Allah berfirman,
(یَسۡـَٔلُكَ ٱلنَّاسُ عَنِ ٱلسَّاعَةِۖ قُلۡ إِنَّمَا عِلۡمُهَا عِندَ ٱللَّهِۚ وَمَا یُدۡرِیكَ لَعَلَّ ٱلسَّاعَةَ تَكُونُ قَرِیبًا)
Manusia bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari Kiamat. Katakanlah, “Ilmu tentang hari Kiamat itu hanya di sisi Allah.” Dan tahukah engkau, boleh jadi hari Kiamat itu sudah dekat waktunya.
[Surat Al-Ahzab 63]
Di dalam tafsir Al-Muyassar dijelaskan bahwa manusia bertanya kepadamu (wahai Rasul) kapan datangnya Kiamat, sebagai wujud pendustaan dan pengingkaran. Katakanlah kepada mereka, “Ilmu tentang Kiamat hanyalah di sisi Allah.” siapa tahu (wahai Rasul) bahwa waktu terjadinya Kiamat itu sudah dekat saatnya?
(Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia)
Mari kita kupas sebagian lafadz di dalam ayat tersebut,
Pertama kata An-Naas, Allah tidak menggunakan redasi Al-Mu’minun atau Alladzina Amanu, hal itu memberikan pemahaman kepada kita bahwa manusia dengan tabiat kemanusiaan saja itu tidak akan cerdas, makanya pasti dia terjatuh kebodohan, jangankan kita, para Nabi dan Rasul saja juga tidak mengetahui tentang kapan terjadinya hari kiamat, makanya dalam dialog panjang antara Nabi dengan Malaikat Jibril as, ketika Nabi ditanya oleh Jibril as tentang kapan terjadinya hari kiamat, Nabi saw bersabda,
( ما المسؤول عنها بأعلم من السائل… )
“Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya….” (HR. Muslim)
Maka yang menjadi tanggungjawab kita adalah kesiapan kita menghadapi hari kiamat dengan bekal iman dan amal shalih, bukan tentang waktu terjadinya hari kiamat, karena itu adalah urusan Allah, kita tidak akan ditanyai tentang hal tersebut pada yaumul Hisab nanti, Bahkan kalau kita amati begitu manusia itu meninggal dunia sesungguhnya telah tiba hari kiamatnya, makanya Allah katakan kiamat itu dekat, bahkan sangat dekat dengan kehidupan kita. Jangan sampai ada yang mengkiritisi kata nya kiamat dekat kok sampai sekarang belum terjadi, ini pertanda kalau dia tidak faham hakikat kiamat.
Nah, para pembaca yang budiman Potensi manusia berupa akal, perasaan, hati, anggota badan harus digunakan untuk memproduksi kebaikan demi kebaikan. Jangan sampai terjebak pada rekreasi intelektual yang mandul, yaitu yang tidak melahirkan produktivitas kerja. Maka para ulama mengatakan dilarang bertanya yang tidak ada kaitannya dengan kerja, karena itu pemborosan, karena hakikat pemborosan itu bukan hanya terkait materi seperti harta, tapi program, tenaga, kerangka berfikir dan juga pertanyaan yang tidak bisa dilogika itu juga bagian pemborosan. Maka Allah melarang segala bentuk pemborosan, karena orang-orang yang boros itu dipersaudarakan dengan setan, firman Allah swt,
(إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِینَ كَانُوۤا۟ إِخۡوَ ٰنَ ٱلشَّیَـٰطِینِۖ وَكَانَ ٱلشَّیۡطَـٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورࣰا)
“Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”
[Surat Al-Isra’ 27]
Bagaimana akhir perjalanan orang orang yang bodoh? Ini ada kaitannya dengan pembuka surat al-Ahzab dan penutupnya, diawal surat Allah menjelaskan larangan praktek tradisi jahiliyah sementara diakhir surat dijelaskan akibat bagi yang masih terjerumus dalam tradisi jahiliyah tersebut, terkadang menurut perspektif manusia menganggap orang yang tidak lulus SD, atau SMP atau yang tidak lulus di perguruan tinggi disebut sebagai jahiliyah, bukan itu definisi jahiliyah dalam islam. Akan tetapi jahiliyah dalam islam adalah kondisi mental seseorang dimana pada kondisi itu dia selalu menolak islam, apapun yang berbau islam ditolak, pendidikan yang berlabel islam ditolak, politik islami ditolak, ekonomi yang berbau islam diprotes, lain sebagainya.
Nah orang seperti itu sudah terjangkit virus jahiliyah.
Nah, bagaimana akhir perjalanan serta akibat yang terjadi pada mereka yang bodoh, yang selalu menentang segala hal yang datang dari islam?
Diantaranya adalah,
1. Allah melaknat mereka.
(إِنَّ ٱللَّهَ لَعَنَ ٱلۡكَـٰفِرِینَ)
“Sungguh, Allah melaknat orang-orang kafir”
[Surat Al-Ahzab 64]
Apa itu laknat? Para ulama tafsir mengatakan bahwa,
اللعنة هو الإبعاد والطرد من رحمة الله
Laknat itu ketika seseorang dijauhkan dari rahmat Allah, maka dalam ayat itu secara tersirat menjelaskan bahwa hakikat orang kafir itu bodoh, meskipun orang kafir dulunya di dunia kaya dan berkuasa, apa gunanya hidup tanpa hidayah nanti di akhirat ia di laknat oleh Allah swt, sehingga tidak mendapatkan ganjaran surga di sisi-Nya.
2. Allah menyediakan bagi mereka neraka Sa’ir, Allah swt berfirman;
(وَأَعَدَّ لَهُمۡ سَعِیرًا)
“Dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka)”
[Surat Al-Ahzab 64]
Allah menyediakan mereka neraka Sa’ir, neraka yang sangat panas tidak ada padanya di dunia, dari segi kualitas dan lamanya karena satu hari di neraka sama saja 1000 tahun di dunia.
Firman Allah,
(وَیَسۡتَعۡجِلُونَكَ بِٱلۡعَذَابِ وَلَن یُخۡلِفَ ٱللَّهُ وَعۡدَهُۥۚ وَإِنَّ یَوۡمًا عِندَ رَبِّكَ كَأَلۡفِ سَنَةࣲ مِّمَّا تَعُدُّونَ)
“Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”
[Surat Al-Hajj 47]
3. Orang yang bodoh, diakhirat nanti tidak ada (wali) pelindung dan (nashir) penolong, sehingga ketika mereka disiksa selama-lamanya di akhirat tidak ada kekuatan yang mampu melindungi mereka, kemudian muka mereka akan di jungkir-balikkan sembari terpanggang dalam panasnya api neraka, padahal muka itu merupakan simbol kehormatan manusia, karena itulah dalam dunia pendidikan akademik kita tidak boleh memukul muka karena ia bagian anggota tubuh yang paling dihormati namun orang kafir yang sewaktu di dunia walaupun wajahnya ganteng dan cantik karena menolak kebenaran islam, di akhirat nanti wajah mereka akan hancur terpanggang dalam panasnya api neraka, Allah berfirman,
(خَـٰلِدِینَ فِیهَاۤ أَبَدࣰاۖ لَّا یَجِدُونَ وَلِیࣰّا وَلَا نَصِیرࣰا یَوۡمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمۡ فِی ٱلنَّارِ یَقُولُونَ یَـٰلَیۡتَنَاۤ أَطَعۡنَا ٱللَّهَ وَأَطَعۡنَا ٱلرَّسُولَا۠)
“Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong. Pada hari (ketika) wajah mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, “Wahai, kiranya dahulu kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.”
[Surat Al-Ahzab 65 – 66]
Nah, Para pembaca yang budiman, Kita tahu seluruh tubuh kita sakit ketika terkena sengatan api, terlebih lagi api neraka, tetapi kenapa yang disebut muka? Ini memberikan pemahaman kepada kita betapa hinanya orang yang suka menolak islam, karena muka adalah lambang kehormatan, kalau muka saja di siksa apalagi anggota tubuh yang lainnya. Dalam ayat ini juga terdapat isyarat tafsir ilmi, bahwa meskipun kulit kita akan terasa sakit jika terkena sengatan api, tetapi kulit muka itu lebih dahsyat sakitnya. Kulit muka lebih sensitif, makanya yang disebut dalam ayat tersebut adalah muka.
4. Rugi dan Menyesal,
Orang-orang yang bodoh akibatnya akan menyesal dihari dimana hari penyesalan tidak ada gunanya, sampai-sampai penyesalan mereka diabadikan oleh Allah swt dalam ayat berikutnya,
(یَوۡمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمۡ فِی ٱلنَّارِ یَقُولُونَ یَـٰلَیۡتَنَاۤ أَطَعۡنَا ٱللَّهَ وَأَطَعۡنَا ٱلرَّسُولَا۠ وَقَالُوا۟ رَبَّنَاۤ إِنَّاۤ أَطَعۡنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاۤءَنَا فَأَضَلُّونَا ٱلسَّبِیلَا۠ وَقَالُوا۟ رَبَّنَاۤ إِنَّاۤ أَطَعۡنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاۤءَنَا فَأَضَلُّونَا ٱلسَّبِیلَا۠ رَبَّنَاۤ ءَاتِهِمۡ ضِعۡفَیۡنِ مِنَ ٱلۡعَذَابِ وَٱلۡعَنۡهُمۡ لَعۡنࣰا كَبِیرࣰا)
“Pada hari (ketika) wajah mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, “Wahai, kiranya dahulu kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.”Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati para pemimpin dan para pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar.”
[Surat Al-Ahzab 66 – 68]
Mereka menyesal kenapa sewaktu di dunia mereka tidak taat kepada Allah swt dan Rasul nya justru ketaatan mereka diperuntukkan kepada para pembesar atau pemimpin mereka yang justru menyesatkan mereka dari jalan Allah dan Rasul-Nya. Bahkan dalam ayat tersebut Allah swt mengabarkan kepada kita perseteruan antara Aimmatul Kufr (Pemimpin-pemimpin yang kufur) dengan pengikut mereka dimana Allah berfirman:
“Para pengikut Aimmatul Kufr berkata, wahai Rabb kami sungguh kami telah mentaati pemimpin dan pembesar kami maka mereka pun menyesatkan kami”.[Al-Ahzab 67]
Syaikh Abdul Aziz ath-Thuwaili’i ra dalam risalah berjudul “Faqatilu Aimmatal Kufr”, beliau berkata ketika mendefenisikan makna Aimmatul Kufr dari kalangan penguasa dan orang yang berkedudukan:
هم السادة والكبراء والحكام والأمراء الذين يحكمون بغير شرع الله ويدعون إلى غير دينه ويصدون عن سبيله
“Mereka adalah para pembesar, pemimpin dan penguasa yang berhukum dengan selain Syariat Allah dan menyerukan untuk berhukum kepada selain Agama Allah serta menghalang-halangi manusia dari jalan-Nya”.
Mudah-mudahan kita dijauhkan tipu daya para penguasa seperti ini.
5. Menyakiti Rasulullah saw.
Ketika ia melakukan perbuatan demikian, maka sungguh dia adalah orang yang bodoh, karena diantara tanda orang-orang bodoh, meskipun sebagian orang mengatakan ia cerdas dan cendekiawan, mereka adalah yang menyakiti Rasulullah saw baik itu melalui ucapan maupun perbuatan. Sebaliknya, manusia yang cerdas adalah manusia yang yang cinta dan menghormati kepada pemimpin dan suri tauladan nya yaitu Rasulullah saw, Maka Allah swt mewanti-wanti kita jangan sampai seperti Bani Israil yang tega melecehkan kehormatan Nabi mereka, sebagaiman firman Allah,
(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِینَ ءَاذَوۡا۟ مُوسَىٰ فَبَرَّأَهُ ٱللَّهُ مِمَّا قَالُوا۟ۚ وَكَانَ عِندَ ٱللَّهِ وَجِیهࣰا)
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang yang menyakiti Musa, maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka lontarkan. Dan dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.”
[Surat Al-Ahzab 69]
Dalam Shahih Muslim, Abu Hurairah meriwayatkan,
كَانَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَام رَجُلًا حَيِيًّا قَالَ فَكَانَ لَا يُرَى مُتَجَرِّدًا قَالَ فَقَالَ بَنُو إِسْرَائِيلَ إِنَّهُ آدَرُ قَالَ فَاغْتَسَلَ عِنْدَ مُوَيْهٍ فَوَضَعَ ثَوْبهُ عَلَى حَجَرٍ فَانْطَلَقَ الْحَجَرُ يَسْعَى وَاتَّبَعَهُ بِعَصَاهُ يَضْرِبُهُ ثَوْبِي حَجَرُ ثَوْبِي حَجَرُ حَتَّى وَقَفَ عَلَى مَلَإٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَنَزَلَتْ
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ آذَوْا مُوسَى فَبَرَّأَهُ اللَّهُ مِمَّا قَالُوا وَكَانَ عِنْدَ اللَّهِ وَجِيهًا }
“Nabi Musa adalah orang yang pemalu dan tidak pernah terlihat auratnya. Orang-orang bani Israil menuduhnya bahwa terdapat cacat pada auratnya. Abu Hurairah berkata; Pada suatu ketika, Nabi Musa mandi di sebuah sungai. Ia letakkan pakaiannya di atas sebuah batu. Tetapi batu itu hanyut dibawa air. Lalu Musa mengejarnya untuk menggapainya dengan menggunakan tongkat seraya berkata; Pakaianku hanyut terbawa batu! Pakaianku hanyut terbawa batu! Hingga akhirnya dia berhenti di sekelompok orang-orang Bani Israil. Lalu turunlah ayat Al Qur’an yang berbunyi: Hai orang-orang yang beriman, Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa, maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Sesungguhnya Musa adalah orang yang mempunyai kedudukan yang terhormat dan mulia di sisi Allah. [QS Al Ahzab: 69].”
Ayat yang memberikan pemahaman kita agar kita sebagai seorang muslim jangan sampai seperti bani Israel yang tidak pandai bersyukur kepada Allah swt berupa di berikan anugerah berupa diutusnya Nabi Musa as ditengah tengah mereka, tetapi mereka menyakiti musa, Allah swt menyebutkan bentuk bagaimana mereka menyakiti musa dengan tuduhan-tuduhan yang tidak benar, maka ayat tersebut juga mengisyaratkan kepada kita pada makna menyakiti secara umum, sehingga seorang mukmin tidak boleh menyakiti Nabinya baik itu dengan ucapan maupun perbuatannya, jangan sampai ada orang beriman mengatakan Muhammad itu cocoknya memimpin Arab saja, tidak pantas memimpin dunia, Ia tidak cocok dijadikan teladan untuk zaman kekinian, nauzubillah min dzalik, Sungguh Ucapan yang tidak Pantas keluar dari lisan seorang mukmin! Bukankah Allah berfirman,
(وَمَاۤ أَرۡسَلۡنَـٰكَ إِلَّا رَحۡمَةࣰ لِّلۡعَـٰلَمِینَ)
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.
[Surat Al-Anbiya’ 107]
Jangan sekali kali kita menyakiti Rasulullah! Karena Allah swt akan timpakan adzab yang pedih bagi mereka yang berbuat seperti itu. Allah mengkategorikan orang-orang yang menyakiti Rasulullah saw mereka adalah orang-orang munafik, Firman Allah
(وَمِنۡهُمُ ٱلَّذِینَ یُؤۡذُونَ ٱلنَّبِیَّ وَیَقُولُونَ هُوَ أُذُنࣱۚ قُلۡ أُذُنُ خَیۡرࣲ لَّكُمۡ یُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَیُؤۡمِنُ لِلۡمُؤۡمِنِینَ وَرَحۡمَةࣱ لِّلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمۡۚ وَٱلَّذِینَ یُؤۡذُونَ رَسُولَ ٱللَّهِ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِیمࣱ)
“Dan di antara mereka (orang munafik) ada orang-orang yang menyakiti hati Nabi (Muhammad) dan mengatakan, “Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya.” Katakanlah, “Dia mempercayai semua yang baik bagi kamu, dia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu.” Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah akan mendapat azab yang pedih.”
[Surat At-Taubah 61]
Nah, Pertanyaannya, bagaimana agar kita semua agar selamat dari kebodohan-kebodohan tersebut, termasuk kebodohan dalam bentuk menyakiti Rasulullah?
Maka diantara caranya adalah,
1. Takwa
Cara yang pertama adalah takwa,
dan inilah yang disebut oleh Allah dalam ayat berikutnya,
(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوۡلࣰا سَدِیدࣰا)
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,
[Surat Al-Ahzab 70]
Orang yang bertakwa, berarti dia takut kepada Allah, maka tidak mungkin ia berani menyakiti Rasulullah dan para sahabatnya, kalau ada yang mengaku beriman tapi ia menyakiti nabi dan sahabatnya maka dia adalah seorang munafik, hanya sekedar pengakuan tanpa dibarengi bukti yang nyata, karena seorang mukmin pasti akan membela nabi dan para sahabatnya.
2. Al-Qoul As-Sadid,
Perintah untuk memiliki Al-Qoul As-Sadid ditekankan oleh Allah melalui firman-Nya,
وَقُولُوا۟ قَوۡلࣰا سَدِیدࣰا
Dan ucapkanlah perkataan yang benar,
[Surat Al-Ahzab 70]
Makna Sadid itu bukan hanya sekedar artinya benar (As-Shidq) tetapi juga memiliki makna ucapan yang tepat (As-Shawab) Sebagaimana yang dijelaskan Said Hawa di dalam kitab tafsirnya Al-Asas fit Tafsir, karena terkadang ada ucapan benar tetapi tidak tepat, contohnya orang ingin ceramah atau menasihati saudara-saudaranya tapi pada waktu tengah malam, jam-jam orang sedang istirahat, nah amalan menasihati seorang mukmin adalah amalan yang benar, hanya saja dilakukan pada tengah malam, maka ini tidak tepat. Maka kita harus tau waktu, maka Rasulullah tidak suka ceramah lama-lama dikhawatirkan bosan, maka bicara itu harus benar dan tepat, maka orang yang ucapannya benar dan tepat tidak mungkin menyakiti Rasulullah saw.
Sehingga orang yang mampu memiliki tekad kuat untuk selalu berprinsip takwa menjadi jalan hidupnya serta memiliki Al-Qoul as-Sadid dalam tutur katanya maka ia berhak meraih janji Allah swt yang dijelaskan dalam ayat berikutnya,
(یُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَـٰلَكُمۡ وَیَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن یُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِیمًا)
Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung.
[Surat Al-Ahzab 71]
3. Amanah
Amanah serta korelasi dengan kelemahan dan kebodohan manusia dijelaskan dalam penutup surat ini.
Allah swt berfirman tentang Amanah.
(إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَیۡنَ أَن یَحۡمِلۡنَهَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَـٰنُۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومࣰا جَهُولࣰا
لِّیُعَذِّبَ ٱللَّهُ ٱلۡمُنَـٰفِقِینَ وَٱلۡمُنَـٰفِقَـٰتِ وَٱلۡمُشۡرِكِینَ وَٱلۡمُشۡرِكَـٰتِ وَیَتُوبَ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِینَ وَٱلۡمُؤۡمِنَـٰتِۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورࣰا رَّحِیمَۢا)
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zhalim dan sangat bodoh. Sehingga Allah akan mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, orang-orang musyrik, laki-laki dan perempuan; dan Allah akan menerima tobat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
[Surat Al-Ahzab 72-73]”
Para Ahli tafsir berbeda pendapat di dalam menafsirkan kata amanah pada ayat di atas:
a) Imam Al-Aufi dari Ibnu Abbas ra berkata, “Yang dimaksud dengan al-amanah adalah, ketaatan yang ditawarkan kepada mereka sebelum ditawarkan kepada Adam ‘Alaihissalam, akan tetapi mereka tidak menyanggupinya. Lalu Allah berfirman kepada Adam, ‘ Sesungguhnya Aku memberikan amanah kepada langit dan bumi serta gunung-gunung, akan tetapi mereka tidak menyanggupinya. Apakah engkau sanggup untuk menerimanya?’ Adam menjawab, ‘Ya Rabbku, apa isinya?’ Maka Allah berfirman, ‘Jika engkau berbuat baik maka engkau akan diberi balasan, dan jika engkau berbuat buruk maka engkau akan diberi siksa’. Lalu Adam menerimanya dan menanggungnya. Itulah maksud firman Allah, ‘Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh’.”
b) Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas ra berkata, ‘Amanah adalah kewajiban-kewajiban yang diberikan oleh Allah kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Jika mereka menunaikannya, Allah akan membalas mereka. Dan jika mereka menyia-nyiakannya, maka Allah akan menyiksa mereka. Mereka enggan menerimanya dan menolaknya bukan karena maksiat, tetapi karena ta’zhim (menghormati) agama Allah kalau-kalau mereka tidak mampu menunaikannya.” Kemudian Allah Ta’ala menyerahkannya kepada Adam, maka Adam menerimanya dengan segala konsekwensinya. Itulah maksud dari firman Allah:
“Dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh,” yaitu pelanggar perintah Allah.
c) Imam Malik meriwayatkan bahwa Zaid bin Aslam berkata, “Amanah itu ada tiga: shalat, zakat, dan mandi junub.”
d) Imam Al-Qurthubi berkata: amanah meliputi semua tugas agama menurut pendapat yang paling kuat. Sebagaimana ia berkata dalam firman-Nya:
وَالَّذِينَ هُمْ لأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS. Al-Mu’minun:8)
(Tafsir Ibnu Katsiir)
Pada hakikatnya, amanah meliputi segala hal termasuk janji bagian dari amanah, orang yang diberi amanah harus menunaikan amanahnya. Karena Allah memerintahkan menunaikan amanah kepada pemiliknya, dan melarang berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta melarang mengkhianati semua amanah mereka. Dan Dia menjadikan di antara sifat orang-orang yang beruntung adalah bahwa sesungguhnya mereka menjaga janji dan amanah mereka.
Maka tentang perintah menjaga amanah ini, Nabi saw pernah berpesan,
أَدِّ اْلأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ وَلاَتَخُنْ مَنْ خَانَكَ
“Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu, dan janganlah engkau berkhianat kepada orang yang berkhianat kepadamu.” (HR. Abu Dawud)
Kenapa dalam ayat diatas manusia di vonis sangat dzalim dan bodoh ? Artinya apa bahwa ketika manusia tidak memegang amanah dan tidak melaksanakannya maka ia divonis oleh Allah bahwa dia sangat dzalim dan bodoh, sehingga karena kebodohan dan kedzalimannya yang membuat ia tersungkur ke dalam jurang api neraka. Nauzubillah min dzalik!.